Senin, 29 April 2013

Sunan Magelung Sakti



Arifin Syam adalah putra dari kepala bagian pembesar istana dibawah kekuasaan Raja Hut Mesir, beliau sejak bayi telah ditinggalkan oleh ayah bundanya kehadirat Allah SWT, dan akhirnya dibesarkan oleh seorang muslim yang taat, disalah satu kota terpencil bagian negara Syam.
Nama Arifin Syam sendiri diambil dari kota dimana beliau dibesarkan kala itu yaitu Negara Syam. Dalam keumuman manusia seusianya, Arifin Syam dikenal sangat pendiam namun pintar dalam segi bahasa bahkan saking pintarnya beliau sudah terkenal sejak usia 7 tahun dengan panggilan sufistik kecil dikalangan guru dan pendidik lainnya. Karena pintar inilah beliau banyak diperebutkan kalangan guru besar diseluruh negara bagian Timur Tengah, dan sejak usia 11 tahun beliau telah menempatkan posisinya sebagai pengajar termuda diberbagai tempat ternama sepeti : Madinah, Mekkah, Istana Raja Mesir, Masjidil Aqso Palestina dan berbagai tempat ternama lainnya.
Namun dalam kepribadiannya, beliau banyak dihujat oleh ulama fukkoha, dikarenakan rambutnya yang semakin hari semakin memanjang tidak terurus, sehingga dalam pandangan para ahlul fikokkha, Srifin Syam terkesan bukan sebagai seorang pelajar religius yang mengedepankan makna tatakrama seorang sufistik agung.
Hal semacam ini bukan karena Arifin Syam tidak mau mencukur rambutnya yang lambat laun jatuh ke tanah, namun beliau sediri sudah ratusan kali beriktiar kebelahan dunia untuk mencari orang sakti yang benar-benar mampu memotonga rambutnya, pasalnya sejak dilahirkan ke alam dunia, rambut Arifin Syam sudah tidak bisa dipotong oleh sejenis benda tajam maupun alat lainnya dan kisah ini berlanjut hingga beliau berusia 40 tahun. 
di usia 30 tahun beliau diambil oleh Istana Mesir dan menjadi panglima perang dalam mengalahkan pasukan Romawi dan Tartar, dan dari sinilah nama beliau mulai mashur dikalangan masyarakat luas sebagai panglima perang tersakti diantara panglima perang sebelumnya. sebab keumuman seorang panglima kala itu bisa dilihat dari strategi perangnya dan juga kelihaiannya dalam memainkan pedang, panah maupun tombak dikancah peperangan, namun lain dengan Arifin Syam, yang kini sudah bergelar dengan nama Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, beliau acap kali tidak membawa pedang maupun tombak dalam memimpin pasukannya, namun beliau selalu menebaskan rambutnya yang seperti kawat baja disetiap menghadapi ribuan pasukan musuh sehingga dengan kesaktian rambutnya pula membuat pasukan musuh pontang panting.
Kisah kesaktian rambutnya mulai mashur di usia 32 tahun dan pada usia 34 tahun beliau bertemu secara yakodho / lahir dengan Nabiyullah Hidir AS yang mengharuskan beliau mencari guru mursyid sebagai pembimbingnya menuju maqom kewalian kamil. Kisah pertemuan dengan Nabiyullah  Hidir AS membuat beliau meninggalkan istana Raja Mesir yang kala itu sangat membutuhkan tenaganya, bahkan bukan hanyaitu beliau pun kerap dinantikan oleh seluruh muridnya dalam pengena (Waliyullah).
Dengan perbekalan makanan dan ratusan kitab yang dibawanya, Mohammad Syam Magelung Sakti mulai mengarungi belahan dunia dengan membawa perahu jukung (Perahu getek) seorang diri, beliau mulai mendatangi beberapa ulama terkenal dan singgah untuk mengangkatnya menjadikan muridnya, diantara yang disinggahi beliau antara lain : Syeikh Dzatul Ulum Libanon, Syeikh Attijani Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy Bairut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muawwiyah As-salam Malaka, Syeikh Mahmud Yerussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’allim Campa, dan masih banyak yang lainnya. Namun walau begitu banyaknya para Waliyullah yang beliau datangi, tidak satu pun dari mereka yang menerimanya, mereka malah berbalik berkata "Sesungguhnya akulah yang meminta agar menjadi muridmu wahai sang Waliyullah"
Dengan kekecewaan yang mendalam, Moh. Syam Magelung Sakti mulai meninggalkan mereka untuk terus mencari Mursyid yang diinginkannya hingga pada suatu hari beliau bertemu dengan seorang pertapa sakti bangsa Sanghiyang bernama Resi Purba Sanghiyang Dursasana Prabu Kala Sengkala di perbatasan sungai selat malaka.
" Datanglah wahai kisanak di pulau Jawa, sesungguhnya disana telah hadir seorang pembawa kebajikan bagi seluruh Wliyullah, benamkan hati dan pikiranmu ditelapak kakinya, sesungguhnya beliau mengungguli dari semua Waliyullah yang ada" Dengan perkataan sang Resi barusan, Moh. Syam sangat senang mendengarnya dan setelah pamit beliaupun langsung meneruskan perjalanannya menuju pulau Jawa.
Mungkin pembaca sekalian merasa bingung dengan perkataan Resi tadi yang menanyatakan "Benamkan hati dan pikiranmu ditelapak kakinya" seolah perkataan ini terlalu riskan di ucapkan pada seorang yang mempunyai derajat Waliyullah. Sebelum pen-meneruskan cerita selanjutnya, ada baiknya Misteri jelaskan terlebih dahulu kata bahasa tadi agar tidak salah tafsir nantinya…
Dalam pemahaman ilmu tauhid, bahwasannya tingkat ke Walian di bagi menjadi beberapa bagian dan tingkat tertinggi disini adalah Maqom Quthbul Mutlak, yang di teruskan dengan Maqom Atmaniyyah, Arba’atul ‘Amadu, Muqoyyad, Autad, Nuqiba, Nujaba ‘ Abdal, Nasrulloh, Rijalulloh dan lain sebagainya.

Diantara Wali yang ada, semua Waliyullah derajatnya dibawah telapak Quthbul Muthlak sendiri derajatnya sebagai penerus Rosululloh, yaitu dibawah ketiak atau pundaknya Nabiyulloh Muhammah SAW (Maqom Qurbah). Jadi walau Moh. Syam Magelung Sakti pada waktu itu derajatnya sudah mencapai Waliyullah Kamil, namun dalam hal Maqom, beliau belum ada apa-apanya dengan Maqom Quthbul Mauthlak yang barusan Misteri bedarkan tadi. Kami lanjutkan ke cerita semula…
Setelah Moh. Syam sampai dilaut pulau Jawa, beliau akhirnya singgah disalah satu pedesaan sambil tiada hentinya bertafakkur memohon kepada Allah SWT, untuk cepat ditemukan dengan Mursyid yang diinginkannya, tepatnya pada malam jum’at kliwon ditengah heningnya malam yang sunyi tiba-tiba beliau dikejutkan oleh suara uluk salam dari seseorang " Assalamu’alaikum Ya Akhi min Ahli Wilyah" lalu beliau pun dengan gugup menjawabnya " Wa’alaikum salam Ya Nabiyulloh Hidir AS yang telah membawaku ke pintu Rohmatallil’alamiin.

Lima tahun sudah Ananda mencari riddhoku dan kini ananda telah mencapainya, datanglah ke kota Cirebon dan temuilah Syarif Hidayatulloh, sesungguhnya dialah yang mempunyai derajat raja sebagai Maqom Quthbul Mutkhlak, terang Nabiyulloh Hidir AS, sambil menghilang dari pandangannya. Dengan semangat yang menggebu beliau langsung mengayuh jukungnya menuju kota Cirebon yang dimaksud, sedangkan ditempat lain Syarif Hidayatulloh / Sunan Gunung Jati yang sudah mengetahui kedatangan Moh. Syam Magelung Sakti lewat Maqomnya saat itu beliau langsung mengutus uwaknya sekaligus mertuanya Mbah Kuwu Cakra Buana untuk menjemputnya di pelabuhan laut Cirebon.
Sesampainya ditempat dimana Sunan Gunung Jati memerintahkannya. Mbah Kuwu tidak langsung menghadapkannya kepada Kanjeng Sunan, melainkan mengujinya terlebih dahulu, hal semacam ini bagi pemahaman ilmu tauhid disebut "Tahkikul ‘Ubudiyyah Fissifatir Robbaniah / meyakinkan seorang Waliyulloh pada tingkat ke Walian diantara hak dan Nur Robbani yang dipegangnya.

Setelah Moh. Syam sudah berada dihadapan Mbah Kuwu Cakra Buana, beliau langsung uluk salam menyapanya " wahai kisanak, taukah anda dimana saya harus bertemu dengan Sunan Gunung Jati? namun yang ditanya malah mengindahkan pertanyaannya dan balik bertanya.. " sudahkah kisanak sholat dhuhur, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh? terang Mbah Kuwu. ditanya seperti itu Moh. Syam langsung mengangguk mengiyakan bahwa memang dirinya belum melaksanakan sholat dhuhur, lalu Mbah Kuwu mengambil satu bumbung kecil yang terbuat dari bambu "Masuklah dan sholat berjamaah denganku" Sambil terheran-heran Moh. Syam mengikuti langkah manusia aneh dihadapannya yang tak lain adalah Mabh Kuwu Cakra Buana, masuk kedalam bumbung bambu yang ternyata dalamnya sangat luas dan bertengger Musholla besar yang sangat anggun, setelah usai sholat Mbah Kuwu mengajaknya  menuju kota Cirebon, namun sebelum sampai ketempat tujuan atas hawatif yang diterimanya dari sunan Gunung Jati, Mbah Kuwu memotong rambutnya dan langsung menghilang dari hadapan Moh. Syam Magelung Sakti. Tahu rambutnya telah terpotong beliau langsung berkeyakinan bahwa tiada lain manusia tadi (Mbah Kuwu) adalah Sunan Gunung Jati yang dimaksud. lalu beliaupun memanggilnya tiada henti hingga keseluruhan pelosok desa.
Kisah terpotongnya rambut Moh. Syam yang kini terkenal dengan sebutan Syeikh Magelung Sakti kini masih dilestarikan dan menjadi nama desa hingga kini yaitu di Desa Karang Getas sebelah selatan kantor wali kota Cirebon dan tahukah anda berapa meter rambut Syeikh Magelung Sakti, sesungguhnya? yaitu 340 m, atau sepanjang jalan Karang Getas, antara perbatasan desa Pagongan hingga lampu merah pasar Kanoman. Panjangnya rambut syeikh Magelung Sakti ini sudah dapat restu dari beberapa ulama khosois seperti Syeikh Auliya Nur Ali, Syeikh Kamil Ahmad Trusmi, Syeikh Ahmad Sindang Laut, Syeikh Asnawi bin Subki Gedongan.
Misteri lanjutkan kembali, dengan rasa bersemangat Moh. Syam terus mencari keberadaan Sunan Gunung Jati yang dianggapnya barusan memotong rambutnya, beliau terus berlari sambil memanggil nama Sunan Gunung Jati terus-menerus, pada suatu tempat tanpa disadari olehnya, beliau masuk dalam kerumunan orang banyak yang tak lain sedang dibuka perlombaan memperebutkan putri cantik dan sakti, Nyimas Gandasari Panguragan. Merasa dirinya masuk gelanggang arena, Wanita cantik yang tak lain adalah Nyimas Gandasari langsung menyerangnnya… Merasa dirinya diserang secara mendadak, Moh. Syam langsung mengelak dan menjauhinya, namun bagaimana dengan Nyimas Gandasari sendiri yang kala itu sedang diperebutkan para jawara dari berbagai pelosok daerah. beliau sangat tersinggung dengan menghindarinya pemuda yang barusan masuk tadi, maka dengan serangan berapi-api Nyimas Gandasari langsung melipat gandakan tenaganya untuk menglahkan pesaing yang kini sedang dihadapinya.
Dengan perasaan dongkol, Moh. Syam akhirnya memutuskan untuk melayaninya dengan bersungguh hati hingga ditengah perjalanan Nyimas Gandasari sangat kewalahan. Merasa kesaktiannya kalah dibawah pemuda asing yang kini sedang dihadapinya, maka dengan sesekali loncatan Nyimas Gandasari berucap "Ya Kanjeng Susuhan Sunan Gunung Jati, Yajabarutihi ila sulthonil alam, kun fayakun Lailaha Illallah Muhamad Rosululloh" lalu beliau langsung terbang ke awang-awang dengan maksud agar pemuda tadi tidak sampai mengejarnya. lain dengan jalan pikiran Moh. Syam waktu itu setelah beliau mendengar nama Sunan Gunung Jati disebutnya, beliau tambah berambisi utnuk mencari tahu, maka disusullah Nyimas Gandasari, hingga sampai tangan kanannya terperangkap.
Merasa dirinya panik Nyimas Gandasari langsung melepaskan tangan Moh. Syam sambil tubuhnya menukik tajam kebawah. pada saat yang bersamaan Sunan Gunung Jati yang sedang tafakkur disungai Kali Jaga, kedatangan Nyimas Gandasari yang wajahnya terlihat pucat pasi dan sambil menuding kearah depan Nyimas Gandasari, memohon kepada gurunya agar pemuda yang mengejarnya tidak melihat dirinya. lalu dengan menyelipkan tubuhnya dibawah bekiak kakinya, kanjeng sunan Gunung Jati berkata pada pemuda yang barusan datang dihadapannya " Wahai kisanak, anda mencari siapa ditempat yang sepi seperti ini?" lalu Moh. Syam pun menjawabnya " Kisanak mohon maaf sesungguhnya saya datang kemari mencari gadis untuk meminta bantuannya, dimana saya bisa menemui Sunan Gunung Jati?" dengan tersenyum akhirnya Sunan Gunung Jati melepaskan wujud kecil Nyimas Gandasari ke wujud semula dan meminta berterus terang dengan apa yang pernah di ikrarkan sebelumnya, yaitu wajib mematuhi janjinya untuk menikah dengan orang yang mengalahkan kesaktiannya.
Dengan perjalanan ini akhirnya Moh. Syam berganti nama dengan sebutan Pangeran Soka dan dipenghujung cerita antara Nyimas Gandasari dan Pangeran Soka akhirnya berikrar untuk meneruskan perjalanan hidupnya menuju ilmu tauhid yang lebih matang hingga mereka berdua mufakat menjalankan nikah bisirri tanpa hubungan badan selayaknya suami istri, namun akan bersatu dengan nikah hakikiyah di alam surga kelak dengan disaksikan langsung oleh Sunan Gunung Jati Min Quthbil Mutlak ila Jami’il Waliyulloh.


Referensi: 
  1. As-Sayyid Musthafa Mujtaba, Kitab Ansab Ahlulbait Fi Syam, t.1879, h.25
  2. Shohibul Faroji Azmatkhan, Biografi Sunan Magelung Sakti, Jakarta: Penerbit Madawis, 2010
  3. Shohibul Faroji Azmatkhan, Novel Sunan Magelung Sakti, Jakarta: Penerbit Madawis, 2010

Jumat, 19 April 2013

(22A) As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandiy (Ibrahim Asmoro) bin Al-Imam Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubro


Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandi yang bergelar Ibrahim Asmoro adalah anak ke-1 dari Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra. 

NASAB LENGKAP

Nasab lengkapnya adalah Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandi yang bergelar Ibrahim Asmoro bin Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra bin Ahmad Syah Jalaluddin bin Amir Abdullah  bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Marbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi Shohib Bait Jubair bin Muhammad Maula Ash-Shouma'ah bin Alwi Al-Mubtakir bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja'far Shodiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib Wa Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad.  

JABATAN

Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandi  adalah Muballigh Nusantara, Desainer dan Pendiri Majelis Dakwah Walisongo.

NAMA GELAR IBRAHAIM ZAINUDDIN AL-AKBAR AS-SAMARQANDI
  1. Sayyid Ibrahim Asmoro
  2. Syaikh Ibrahim As-Samarqandi 
  3. Syaikh Zainal Akbar

NAMA ISTERI IBRAHIM ZAINUDDIN AL-AKBAR AS-SAMARQANDI
  1. Isteri Pertama: Wan Maimunah binti Syekh Yusuf As-Syandani Pattani Thailand, melahirkan 5 anak yaitu: Wan Husain, Wan Muhammad Yasin, Wan Yahya, Wan Jamilah, dan Wan Abdurahman; 
  2. Istri Kedua adalah Dewi Chondro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dinasti Ming. Makam di Philipina. melahirkan 4 anak yaitu: Fadhal Ali Murtadha, Maulana Ishaq, Sunan Ampel, dan Thabirah.

                       NAMA ANAK IBRAHIM ZAINUDDIN AL-AKBAR AS-SAMARQANDI
Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandi Azmatkhan memiliki 15 anak, yaitu:
  1. Wan Husain, 
  2. Wan Muhammad Yasin, 
  3. Wan Yahya, 
  4. Wan Jamilah, 
  5. Wan Abdurahman,
  6. Fadhal Ali Murtadha, 
  7. Maulana Ishaq, 
  8. Zainab atau Thabirah
  9. Sunan Ampel, 

WAFAT

Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandi wafat dan dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.


DAFTAR PUSTAKA:

As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan, Al-Mausuu'ah Li Ansaab Itrati Al-Imam Al-Husaini, Jakarta: Penerbit.Madawis, Cetakan 1, 2011

As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan, Biografi As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Akbar As-Samarqandi, Jakarta: Penerbit.Madawis, Cetakan 1, 2011.

Jumat, 12 April 2013

(39) Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh



Syekh Sayyid Hafiz Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi (bernama lengkap Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini ibn Muhammad Mishbah ibn Bahruddin Azmatkhan; (bahasa Arab:الشيخ السيد صاحب الفرج عظمت خان باعلوي الحسيني)‎ ; lahir di Banyuwangi 25 Jumadil Akhir 1397 H/ 13 Juni 1977 M) adalah tokoh sufi dan alawiyyin yang berasal dari Indonesia.[1]

Nasab Syekh 

Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan melalui ayahnya adalah keturunan Sayyid Ja'far Shadiq Sunan Kudus, dan melalui ibunya adalah keturunan Pangeran Diponegoro.

Gelar Azmatkhan diberikan karena ia keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, yaitu seorang sayyid yang lahir di Tarim, Hadramaut, dan kemudian menjadi raja di India. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan adalah leluhur Walisongo.
  1. Nabi Muhammad Rasulullah, Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, Wafat di Madinah  12 Rabiul Awwal 11 H, memiliki anak yaitu:
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra, Menikah dengan Imam Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah, Wafat di Madinah 634 M, memiliki anak yaitu:
  3. Al-Imam As-Sayyid Al-Husain, Menikah dengan Syahrbanu, putri Yazdigird, kaisar terakhir Sasaniyah, Persia, Wafat di Karbala Iraq 64 H, memiliki anak yaitu:
  4. Al-Imam As-Sayyid Ali Zainal Abidin, Menikah dengan Fathimah binti Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Wafat di Baqi Madinah 93 H, memiliki anak yaitu:
  5. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Al-Baqir, Menikah dengan Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq, Wafat di Baqi Madinah 114 H, memiliki anak yaitu:
  6. Al-Imam As-Sayyid Ja’far Shadiq, Menikah dengan Fathimah binti Husain bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, Wafat di Baqi Madinah 148 H, memiliki anak yaitu:
  7. Al-Imam As-Sayyid Ali Al-Uraidhi, Wafat di Al-'Uraidh Madinah 210 H, memiliki anak yaitu:
  8. Al-Imam As-Sayyid Muhammad An-Naqib, Wafat di Bashrah 243 H, memiliki anak yaitu:
  9. Al-Imam As-Sayyid Isa Ar-Rumi Al-Azraq, Wafat di Bashrah 298 H, memiliki anak yaitu:
  10. Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir, Menikah dengan Zainab binti Abdullah bin Hasan bin Ali Al-Uraidhi, Wafat di Hasys Yaman 345 H, memiliki anak yaitu:
  11. Al-Imam As-Sayyid Ubaidillah Menikah dengan Ummul Banin binti Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi,Wafat di Sumal Yaman 383 H, memiliki anak yaitu:
  12. Al-Imam As-Sayyid Alwi, Wafat di Hadramaut Yaman 400 H, memiliki anak yaitu:
  13. Al-Imam As-Sayyid Muhammad, Wafat di Bayt Jubair Yaman 446 H, memiliki anak yaitu:
  14. Al-Imam As-Sayyid Alwi, Wafat di Bayt Jubair Yaman 512 H, memiliki anak yaitu:
  15. Al-Imam As-Sayyid Ali Khali’ Qasam, Wafat di Tarim Yaman 529 H, memiliki anak yaitu:
  16. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath, Wafat di Marbath Oman 556 H, memiliki anak yaitu:
  17. Al-Imam As-Sayyid Alwi Ammil Faqih, Wafat di Yaman 613 H, memiliki anak yaitu:
  18. Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik AzmatkhanMenikah dengan Ummu Abdillah binti Raja Nasarabad India Lama, Wafat di Nasarabad India 653 H, memiliki anak yaitu:
  19. As-Sayyid Abdillah Amir Khan, Wafat di Nasarabad India 696 H, memiliki anak yaitu:
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin, Wafat di Nasarabad India 711 H, memiliki anak yaitu:
  21. As-Sayyid Jamaluddin Al-HusainMenikah dengan Amira Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taraghay (Pendiri Dinasti Timuriyyah, Raja Uzbekistan, Samarkand), Wafat di Wajo Sulawesi 760 H, memiliki anak yaitu:
  22. As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-akbar (IBRAHIM ASMORO)Menikah dengan Dewi Chondro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dinasti Ming. Wafat di desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Tuban, 834 H, memiliki anak yaitu:
  23. As-Sayyid Fadhal Ali Murtadha (SUNAN SANTRI), Menikah dengan Sarah binti Maulana Malik Ibrahim, Wafat di Gresik 895 H, memiliki anak yaitu:
  24. As-Sayyid Utsman Haji (SUNAN NGUDUNG)Menikah dengan Dewi Sari binti Ahmad Wilwatikta (Dewi Sari adalah kakak perempuan dari Sunan Kalijaga), Wafat di Troloyo Mojokerto, 945 H, memiliki anak yaitu:
  25. As-Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan (SUNAN KUDUS), Menikah dengan Syarifah Dewi Rahil binti Sunan Bonang, Wafat di Kudus 5 Mei 1550M/ 958 H, memiliki anak yaitu: 
  26. As-Sayyid Amir Hasan Azmatkhan (Panembahan Wali Qutub I), Menikah dengan Dewi Ratih binti Raden Fattah, Wafat di Kudus 1570M/ 978 H, memiliki anak yaitu:
  27. As-Sayyid Shaleh Azmatkhan (Panembahan Pekaos), Menikah dengan Ratu Maduratna binti Khalifah Ismail bin Khalifah Ibrahim bin Khalifah Sughra bin Khalifah Husain (Sultan/ Raja Madura Pertama/ Pendiri Kerajaan Madura), Wafat di Surabaya 1590 M/ 998 H, memiliki anak yaitu:
  28. As-Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (Pangeran Ketandhur Bangkal)Menikah dengan Dewi Pandanaran binti Ki Ageng Pandanaran II alias Sunan Tembayat alias Bupati Semarang II, Wafat di Sumenep Jawa Timur 1610 M/ 1019 H, memiliki anak yaitu:
  29. As-Sayyid Yusuf Azmatkhan (Pangeran Waliyul Ilmi), Menikah dengan Fathimah binti Yusuf Anggawi Al-Hasani, Wafat di Madura 1630 M/ 1039 H, memiliki anak yaitu:
  30. As-Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Dipakusuma I/ Menantu Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam, Menjadi Mufti Besar Kesultanan Palembang Darussalam, menikah dengan putrinya yang bernama Raden Ayu Dipakusuma binti Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam), Wafat di Palembang 1712 M/ 1124 H, memiliki anak yaitu:
  31. As-Sayyid Hasan Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Dipakusuma II), Menjadi Imam Masjidil Haram, Menikah dengan Putri Hijaz Al-Hasani, yaitu Sharifa Muzeyma binti Ghalib Al-Hasani, Wafat di Madinah Munawwarah, Saudi Arabia 1814 M/ 1229 H, memiliki anak yaitu:
  32. As-Sayyid Sulaiman Azmatkhan (Pangean Dipakusuma III). Menikah dengan Fathimah binti Musthofa bin Muhammad bin Ahmad bin Zaini bin Qadir bin Abdul Wahhab bin Muhammad bin Abdurrazzaq bin Ali bin Ahmad bin Ahmad Al-Mutsanna bin Muhammad bin Zakariya bin Yahya bin Muhammad bin Abi Abdillah bin Al-Hasan bin Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Al-Hasani. Wafat di Madinah Munawwarah, Saudi Arabia 1834 M/ 1250 H, memiliki anak yaitu:
  33. As-Sayyid Makkiy Azmatkhan (Mufti Besar Hijaz dari Pemerintahan Amir 'Abdullah Kamil Pasha bin Muhammad)Menikah dengan Maryam (puteri Ke-2) binti Imam Nawawi Al-Bantani Azmatkhan (dan hidup di Makkah). Memiliki 2 anak di antaranya adalah Mujtaba dan Muhammad, Wafat di Madinah Al-Munawwarah, 1877 M/ 1294 H, memiliki anak yaitu:
  34. As-Sayyid Mujtaba Azmatkhan (Pangeran Macan Putih I/ Sultan Blambangan Islam/ Sultan Tawang Alun, Menikah dengan putri bungsu Pangeran Diponegoro, yaitu Radin Ayu Putri Muna Adimah Sughra binti Pangeran Diponegoro, dan memiliki 2 anak laki-laki yaitu: Mustafa dan Ali (alias Nawawi). Wafat di Banyuwangi 1897 M/ 1315 H, memiliki anak yaitu:
  35. As-Sayyid Musthafa Azmatkhan (Pangeran Macan Putih II), Menikah dengan Syarifah Hamatun Mujahidah (Hamatun II) binti Imam Bonjol, Wafat di Banyuwangi 1917 M/ 1335 H, memiliki anak yaitu:
  36. As-Sayyid Abdurrazzaq Azmatkhan (Pangeran Macan Putih III), Menikah dengan Ummu Banin binti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Wafat di Banyuwangi 1937 M/ 1356 H, memiliki anak yaitu:
  37. As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan (Panembahan Wali Qutub II), Menikah dengan Amnah binti Munir bin Siraj bin Abdullah Faqih, Wafat di Banyuwangi 1992 M/  1413 H, memiliki anak yaitu:
  38. As-Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan (Pangeran Tawang Alun II), Menikah dengan Salmah binti Muhammad Mubin Azmatkhan, melahirkan anak bernama:
  39. As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh (Syekh Mufti Pangeran Penghulu Nata Agama)

ISTERI
  1. Irhamni binti KH.Ahmad Zaini bin KH. Syafawi bin KH.Basyir (menikah tahun 2002, bercerai tahun 2010), melahirkan 3 anak
  2. Selvya Fairuz (menikah tahun 2011), melahirkan 2 anak

ANAK-ANAK

  1. As-Sayyid Muhammad Asyaddu Hubballillah Azmatkhan (ibunya bernama Irhamni)
  2. As-Sayyid 'Ali Al-Haqqu Mirrabbik Azmatkhan (ibunya bernama Irhamni)
  3. Syarifah Khairani Farasyta Azka Azmatkhan (ibunya bernama Irhamni)
  4. As-Sayyid Muhammad Alwi Abdul Malik Azmatkhan (ibunya bernama Selvya Fairus)
  5. As-Sayyid Muhammad Ali Al-Mahdi Azmatkhan (ibunya bernama Selvya Fairus)
ORGANISASI, PARTAI & JABATAN
  1. Tahun 1992 , Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Jabatan Anggota
  2. Tahun 1996, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Jabatan anggota
  3. Tahun 2001, Nahdlatul Ulama, Jabatan pernah menjadi Sekretaris II PWNU Prov.Bali
  4. Tahun 2004-Sekarang, Majelis Dakwah Walisongo, Jabatan Imam Besar
  5. Tahun 2010-Sekarang,  (Hasil Munas VIII, tahun 2010, Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama pada Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jabatan Anggota
  6. Tahun 2009-2012, Islamic Mint Nusantara, Jabatan Faqih & Qadhi 
  7. Tahun 2009-Sekarang, Forum Fuqaha Indonesia, jabatan Ketua Umum
  8. Tahun 2013-Sekarang, Mufti Kesultanan Palembang Darussalam
  9. Tahun 2015-Sekarang, Wakil Ketua Lembaga Falakiyyah PBNU, Periode 2015-2020
  10. Tahun 2015-Sekarang, Lembaga Riset Kajian Strategis Rakyat Indonesia Bersatu (RI-1), Jabatan Direktur Eksekutif  
  11. Tahun 2015-Sekarang, DPP Partai IDAMAN (Islam Damai Aman), Jabatan Ketua Bidang Agama Islam dan Hubungan Lintas Agama DPP Partai IDAMAN

PENELITIAN

  1. Tim Peneliti Kementerian Agama Republik Indonesia, Agustus 2015, Untuk mencari fakta akar masalah pembakaran masjid dalam Insiden Tolikara, Provinsi Papua
  2. Tim Pencari Fakta Independent Aceh Singkil, Oktober 2015, Untuk mencari fakta akar masalah pembakaran gereja dalam insident Aceh Singkil.

GELAR
  1. Pada 5 Mei 2013, Syekh Shohibul Faroji diangkat oleh Sri Sultan Mahmud Badaruddin (Sultan Kesultanan Palembang Darussalam) menjadi Mufti Besar Kesultanan Palembang Darussalam dan bergelar Al-Mursyid Syekh Mufti Pangeran Penghulu Nata Agama As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh, berdasarkan Surat Keputusan Keraton Kesultanan Palembang Darussalam No.074/SKP/KKPDS/V/2013.                                                                                       
  2. Pada 14 Juli 2013, Syekh Shohibul Faroji diangkat oleh Maharaja Kutai Mulawarman menjadi Ketua Dewan Nala Duta Igama Kerajaan Kutai Mulawarman dan bergelar Yang Mulia Sri Raja Paduka Auliya Nata Igama Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh, berdasarkan Surat Keputusan Sabdo Pandito Maharaja Kutai Mulawarman Nomor Istimewa 14.07.2013




KARYA TULIS BERUPA BUKU
  1. Tafsir Ma'rifatullah (Juni 2004)
  2. Tafsir Liqa' Allah (Juni 2004)
  3. Tafsir Mahabbatullah, volume 1-114 (Juni 2004)
  4. Panduan Menuju Pencerahan Ruhani (Juni, 2007)
  5. Tafsir Amar Ma'ruf Nahi Munkar (Agustus, 2009)
  6. Tafsir Dinar Dirham Islam  (September, 2009)
  7. Hadits Dinar Dirham Islam (Oktober, 2009)
  8. Fiqih Dinar Dirham Islam (Desember, 2009)
  9. Fiqih Pasar Islam (Januari, 2010)
  10. Fiqih Baitul Mal (Agustus, 2010)
  11. Fiqih Masjid (Juni, 2011)
  12. Fiqih Khilafah Islam (Juli, 2012)
  13. Fakta Kedatangan Nabi Muhammad dan Para Sahabat Ke Nusantara (September, 2013)
  14. Kembalinya Tahta Kesultanan Palembang Darussalam (September, 2013)
  15. Fatahillah & Sejarah Asal-Usul Jakarta (September, 2013)
  16. The Return Of Dinar Dirham (Februari, 2014)

KARYA ORASI BERUPA DVD/VCD
  1. DVD Ceramah dengan Judul "Kajian Kitab Ihya Ulumuddin Bagian 1"
  2. DVD Ceramah dengan Judul "Fakta Nabi Muhammad dan Para Sahabat Pernah Datang Ke Nusantara"

PARA GURU & MURSYID

  1. Asy-Syaikh KH. 'Adlan 'Ali Azmatkhan, guru Tahfizhul Qur'an, pendiri Pesantren Walisongo, Cukir, Tebuireng, Jomban). Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad Tahfizhul Qur'an yang bersambung kepada sanad Rasulullah
  2. Asy-Syaikh Yusuf Masyhar, guru Tahfizhul Qur'an, pendiri Pesantren Madrasatul Qur'an, Tebuireng, Jombang). Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad Tahfizhul Qur'an yang bersambung kepada sanad Rasulullah
  3. Asy-Syaikh Marzuki Muslih, guru Nahwu Shorof Balaghah. Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad nahwu-shorof-balaghah.
  4. Prof. KH. Ibrohim Hosen, mantan Ketua Umum MUI. Kepada profesor ini, Syaikh Shohibul Faroji belajar Ushul Fiqih, Qawaidul Fiqhiyyah, dan Fiqih Muqaranah (perbandingan Madzhab), dan mendapatkan sanad keilmuan bidang Ushul fiqih, Qawaidul Fiqhiyyah dan Fiqih Muqaranah
  5. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Abdus Salam Al-Masyisyi Al-Hasani, ulama besar Libanon.
  6. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Faidullah bin Musa Al-Hakkari Al-Masyisyi Al-Hasani, ulama besar Libanon.
  7. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muhammad Yahya bin Muhammad Al-‘Abid As-Sanusi Al-Hasani, ulama besar Libya.
  8. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Mahdi bin Mahmud Al-Umry Al-Hasani, ulama besar Marokko.
  9. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Mustafa bin Abdurrahman Asy-Syarif Al-Hasani, ulama besar Marokko.
  10. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muhammad Nur bin Muhammad Ibrahim Al-Kutbi Al-Hasani, ulama besar Haramain.
  11. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muthahar bin Jamsid Al-Khayyath Al-Maddah Al-Hasani, ulama besar Iraq.

DAFTAR PUSTAKA

  1. The Ahlulbayt Nasab Center Maktab Of Morocco, Ensiklopedi Nasab Of Imam Husain,0009/MAA/Azmatkhan/Al-husaini/V/2011, Rabat Morocco
  2. The South Asian Community Of Azmatkhan Al-Husaini Family, Maktab Of India, Ensiklopedi Nasab Of Imam Husain,1431H/02/0099, Nasirabad-Haidarabad-India
  3. "FATWA ON WEIGHT AND PURITY OF DINAR-DIRHAM ISLAM". islamhariini. 16 Maret 2011. Retrieved 16 Maret 2011.
  4. "Susunan Pengurus Komisi-Komisi MUI Hasil MUNAS VIII Tahun 2010.". mui. 16 Maret 2011. Retrieved 16 Maret 2011.
  5. "SUSUNAN PENGURUS PUSAT MASYARAKAT EKONOMI SYARIAH PERIODE 1429 - 1432 H". ekonomisyariah. 16 Maret 2011. Retrieved 16 Maret 2011.
  6. Waliyul Ilmi, Intisari Karya Shohibul Faroji Azmatkhan, Majelis Dakwah Walisongo, Jakarta,2011
  7. Shohibul Faroji Azmatkhan, ensiklopedia tarekat,Majelis Dakwah Walisongo (Madawis), Jakarta,2011
  8. Madawis, Manakib Syekh Shohibul Faroji, Perjalanan Spiritual Mursyid 30 Tarekat,Penerbit Walisongo Press, Jakarta, Edisi revisi, 2011




Kajian Kitab Ihya Ulumuddin Bab Ilmu oleh Shohibul Faroji Azmatkhan


Kajian Kitab Ihya Ulumuddin Bab Ilmu oleh Shohibul Faroji Azmatkhan