Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan
Walisongo....sebuah kata yang sudah banyak orang kenal, siapapun orangnya, jika ia berbicara tentang Penyebaran Islam yang ada di Indonesia pasti mengenal yang namanya Walisongo. Nama Walisongo memang sudah begitu sangat melegenda dan selalu mendapatkan kedudukan yang terhormat, khususnya pada masyarakat Jawa. Dari walisongolah Islam bisa berkembang secara sporadis diberbagai wilayah Jawa. Hampir semua pelosok Jawa bisa mereka tembus dengan dakwah Islamiah, bahkan dibeberapa daerah Nusantara, dari mulai Aceh, Palembang, Lampung, Bukit Tinggi, Ternate, Tidore dan beberapa daerah Nusantara lainnya bisa mereka jangkau. Ini dibuktikan dengan banyak murid murid beliau yang berdatangan kepondok pesantren ampel denta dibawah kepemimpinan Sunan Ampel dan Pondok Pesantren Giri Kedaton dibawah naungan Sunan Giri
Dakwah Islamiah yang dilakukan oleh Walisongo dapat dikatakan sangat berhasil dengan gilang gemilang. Indikator keberhasilan walisongo dalam berdakwah adalah dengan banyak orang orang yang masuk Islam secara suka rela, dari mulai Rakyat Jelata sampai pada bangsawan bisa mereka pengaruhi dengan cara yang santun dan cerdas. TIdak banyak yang bisa berhasil melakukan dakwah dengan cara seperti walisongo jika tidak didasari dengan semangat, motivasi dan ketabahan serta kesabaran. Memang dalam sejarah penyebaran Islam, walisongo lebih mengedepankan pendekatan yang persuasif dan dinamis. Hampir disetiap medan dakwah mereka, mereka selalu berusahan menghindari adanya unsu-unsur kekerasan dan sikap sikap yang provokatif. Mereka lebih senang bergerak dengan tatanan ahlak atau contoh contoh moral yang aplikatif dan dinamis yang ditujukan kepada seluruh masyarakat. Adanya pendekatan pendekatan cerdas ala walisongo inilah yang banyak menyebabkan masyarakat jadi jatuh cinta dengan sosok mereka. Tidak heran pada setiap tempat yang mereka dakwahi, sampai sekarang cerita cerita tentang kemuliaan mereka masih harum. Namun dibalik itu semua, ternyata tidak banyak yang tahu, bahwa sebenarnya yang bernama walisongo itu adalah sebuah majelis atau kumpulan banyak orang yang memiliki sistem dan cara yang sistematis dalam berdakwah. Artinya Walisongo itu sebenarnya adalah sebuah organisasi dakwah.
Organisasi Dakwah ini, salah satu pencetusnya adalah Sultan Muhammad 1 dari Kesultanan Turki Usmani. Organisasi ini nama sebenarnya adalah MAJELIS DAKWAH WALISONGO. Kenapa dinamakan walisongo, karena jumlah mereka terdiri dari sembilan orang yang masing masing mereka punya kemampuan atau spesialisasi dalam bidang tertentu, artinya keberadaan mereka mewakili bidang kehidupan masing masing, ada yang ahli tata negara, ada yang ahli pengobatan, ada yang ahli perdagangan, ada yang ahli diplomasi, ada yang ahli hikmah, ada yang ahli pertanian, ada yang ahli hukum, ada yang ahli militer dan ada yang ahli politik. Semua punya spesialisasi, namun demikian walaupun mereka punya spesialisasi dibidang masing-masing mereka juga bisa melakukan bidang bidang lain, spesialisasi mereka agar mereka fokus dan konsentrasi pada tugasnya masing masing.
Majelis Dakwah Walisongo didirikan tahun 1404, dan ketua umum pertamanya adalah Maulana Malik Ibrahim, sedangkan yang lain adalah anggota. Banyak orang yang tidak tahu jika nama walisongo itu sudah dimulai pada tahun 1404 dengan sosok anggota yang lain daripada yang selama ini digambarkan oleh banyak orang. Sosok-sosok walisongo ditahun 1404 ini berbeda dengan sosok sosok walisongo yang populer. Sosok Sosok yang populer itu memang benar adalah walisongo, namun ternyata satu itu berbeda orangnya, satu sama lain orang, sosok sosok itu berbeda pada setiap zamannya. Sosok-sosok yang populer itu kelak juga menjadi anggota walisongo, hanya periode berbeda dan sudah tidak sama dengan tahun 1404 Masehi. Gerakan dakwah Majelis Dakwah Walisongo, pada tahun 1404 lebih banyak dilakukan oleh para ayah atau kakeknya walisongo yang populer itu (seperti Maulana Malik Ibrahim, sunan kudus, Sunan ampel, sunan derajat, sunan giri, sunan kalijaga, sunan muria, sunan kalijaga, sunan gunung jati).
Majelis Dakwah Walisongo tidaklah terdiri dari 9 wali yang populer itu saja. Nama-nama keluarga besar Trah Jumadhil Kubro juga masuk ke Majlis Dakwah ini, begitupun keluarga besar Kesultanan Demak. Nama nama Raden Fattah, Syekh Siti Jenar, Maulana Ishak, Ibrahim Asmorokondi, dll, itu juga masuk menjadi anggota. Majelis Dakwah Walisongo juga tidak terbatas pada sembilan wali yang ngetop itu saja. anggota mereka banyak, dan setiap anggota akan diganti bila ada anggota lainnya wafat. Majelis Dakwah Walisongo berdiri tahun 1404 dan terus menerus bergerak sampai 11 periode sempat dibekukan oleh fihak penjajah namun masih bisa bertahan secara kuat sampai tahun 1926 Masehi (berdirinya NU), namun walaupun demikian dari tahun 1926 sampai sekarang keberadaan majelis ini masih eksis dan independen dengan nama Thariqah Walisongo. Majelis Walisongo tidak berafiliasi kepada ormas manapun, majelis netral dan selalu mengadakan pendekatan persuasif kepada berbagai fihak, sesuai dengan cara cara dakwah walisongo pada masa lalu.
Selama berdirinya majelis ini, anggotanya terus aktif dalam menyebarkan agama Islam, dan satu ciri khas gerakan dakwah ini adalah santun, cerdas dan menghindari perpecahan didalam dakwah. Namun identitas Majelis Dakwah Walisongo yang paling tidak disenangi oleh fihak penguasa kolonial adalah dengan tidak pernah mau tunduknya mereka pada pemerintah kolonial penjajah, dari mulai portugis, VOC, Inggris, Belanda, sampai Jepang mereka terus bergerak untuk selalu melawan, tidak heran banyak dari keluarga dari anggota Majelis Dakwah Walisongo selalu diburu dan dibunuh para penjajah, sehingga adanya perburuan dari penjajah ini menjadikan gerakan mereka selalu bawah tanah. Kenapa demikian? karena dari dulu fihak penjajah paling kerepotan dan sangat benci dalam melawan gerakan majelis dakwah ini. salah satu tokoh yang nyaris membuat bangkrut belanda adalah pangeran diponegoro. karena majelis dakwah walisongo yang memang paling keras kepala melawan para penjajah, maka semua gerakan mereka selalu dipantau, sehingga tidak heran, semua keturunan walisongo banyak yang menyamar dengan identitas dirinya, karena selalu diawasi dan dicari cari oleh penjajah...
Akhirnya setelah sekian ratus tahun berjuang...Majelis Dakwah Walisongo kembali lagi untuk mengibarkan dakwah islamiah sesuai dengan cita cita dan amanat walisongo yang terdahulu....
Wallahu A'lam Bisshowab..........