Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan
Walisongo sejak dulu sampai sekarang selalu menjadi pusat perbincangan baik secara mitos maupun secara ilmiah, tidak henti hentinya dari masa lalu sampai sekarang, tema tentang para ulama ini selalu hangat untuk diangkat. Ada apa dengan mereka sehingga setiap waktu selalu menjadi topik pembicaraan rakyat maupun kalangan terpelajar? Tidak lain dan tidak bukan karena jasa merekalah yang membuat mereka terus menerus diangkat ,khususnya dalam khazanah penyebaran agama islam di indonesia. Berbicara tentang mereka ini memang seperti tidak habis habisnya. Selalu saja mengasikkan untuk diperbicangkan, diperdebatkan dan juga dijadikan cerita yang menarik bagi siapa saja, utamanya mereka yang mencintai peran para ulama ini. Langkah mutakhir untuk membuat sejarah walisongo lebih “ilmiah” dan “berkelas” bahkan sudah dilakukan oleh salah seorang penulis yang bernama AGUS SUNYOTO dengan dua bukunya yang berjudul WALISONGO, Rekonstruksi Sejarah Yang Disingkirkan dan juga ATLAS WALISONGO. Kedua buku itu cukup mendapat sambutan dikalangan Nahdatul Ulama dan juga beberapa organisasi islam lain. Walaupun sempat dalam peluncuran buku ATLAS WALISONGO mendapat “protes” dari Sujiwo Tejo yang merasa heran dengan langkah AGUS SUNYOTO yang menurutnya Terlalu memaksakan diri untuk “MENGILMIAHKAN” sejarah walisongo. Sehingga akibat adanya “protes” dari sujiwo tejo membuat Jamaah Pecinta sejarah walisongo ger geran mendengar statement budayawan “keblinger” ini. Namun demikian Sujiwo Tejo tetap merasa respek dengan adanya buku ATLAS WALISONGO yang dibuat AGUS SUNYOTO.
Sejak dari masa “kitab” Babad Tanah Jawi yang penuh berbagai kejanggalan, Berbagai Serat seperti misalnya serat Kanda, centini yang kadang membantu untuk mengindentifikasi sejarah, serta Darmagandul yang sangat isinya sinis dan bisa dikatakan “brutal” bahasanya, Tulisan Van Der Berg yang berdasarkan penelitian dan kajian lapangan, Snouck Horgronje yang berdasarkan kepentingan politik kolonial, atau Slamet Mulyana yang cukup “fanatik” dengan sumber Tionghoanya, juga Umar Hasyim atau Solihin Salam dengan buku ringkasnya serta para penulis biografi walisongo lainnya. Tidak habis habisnya mereka membahas tentang walisongo.
Walisongo memang fenomena, begitu fenomenannya mereka, sampai sampai hal yang paling penting dari mereka selalu menjadi perbincangan yang mengasikkan. Apa Hal yang paling penting yang sering dibicarakan itu? Apalagi kalau bukan asal usul dan nasab atau silsilah mereka. Beberapa buku yang saya baca bahkan paling getol mengangkat tema tema ini. Tema nasab dan silsilah kemudian dikaitkan dengan asal usul mereka memang sepertinya menjadi tema yang tidak ada habis habisnya, berbagai teori dan fakta dimunculkan. Masing masing fihak bersikukuh dengan teori dan fakta yang dia miliki, Agus Sunyoto bahkan ketika membicarakan tentang nasab dan silsilah dari beberapa walisongo seperti MAULANA MALIK IBRAHIM pada bukunya halaman 50 yang berjudul WALISONGO, Rekonstruksi Sejarah Yang disingkirkan, Agus mengangkat tema nasab Maulana Malik Ibrahim yang dikatakannya “SPEKULATIF” Hal ini berdasarkan temuan temuan yang ia dapati yang kebanyakan berbeda satu sama lain, begitu juga ketika Agus mengangkat nasab SUNAN BONANG DIHALAMAN 130 dan 131 seperti ada sikap “keraguan” tentang nasab Sunan Bonang, begitu juga ketika bicara nasabnya Sunan Gunung Jati pada halaman 155 yang terlihat janggal namun tetap diangkat karena terdapat dalam sebuah Naskah kuno yang sudah dialih bahasakan, ada juga yang menurut saya agak “berani” dari sisi Agus Sunyoto ketika ia mengatakan dihalaman 186 tentang nasabnya SUNAN KUDUS, Agus mengatakan, “SEKALIPUN PADA KETIGA SILSILAH DIATAS TERDAPAT NAMA NAMA TOKOH YANG DIRAGUKAN KEBERADAANNYA”. Tapi saya fikir, mungkin ketika agus mengatakan hal hal tersebut diatas, dia melihat data dan fakta yang ia miliki memang banyak terjadi perbedaan. Namun terkadang, repotnya Agus ini Juga terjebak dengan Data Prof. Dr. Slamet Mulyana yang sudah dinyatakan gugur secara ilmiah oleh beberapa guru besar, karena datanya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Beberapa sumber yang dia pakai seperti Babad Tanah Jawi bahkan tidak diterima pada dunia akademis, bahkan pernah seorang penulis novel sejarah mengatakan dalam sebuah tulisannya, bahwa Babad Tanah Jawi itu bukan fakta sejarah, “kitab” itu lebih banyak imajinatif alias fiksi, sehingga data datanyapun kurang begitu akurat.
Bicara nasab, silsilah dan asal usul seseorang, apalagi setingkat walisongo, memang tidak mudah, Agus Sunyoto, Slamet Mulyana, Umar Hasyim, Solihin Salam serta yang lain sudah membuktikan itu, namun demikian langkah mereka patutlah kita hargai, tidak banyak penulis yang mau serius mendalami tentang biografi walisongo. Mereka semua bergerak, namun nun jauh sebelum Agus Sunyoto dan para penulis lain “bergerak”. Tahun 1909 sebenarnya penelitian tentang nasab nasab walisongo sudah dilakukan oleh beberapa ulama nasab walisongo, hanya saja mereka banyak yang bergerak secara “underground”. Sehingga keberadaan data-data tersebutpun hanya dimiliki oleh ulama ulama ahli nasab tersebut. Karena ketatnya pencatatan dan penelitian nasab dan silsilah walisongo yang tentu nantinya berpengaruh pada asal usulnya, semua data dan fakta betul betul diseleksi dengan ketat dan kritis sehingga ketika menulis tentang nasab walisongo sudah tidak ada lagi istilah “Spekulatif” atau “tebak-tebakan”.
Dahulu beberapa tahun yang lalu pernah terjadi perdebatan dalam sebuah situs keluarga besar walisongo yang membicarakan tentang asal usul walisongo, ini juga dulu pernah terjadi pada tahun 70 dan 60an, yang mengakibatkan munculnya beberapa mazhab tentang asal usul walisongo. Mazhab yang mengatakan walisongo Tionghoa asli (slamet Mulyana), Walisongo adalah Jawa (versi budayawan dan penulis Jawa), Walisongo Arab (Van Der Berg), Walisongo dari Majapahit (terdapat dalam beberapa babad). Cuma ada satu pertanyaan saya yang sangat menggelitik dan selalu diliputi penasaran, kenapa ketika ada MAZHAB yang mengatakan bahwa WALISONGO ADALAH KETURUNAN RASULULLAH SAW banyak yang meragukan??? Tidak tanggung-tanggung ketika mazhab yang mengatakan bahwa WALISONGO adalah AHLUL BAIT atau ZURIAH RASULULLAH SAW, banyak yang bersikap sinis? Ada apa ini? Apa yang salah jika itu memang benar???, apalagi jika itu ditulis oleh ulama ulama ahli nasab yang justru metode penulisan nasabnya memang sudah teruji, meneliti nasab berarti akan banyak bersentuhan dengan banyaknya kajian ilmu pengetahuan yang lain. Adanya sikap sinis ketika mazhab klan Rasulullah SAW muncul kepermukaan, sangatlah aneh dan lebih cenderung tidak fair dalam penyajian data. Padahal pencatatan nasab dan silsilah pada keluarga besar RASULULLAH SAW itu bisa dikatakan teliti dan terus menerus sampai sekarang, pencatatan nasab dan silsilah itupun sudah dimulai pada masa Umar bin Khattab. Van Der Berg dalam penelitianya tentang orang orang Hadramaut yang ada di Nusantara, walaupun dia mengatakan Arab, dia tetap masih meragukan jika WALISONGO DAN RASULULLAH SAW ada hubungan nasab dan sejarah. Padahal kalau saja kita mau mencari data dan fakta walisongo adalah keturunan RASULULLAH SAW, itu terdapat dalam 27 kitab berbahasa arab yang membahas nasab, 27 kitab ini bahkan mengakui keberadaan nasabnya Keluarga besar Walisongo yang berasal dari SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN. Bicara Sayyid Abdul Malik ya bicara Walisongo dan 27 kitab itu sudah mengesahkan nasabnya SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN yang merupakan nenek moyangnya walisongo yang pertama dan bergelar AZMATKHAN. Tidak itu saja, bahkan kalau kita mau buka mata kita lebar-lebar kita akan mendapati kejutan data yang bisa kita lihat diberbagai dunia maya, jika ternyata WALISONGO keberadaannya jelas, karena Walisongo dibentuk oleh SULTAN MUHAMMAD 1 dari dinasti TURKI USMANI pada tahun 1404 Masehi.
Semua Ulama walisongo yang diperintahkan Oleh SULTAN MUHAMMAD 1 ini adalah keluarga besar walisongo angkatan pertama dan semuanya adalah keturunan dari Jalur Sayyid Abdul Malik Azmatkhan. Sultan Muhammad mengirim surat kepada beberapa penguasa Timur Tengah dan Afrika untuk mengirimkan delegasi atau ulama-ulama terbaik untuk menyebarkan dakwah ke Nusantara, dan terpilihlah keluarga besar walisongo. Bagaimana bisa mengumpulkan mereka yang jauh jauh itu, apalagi mereka satu nasab. Ya mudah saja, karena jaringan antar ulama yang senasab, khususnya nasab keluarga besar Rasulullah SAW memang terkenal solid dan kuat. Sekalipun mereka berjauhan, namun soliditas dan komunikasi mereka sangatlah mantap.
Walaupun walisongo dikatakan dari Gujarat, namun semua anggota walisongo saat itu memang umumnya berasal dari India, gujarat hanyalah satu medan dakwah mereka di India. Islam saat itu tidak hanya berkembang di Gujarat, namun juga berkembang dikota kota lain seperti ALLAHABAD, AHMADABAD, AGRA, MALABAR, NASIRABAD. Dan Kebetulan asal usul walisongo banyak yang berasal dari NASIRABAD INDIA. Kenapa Sultan Muhammad 1 bisa tahu gerakan dakwah dari keturunan Rasulullah SAW seperti walisongo ini? Ya karena memang keturunan Rasulullah SAW itu pergerakan dakwahnya meluas keseluruh Dunia, jaringan mereka lintas negara, lintas pejabat, lintas raja, lintas budaya, lintas sosial, lintas suku, mereka universal, mereka mampu menempatkan dirinya untuk bisa berasimilasi. kalaupun beberapa walisongo dikatakan berasal dari beberapa negara, itu hanyalah merupakan medan dakwah dan boleh jadi sebagai transit dakwah untuk bergerak kewilayah lain. Salah satu Walisongo yang bernama MAULANA MALIK ISRAIL atau ALI NURUL ALAM yang merupakan kakeknya SUNAN GUNUNG JATI dan RADEN FATTAH bahkan dikatakan berasal dari TURKI padahal ia memerintah sebuah wilayah di Asia Tenggara dan juga mempunyai pengaruh sampai ke Palestina (Israil) sehingga dinamakan Maulana Mali Israil, sehingga kemungkinan besar dialah yang memberi tahu sepak terjang gerakan dakwah keluarga besar AZMATKHAN yang merupakan keturunan Rasulullah SAW di India dan negara negara lain.
Keterangan perintah dari Sultan Muhammad 1 dari Turki Usmani, diperkuat oleh adanya surat perintah SULTAN MUHAMMAD 1 kepada beberapa ulama walisongo, yang sampai saat ini surat tersebut masih tersimpan baik di musium Istambul Turki sebagai mana yang dikatakan penulis buku “Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa karya Asnan Wahyudi dan Abu Khalid”. Keterangan kedua penulis ini bahkan lebih dipertegas dengan adanya berita yang tertulis didalam kitabnya IBNU BATUTAH, seorang petualang muslim yang legendaris yang menulis di kitab KANZUL ‘HUM yang secara lengkap menulis secara lengkap asal usul walisongo baik dari mulai terbentuknya Majjelis Dakwah Walisongo sampai terjadinya pergantian anggota walisongo yang wafat. Adanya kedua informasi yang sangat kuat dan valid ini seakan menyindir habis mereka yang selama ini selalu memakai referensi dari kolonial belanda, atau referensi yang isinya banyak mendiskriditkan walisongo, baik dari sejarahnya, nasab dan asal usulnya, Fakta ini memang sepertinya lama disembunyikan oleh orang orang yang memang benci pada walisongo seperti fihak kolonial penjajah serta akademisi seperti snouck dan followernya yang menafikkan peran dan sumbangsih walisongo. Fakta ini menjungkir balikkan mereka yang selama ini sering “berspekulasi” tentang walisongo terutama ketika membahas nasab, silsilah ataupun asal usul mereka. Sudah seharusnya fakta fakta seperti ini diperkenalkan untuk menangkis teori-teori yang sifat dan isinya mendiskriditkan dan melemahkan walisongo..
Semoga tulisan ini bisa membuat kita lebih banyak untuk bisa melihat fakta fakta yang selama ini mungkin disembunyikan oleh orang orang yang tidak senang senang pada walisongo seperti para kolonial penjajah serta followernya yang mungkin saja masih ada sampai ini....entahlah dimana mereka ? Hanya Allah yang lebih tahu...
Wallahu A’lam Bisshoowab...