Rabu, 21 Agustus 2013

Sunan Kudus, Waliyyul Ilmi & Ulama Ahli Nasabnya Walisongo

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Sunan Kudus….Siapa yang tidak kenal nama wali yang satu ini, Jika menyebut nama Walisongo, rasanya akan sangat aneh jika nama Sunan Kudus tidak disebut.

Dalam ziarah ziarah makam walisongo, nama Sunan Kudus menjadi daftar “buruan” penting para penziarah. Saya sendiri tahun 2012 saat melakukan perjalanan religi 9 wali, menjadikan makam Sunan Kudus menjadi tempat yang wajib harus saya datangi, karena kalau saya tidak datangi betapa “kurang ajarnya” saya, karena melalui didikan dan binaaan beliaulah leluhur saya menjadi orang yang mengerti luar dalam tentang agama Islam. Leluhur saya dan Sunan Kudus memang seperti mata rantai yang tidak terpisahkan. Dalam sejarah Kesultanan Demak khususnya keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan yang adipatinya Pangeran Aria Penangsang Azmatkhan, orang yang paling didengar dan dipatuhi kata-katanya adalah Sunan Kudus, tidak heran dalam catatan sejarah tentang Sunan Kudus, leluhur saya merupakan anak angkat, santri terbaik dan kesayangan dari Sunan Kudus. Bukan itu saja hubungan itu diperkuat dengan adanya putri Sunan Kudus yang menikah dengan Pangeran Arya Penangsang, Kedekatan mereka memang sangat terkenal, sehingga tidak heran saking dekatnya mereka, ketika fitnah melanda cucu Raden Fattah tersebut, nama Sunan Kudus ikut ikutan diseret, padahal Sunan Kudus dan muridnya itu justru berusaha menghindari adanya konflik konflik di Kesultanan tersebut. Dan orang yang paling berjasa dalam menyelamatkan keturunan cucu Raden Fattah tersebut adalah Sunan Kudus. Melalui nasehat beliaulah akhirnya cucu Raden Fattah tersebut hijrah kenegeri Sumatra Selatan demi menghindari perang saudara dan fitnah yang melanda keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan tersebut. Dan walaupun keduanya sudah terpisah lokasi, namun ternyata hubungan kekeluargaan tetap terjalin. Sekalipun sejarah berkata lain tentang nasib Aria Penangsang yang dikatakan tewas, namun fakta sesungguhnya bahwa keturunan Aria Penangsang tetap masih lestari, itu karena jasa Sunan Kudus dan keluarga besarnya. Sehingga dengan adanya fakta seperti ini rasanya sangat keterlaluan jika makam Sunan Kudus tidak saya kunjungi.

Sunan Kudus adalah keturunan ke-25 dari Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan keturunan Ahlul Bait dari jalur Bani Alawi yang ada di Hadramaut Yaman. Adapun Nasab dari Sunan Kudus adalah sebagai berikut : Sunan Kudus/Sayyid Ja’far Shodiq Azmatkhan/Waliyul Ilmi/Senopati Kesultanan Demak bin Sunan Ngudung/Raden Usman Haji/Senopati Demak bin Fadhal Ali Murtadha/Raja Pandita/Raden Santri/Empu Prapanca bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy/Ibrahim Asmorokondi bin Husain Jamaluddin Al Akbar Jumadhil Kubro bin Sultan Ahmad Syah Jalaluddin bin Abdullah Amir Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi Atsani bin Muhammad Shohibus Souma’ah bin Alwi Al Awwal bin Ubaidillah/Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin/Ali Al-Ausath/Ali As-Sajjad bin Al-Husain As-Shibti/Abu Syuhada bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Al-Batul binti Nabi Muhammad Rasulullah

Sunan Kudus adalah salah satu wali yang paling menonjol dalam jajaran walisongo. Nama besar beliau ini bahkan pernah menggetarkan Syarif Mekkah pada masanya. Dengan doanya Sunan Kudus wabah penyakit yang sedang melanda Mekkah pada masa itu berhasil disembuhkan, padahal sebelumnya Syarif Mekkah tersebut tidak terlalu menganggap jati diri seorang Sunan Kudus, namun berkat keikhlasan doa beliau akhirnya wabah tersebut lenyap. Sunan Kudus disamping sebagai seorang ulama, beliau juga terkenal ahli dalam ilmu filsafat, tatanegara, keperwiraan (militer) bahkan puisi. Itu masih ditambah dengan kealimannya dalam ilmu Tauhid, Ushuluddin, Mantiq dan Fiqh, sehingga dengan kemampuannya yang nyaris sempurna dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ini, gelar WALIYUL ILMI disematkan padanya. Gelar itu juga merujuk pada kecerdikannya dalam berdakwah, ketika beliau berhasil menarik umat Hindu dan Budha ke dalam Islam tanpa paksaan. Inilah yang disebut para ahli sejarah islam sebagai jejak penting warisan Sunan Kudus dalam bidang toleransi sosial.

Namun dibalik kemampuan beliau dalam berbagai disiplin ilmu baik agama maupun yang umum, tidak banyak yang tahu jika beliau sesungguhnya juga seorang ulama ahli nasab yang mumpuni dan ini kelak diturunkan kepada keturunannya, tidak heran banyak keturunan Sunan Kudus disamping alim sebagai ulama, kemampuan ilmu nasab mereka sangat luar biasa. Gelar waliyul Ilmi pada Sunan Kudus sebenarnya sudah mengisyaratkan itu. Sunan Kudus adalah Naqib Nasab pada masa walisongo khususnya Nasab keluarga besar walisongo. Bukan saja itu nasab-nasab lainpun beliau kuasai dengan baik. Jadi tidak benar jika penjagaan nasab tidak dilakukan keluarga besar walisongo. Sejak masa walisongo, Sunan Kudus sudah melakukan itu, bahkan tugas penjagaan nasab itu dilakukan itu bukan saja dari masa sunan kudus namun itu sudah dilakukan sejak masa Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang merupakan leluhur walisongo. Kenapa demikian? Karena catatan Sanad Ilmu Nasab Sunan Kudus bermuara kepada Sayyid Abdul Malik kemudian dilanjutkan kepada ayahnya Imam Alwi Ammul Faqih dan terus sampai ke Rasulullah SAW. Semua nasab-nasab keluarga besar walisongo Sunan Kuduslah yang memelihara, menjaga, meneliti, mencatat dan sudah tentu mentahqib lalu mensyahkannya, sehingga dengan fungsinya sebagai Naqib maka banyaklah yang selamat nasab-nasab keluarga besar walisongo. Keluarga walisongo memang mempunyai catatan nasab masing masing, namun demikian dari masing-masing keluarga walisongo itu terkumpul menjadi satu di tangan Sunan Kudus. Untuk menjadi seorang ahli nasab seperti Sunan Kudus tidaklah semua ulama bias mencapainya. Oleh karena tidak perlu heran dengan kemampuannya yang kompleks itu beliau sampai sampai dijuluki WALIYUL ILMI.

Kemampuan Ilmu nasab Sunan Kudus pada perkembangan selanjutnya dilanjutkan kepada anaknya yaitu Sayyid Amir Hasan Azmatkhan dari Sayyid Amir Hasan terus dilanjutkan sampai generasi sekarang. Semua keturunan Sunan Kudus dari jalur Sayyid Amir Hasan Azmatkhan adalah ahli-ahli nasab yang saling sambung menyambung baik secara sanad ilmu, nasab darah dan sanad ilmu nasab. Salah satu keturunan Sunan Kudus yang sangat terkenal sebagai ahli nasab yang tidak banyak diketahui masyarakat umum (padahal ilmunya setara guru besar) adalah Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh yang hidup dari tahun 1899 Masehi sampai 1991 Masehi. Beberapa orang pernah bertanya kepada saya, siapa Sayyid Bahruddin ini? Kok baru saya dengar….Jawab saya, ya itu karena anda gak berkecimpung dalam dunia ilmu nasab, sehingga nama-nama ulama yang faham nasab tidak anda tahu, lagipula Sosok beliau ini sosok sederhana dan tidak mau terlihat (terkenal) dimata masyarakat, beliau low profile, tidak terlihat jika beliau ini ulama besar apalagi hebat dalam ilmu nasab. Bahkan beliau ini terkesan seperti sosok rakyat desa yang biasa biasa saja. Sayyid Bahruddin Azmatkhan adalah seorang pakar nasab yang Hafal Ribuan Nasab plus detailnya, Hafal Alquran dan Hafal Ribuan Hadist, beliau juga mursyid berbagai Thariqah. Beliau memang bertipikal tawadhu, tidak banyak orang tahu jika beliau adalah ulama ahli nasab. Namun beberapa ulama khos masa lalu khususnya NU pasti mengenal sosok Sayyid Bahruddin ini, apalagi beliau juga murid dari Mbah Kholil Bangkalan yang juga sama sama keturunan SUNAN KUDUS. Bahkan Sayyid Bahruddin ini nasabnya lebih tua satu tingkat dari mbah kholil, sekalipun demikian secara keilmuan Sayyid Bahruddin tetap berguru dengan Mbah Kholil Bangkalan.

Sayyid Bahruddin ini melanjutkan perkembangan ilmu nasab yang telah dilakukan oleh datuk datuknya dengan mengadakan penelitian, penjagaan, pemeliharaan, pencatatan, pentahqiqan dan pengesahan nasab sejak dari tahun 1909 sampai wafatnya. Gerakan yang beliau lakukan jauh lebih awal daripada terbentuknya lembaga lembaga nasab yang ada dinegeri ini. Bahkan ayah dan kakek beliau juga tidak jauh beda dengan beliau ini gerakannya, bahkan gerakan keluarga besar Sunan Kudus tidak hanya Di Nusantara saja, mereka juga sudah merambah keluar Nusantara. Beliau banyak berkeliling keberbagai daerah untuk meneliti nasab, gerakan penelitian nasab dilakukan sepanjang hidupnya. Beliau melakukan tugas ini atas dasar keikhlasan demi terpeliharanya nasab nasab keluarga besar walisongo. Tidak ada yang membiayai kegiatan ini, semua murni karena panggilan jiwa dan keihklasan semata. Setelah beliau wafat, tugas tersebut kemudian diberikan tanggungj awabnya kepada cucunya yaitu As-Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam yaitu Assayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al Hafizh (Pangeran Penghulu Nata Agama). Dari mulai Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini tugas terus berlanjut sampai sekarang. Semua hal-hal yang berkaitan dengan walisongo diberikan kepada cucu tersayang dari Sayyid Bahruddin ini. Kedekatan Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini dengan kakeknya memang sangat kuat terjalin, dari kecil Syekh Mufti sudah dididik langsung oleh kakeknya baik dari berbagai ilmu agama dan sudah tentu gemblengan ilmu nasab dan juga Tariqah. Sayyid Bahruddin memang sangat mencintai cucu beliau ini, sehingga akhirnya tidak perlu heran jika ilmu yang beliau miliki menurun kepada Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam.

Semoga jasa keluarga besar Sunan Kudus dan keturunannya Allah ganjar dengan sebaik baiknya balasan. Amin…..

Wallahu A'lam Bisshowab....