Selasa, 24 September 2013

Sistem Militer & Strategi Perang Rasulullah


Pernah disampaikan di hadapan para perwira TNI AD, tahun 1999

Oleh:
Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)

VISI PERANG RASULULLAH: RASULULLAH MENGUTAMAKAN PERDAMAIAN DARIPADA PEPERANGAN
Rasulullah صلى الله عليه وسلم, tidak pernah memulai peperangan sama sekali. Sebab, beliau berusaha semaksimal mungkin supaya tidak ada pertumpahan darah manusia. Karena beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih sayang.

SISTEM MILITER RASULULLAH
  1. KAVALERI, yaitu pasukan berkuda Rasulullah berperan sebagai satuan yang mampu bergerak cepat dan berfungsi sebagai penyerang pendadakan atau pendobrak yang akan membuka jalan bagi pasukan infanteri. Selain itu pasukan kavaleri pada dulunya (di zaman Rasulullah) juga dianggap sebagai pasukan elit yang mampu mendobrak baris pertahanan musuh dengan cepat dan mematikan. sebab lain pada masa itu hanya kaum bangsawan, tuan tanah, dan para ksatria yang boleh dan mampu membeli kuda.
  2. INVANTRI, yaitu pasukan tempur darat utama yaitu pasukan berjalan kaki yang dilengkapi persenjataan ringan, dilatih dan disiapkan untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat. Infanteri berasal dari kata infant yang berarti kaki, biasanya untuk menggambarkan para tentara muda yang berjalan kaki di sekeliling para kesatria yang menunggang kuda atau kereta. Oleh karena itu seorang infanteri harus memiliki kemampuan berkelahi, menembak, dan bertempur dalam segala medan dan cuaca. (Sumber Data: Sistem Militer Rasulullah, karya Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh, Penerbit Madawis, 1999, Pernah di sampaikan dalam Ceramah di Mabes TNI AD, tahun 1999)

DUA MACAM PERANG RASULULLAH
Ada 2 Macam model peperangan Rasulullah, yaitu:
  1. Ghazwah, adalah Rasulullah turun langsung dalam pertempuran
  2. Sirya, adalah Pertempuran terjadi atas perintah Rasulullah
GHAZWAH RASULULLAH (Turun langsung dalam pertempuran)
  1. Ghazwah Waddan (Perang Waddan)terjadi pada Shafar 2 H, tidak terjadi pertempuran sebab tidak bertemu dengan pasukan Quraish. Ikatan perjanjian damai dilakukan dengan Bani Dhamrah. (Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  2. Ghazwah Buwat (Perang Buwath), terjadi Rabiul Awal 2 H, tidak dapat menyusul kafilah Quraish.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  3. Ghazwah Dul Ashir (Perang Dzul ‘Usyairah)terjadi Jumadil Akhir 2 H, tidak terjadi kontak senjata, Rasulullah SAW mengadakan ikatan perjanjian damai di jalur kafilah dagang itu dengan kabilah Bani Mudlij dan sekutu-sekutu Bani Dhamrah.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  4. Ghazwah Badar Awwal (Perang Badar Pertama)terjadi Jumadil Akhir 2 H, tidak terjadi kontak senjata sebab pasukan Muslimin tidak dapat mengejar pasukan Quraish yang telah menyerang dan merampok/menjarah tempat-tempat penggembalaan di daerah pinggiran Madinah. (Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  5. Ghazwah Badar Kubra (Perang Badar Al-Kubra), terjadi Ramadhan 2 H,  terjadi karena Quraisy menginginkan terjadinya kontak senjata (perang) dengan pasukan Muslimin, walaupunkafilah dagang mereka telah memasuki jalur yang aman. Akhirpertempuran pasukan Muslimin memenangkan peperangan Badar Al-Kubra ini. Terdapat sekitar 68 orang tawanan perang (Suku Quraish) yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk diperlakukan dengan baik, sabdanya SAW: “Perlakukanlah tawanan itu dengan baik.” Sebahagian tawanan menebus kebebasan mereka dengan membayar antara 1000 Dirham sampai 4000 Dirham karena mereka orang kaya. Sementara ada sebahagian tawanan yang dibebaskan tanpa membayar tebusan karena mereka tergolong miskin. Dan ada sebahagian lagi yang dibebani mengajar anak-anak kaum Muslimin sebelum dibebaskan karena mereka adalah di antara orang-orang yang terpelajar.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  6. Ghazwah Bani Qaynuqa (Perang Bani Qainuqa), terjadi pada Syawal 2H, di Madinah adalah dikarenakan Kabilah Bani Qainuqa telah melanggar perjanjian dengan pihak Rasulullah dan membantu Quraisy untuk memusuhi Islam. Tidak terjadi pertempuran karena Bani Qainuqa telah keluar dari Madinah. Bani Qainuqa kalah dalam peperangan tanpa pertumpahan darah setelah dikepung oleh pasukan Muslimin selama 15 hari. Keputusan Rasulullah SAW terhadap Bani Qainuqa yang kalah adalah diusir keluar dari Madinah dengan meninggalkan senjata-senjata dan peralatan tukang pengrajin (kraft) emas, tetapi boleh membawa anak-anak, isteri dan harta benda mereka bersama. (Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  7. Ghazwah Bani Sulaim (Perang Bani Sulaim)terjadi pada Syawal 2H, terjadi karena Rasulullah SAW mengetahui persiapan yang mereka lakukan untuk menyerang Muslimin di Madinah tetapi tidak terjadi pertempuran sebab Kabilah Bani Sulaim dan Bani Ghatafan melarikan diri dan meninggalkan harta benda mereka. (Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  8. Ghazwah Sawiq (Perang Sawiq)terjadi pada Dzul Hijjah 2 H, terjadi karena Rasulullah SAW mengetahui persiapan yang mereka lakukan untuk menyerang Muslimin di Madinah tetapi tidak terjadi pertempuran sebab lepasnya pasukan musuh yaitu kaum Quraisy Makkah dari kejaran pasukan kaum Muslimin. (Sumber: Sirah Ibnu Hisyam) 
  9. Ghazwah Dzi Amr (Perang Dzu Amar), terjadi pada Rabiul Awwal 3 H, terjadi karena Rasulullah SAW mengetahui persiapan yang mereka lakukan untuk menyerang Muslimin di Madinah tetapi tidak terjadi pertempuran sebab Kabilah Bani Tsalabah dan Bani Muharib telah melarikan diri, dan pasukan kaum Muslimin menempati (menguasai) perkampungan mereka sekitar sebulan.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  10. Ghazwah Bahran  (Perang Bahran), terjadi Jumadil Awal 3 H, terjadi karena Rasulullah SAW mengetahui persiapan yang mereka lakukan untuk menyerang Muslimin di Madinah tetapi tidak terjadi pertempuran sebab Kabilah Bani Sulaim melarikan diri dan pasukan kaum Muslimin menempati (menguasai) perkampungan mereka sekitar dua bulan.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  11. Ghazwah Uhud (Perang Uhud), Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badr. Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil. (Sumber: Sirah Ibnu Hisyam) 
  12. Ghazwah Hamra'ul Asad (Perang Hamra'ul Asad), terjadi pada Syawwal 3 H, Melakukan perlawan terhadap Abu Sufyan yang hendak menggempur Madinah.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam) 
  13. Ghazwah Bani Nadhir (Perang Bani Nadhir), terjadi pada Rabiul Awal 4 H, terjadi karena Bani Nadhir telah melanggar perjanjian damai yang disepakati dengan pihak Muslimin dan Bani Nadhir diketahui berencana untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Perang ini tidak terjadi pertempuran karena Bani Nadhir lari ke perkampungan mereka yang sudah dipersiapkan benteng yang kuat untuk menghadapi pasukan Muslimin. Dengan kepungan yang dilakukan oleh pasukan Muslimin mengakibatkan mereka menyerah lalu keluar dari Madinah. Terjadi kekalahan yang tertimpa Bani Nadhir akibat dikepung oleh pasukan Muslimin selama sekitar 20 hari. Keputusan Rasulullah SAW setelah diadakan perundingan damai (gencatan senjata) adalah bahwa Bani Nadhir harus keluar dari Madinah, untuk setiap 3 orang hanya boleh membawa harta kekayaan yang dimuatkan pada seekor unta saja tanpa membawa senjata.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  14. Ghazwah Datur Riqa (Perang Dzatur Riqa), Rabiul Awal 4 H, terjadi karena Bani Tsa’labah dan BaniMuharib (dari Kabilah Najed) yang berkonsentrasi untuk memerangi Madinah dan juga membalas Kabilah Najed (Nejd) terhadap peristiwa Tragedi Bi’ir Ma’unah yang telah membunuh 70 utusan pendakwah Islam di Bi’ir Ma’unah Nejd. Tetapi Perang ini tidak terjadi pertempuran sebab kedua Kabilah itu melarikan diri sebelum bertemu dengan pasukan Muslimin.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  15. Ghazwah Badar Ukhra (Perang Badar terakhir), Sya’ban 4 H, terjadi dikarenakan keinginan pihak Quraisy bersama kaum Yahudi untuk membalas Perang Uhud, tetapi setelah pasukan Muslimin menunggu selama 8 hari pasukan Quraisy tidak muncul.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  16. Ghazwah Daumatul Jandal (Perang Daumatul Jandal), Rabiul Awal 5 H, terjadi karena ingin menumpaskan kabilah-kabilah di Daumatul Jandal yang hendak melakukan penyerangan ke Madinah. Tetapi kabilah-kabilah itu telah bersembunyi dan melarikan diri.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  17. Ghazwah Bani Musthaliq (Perang Bani Musthaliq/Perang Al-Muraisi'), Sya’ban 5 H, terjadi dikarenakan Bani Musthaliq sedang mengkonsentrasikan kekuatan untuk menyerang Madinah. Pasukan Muslimin mengepung Bani Musthaliq setelah terjadi pertempuran kecil yang berakibatkan 10 orang dari Bani Musthaliq yang tewas. Kemudian mereka menyerah diri lalu menjadi tawanan pasukan Muslimin. Sementara kabilah-kabilah lain yang menjadi sekutu Bani Musthaliq melarikan diri.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  18. Ghazwah Khandak (Perang Khandak), Sya’ban 5 H, adalah pertahanan (defensive) dalam bentuk pembuatan parit di sekeliling Madinah. Pasukan Muslimin membuat pertahanan parit bagi menghambat kekuatan pasukan musuh yang terdiri dari Kabilah Quraisy, kaum Yahudi dan kabilah-kabilah Arab lainnya menjadi satu aliansi kekuatan. Pertempuran terjadi dalam waktu yang relatif sebentar setelah niereka merasa kaget dengan parit yang dibuat oleh pasukan Muslimin Madinah. Kemenangan di tangan pasukan Muslimin setelah Rasulullah SAW berhasil memberikan isu kebencian dan memicu kekacauan di tubuh aliansi, yang akhirnya mereka saling memusuhi dan kemudian meninggalkan Madinah.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  19. Ghazwah Bani Quraizhah (Perang Bani Quraizah), Dzulqa’dah 5 H, terjadi karena pelanggaran perjanjian damai yang dilakukan oleh Bani Quraizah (Kaum Yahudi) dengan ikut sertanya mereka di pihak aliansi pada Perang Khandak. Pasukan Muslimin mengadakan pengepungan terhadap benteng pertahanan di pemukiman Bani Quraizah sekitar 25 hari tanpa terjadinya pertempuran. Hanya terdapat seorang Muslim yang menjadi korban tewas karena dibunuh oleh seorang wanita dari Bani Quraizah. Bani Quraizah menyerah diri ke pasukan Muslimin lalu mereka meminta Saad Bin Mu’adz r.a untuk membuat keputusan perundingan damai (permintaan ini dipersetujui oleh Rasulullah SAW), maka diputuskan oleh Saad Bin Mu’adz r.a. Pejuang-pejuang dari Bani Quraizah yang ikut berperang pada pasukan Ahzab (pasukan musuh di Perang Khandak), akan dihukum mati. Bani Quraizah keluar dari Madinah, selain yang dihukum mati. Harta benda milik Bani Quraizah diambil dan dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin yang ikut berperang. Anak-anak dan wanita Bani Quraizah tidak dibunuh, kecuali seorang saja yaitu wanita yang membunuh seorang Muslim ketika terjadinya pengepungan.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  20. Ghazwah Bani Lihyan (Perang Bani Lihyan), Rabiul Awal 6 H,  terjadi karena membalas Kabilah Bani Lihyan (Tragedi Ar-Raji’) yang telah melakukan pengkhianatan dengan pembunuhan terhadap 4 orang juru dakwah Islam dan menjual 2 orang juru dakwah Islam kepada Quraisy yang kemudiannya dibunuh juga. Tidak terjadi pertempuran sebab Bani Libyan telah melarikan diri.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  21. Ghazwah Dzi Qarad (Perang Dzi Qarad/Perang Al-Ghabah), Rabiul Awal 6 H, dilakukan oleh Rasulullah SAW karena sekelompok penjarah dari Bani Ghatafan telah membunuh seorang Muslim dan membawa lari seorang wanita Muslimah bersama onta-onta ternakan. Tidak terjadi pertempuran, hanya pengejaran yang berhasil menyelamatkan wanita Muslimah itu dan kawanan onta ternakan. Sementara sekelompok penjarah dapat melarikan diri.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  22. Ghazwah Hudaibiyah (Perang Hudaibiyah), Dzulqa’dah 6 H, direncanakan oleh Rasulullah SAW karena mengambil kesempatan musim Haji ke Baitul Haram Makkah, di mana bangsa Arab berkumpul untuk berhaji (budaya Arab). Rasulullah SAW meyakini bahwa tidak akan terjadi pertempuran sebab budaya Arab melarang (tidak boleh) berperang pada bulan haji. Misi Hudaybiyah adalah misi dakwah dengan menampakkan eksistansinya umat Islam yaitu pengikut Rasulullah SAW kepada bangsa Arab, dengan harapan mereka menerima Islam. Dengan kesempatan ini Rasulullah SAW mengadakan perjanjian damai dengan kabilah Quraisy, perjanjian ini dinamakan Hudnah Hudaybiyah yang berarti gencatan senjata Hudaybiyah.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  23. Ghazwah Khaibar (Perang Khaibar), Muharram 7 H,  adalah pertempuran antara pasukan Muslimin dengan kaum Yahudi Khaibar yang ada di Madinah. Penyebab terjadinya pertempuran ini adalah karena Kaum Yahudi Khaibar menghasut kabilah-kabilah Arab untuk memusuhi kaum Muslimin. Pertempuran sengit terjadi di kawasan perbentengan Yahudi Khaibar selama 3 hari yang akhirnya Yahudi Khaibar tertekan dan menyerahkan diri dengan syarat kaum Muslimin melindungi keselamatan jiwa mereka (tidak membunuh). Permintaan tersebut dipersetujui oleh Rasulullah SAW dan menyerahkan perkebunan wilayah Khaibar kepada Yahudi Khaibar dengan kesepakatan setengah hasil panen diperuntukkan untuk kaum Muslimin. Terdapat pertempuran-pertempuran lain dengan kaum Yahudi yang memusuhi kaum Muslimin yaitu; Yahudi Fadak, terjadi pertempuran dengan pasukan Muslimin, yang kemudian Yahudi Fadak menyerah diri dan berdamai dengan persyaratan yang sama seperti Yahudi Khaibar. Yahudi Wadil Qura, terjadi pertempuran beberapa jam dengan pasukan Muslimin yang kemudian terjadi perundingan damai, hasil perundingan sama seperti kepada Yahudi Khaibar.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  24. Ghazwah 'Umratul Qadha (Perang ‘Umratul Qadha), Rajab 8 H,  tidak terjadi pertempuran, tetapi Rasulullah SAW memimpin pasukan kaum Muslimin ke Makkah (sebelum fathu Makkah) untuk menampakkan kekuatan kaum Muslimin dan persiapan mereka kepada kaum Quraish Makkah jika kaum Muslimin ditantang untuk berperang. Perang ini lebih bersifat perang urat saraf. (Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  25. Ghazwah Fathul Makkah (Perang Fathu Makkah), Ramadhan 8 H,  dipicu oleh pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh pihak Quraisy. Dengan demikian Rasulullah SAW mempunyai alasan untuk mengerahkan pasukan Muslimin untuk menguasai Makkah, tanah air Rasulullah dan para muhajirin, dan yang lebih utama adalah Baitul Haram yang disucikan oleh Islam. Hanya terjadi pertempuran kecil yang tak berarti pada satu sisi Makkah(itu disebabkan Kaum radikal Quraisy yang memulai), sementara pasukan Muslimin memasuki Makkah dengan aman tanpa terjadi pertumpahan darah. Sebelum masuk ke Makkah, Rasulullah SAW memerintah pasukan Muslimin untuk tidak memulai kontak senjata ketika bergerak masuk ke Makkah sebelum Quraish memulai, dan beliau membuat pernyataan untuk disampaikan kepada penduduk Makkah. Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sofyan ia selamat, barangsiapa yang menutup pintu rumahnya ia selamat dan barangsiapa yang masuk ke dalam Masjidil Haram ia selamat.” Setelah Makkah telah dapat dikuasai oleh Rasulullah SAW dan kaum Muslimin, maka kaum Quraisy seluruhnya dikumpulkan, lalu beliau SAW membebaskan mereka yang kemudiannya mereka semua memeluk agama Islam tanpa dipaksa. Begitu juga pengampunan diberikan kepada orang-orang yang telah diperintahkan Rasulullah SAW untuk dibunuh sebelum memasuki Makkah, ada 10 orang tetapi hanya 3 lelaki dan seorang wanita saja yang terbunuh. Di antara yang masih hidup di saat pemberian pengampunan adalah, Abdullah bin Saad, Ikrimah bin Abi Jahal, Al-Haris bin Hisham, Zuhair bin Abu Umayyah, seorang hamba sahaya Ibnu Khattal, Sarah maula Bani Abdul Muthalib dan Hindun bin ‘Utbah. Pernah seorang dari pasukan Muslimin dari kabilah Khuza’ah membunuh seorang lelaki karena membalas kematian saudaranya, tetapi malah Rasulullah SAW marah dan mengatakan seandainya terjadi lagi maka akan dilaksanakan hukum Qishash ke atas pelaku (dari pasukan Kaum Muslimin). Pada waktu penaklukan Makkah, diketika Rasulullah SAW sedang melakukan Thawaf di Baitullah, ada seorang musyrik yang mendekati beliau dan bermaksud membunuh Rasulullah SAW. Sebagai seorang Nabi, Rasulullah SAW mengetahui niat orang musyrik itu namun beliau tidak memperlakukan kasar atau membunuhnya tetapi beliau ajak berbicara dan sambil tersenyum beliau meletakkan tangannya di dada orang musyrik tersebut. Kemudian pergilah orang musyrik tersebut yang kemudian mendapat hidayah menerima Islam.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  26. Ghazwah Hunain (Perang Hunain), Syawwal 8 H, diakibatkan oleh Kabilah Bani Hawazun, Kabilah Tsaqif dan kabilah yang lain yang hendak melakukan penyerangan terhadap kaum Muslimin di Makkah. Pertempuran terjadi dengan hasil kabilah Bani Hawazun dapat dikalahkan dan dapat mengusir Kabilah Tsaqif mundur ke pemukiman mereka. Bani Hawazun kalah sehingga kebanyakan mereka menjadi tawanan perang. Namun kemudian seluruh tawanan yang terdiri dari lelaki, anak-anak dan wanita Bani Hawazun dibebaskan oleh Rasulullah SAW kembali ke kaum mereka Bani Hawazun (masih dengan agama asal). Tetapi mereka semua kemudian menerima Islam tanpa dipaksa.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  27. Ghazwah Hishoru Thoif (Perang Hisoru Thaif), Syawal 8 H, adalah pengepungan yang dilakukan oleh pasukan Muslimin terhadap kabilah Tsaqif setelah melarikan diri kalah di pertempuran Perang Hunain. Sempat terjadi pertempuran ketika pengepungan tetapi karena benteng pertahanan di pemukiman Kabilah Tsaqif sangat kuat maka pasukan Muslimin hanya dapat melakukan pengepungan saja. Terhadap Bani Tsaqif yang berlindung di balik benteng pertahanan mereka, ditinggalkan oleh pasukan Muslimin setelah terjadi pertempuran dan pengepungan selama sekitar sebulan. Pertimbangan ditinggalkan pengepungan tersebut antara lain karena kuatnya pertahanan benteng dan karena diketahui sudah mulai semakin banyak dari kalangan Bani Tsaqif yang menerima Islam maka diperkirakan lambat-laun seluruh Bani Tsaqif akan menerima Islam.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  28. Ghazwah Tabuk (Perang Tabuk/Al-Usrah), Rajab 9 H, terjadi karena pasukan Romawi telah bersiap sedia di bagian utara perbatasan Arab untuk melakukan penyerangan terhadap pihak Muslimin. Tetapi tidak terjadi pertempuran karena setelah pasukan Muslimin tiba di Tabuk ternyata pasukan Romawi tidak ada, sebab mereka telah mundur ke arah utara. Selama menunggu kehadiran pasukan Romawi selama 20 hari, kegiatan Rasulullah SAW adalah mengadakan ikatan perjanjian damai dengan kabilah-kabilah dan penduduk yang berada di sekitar perbatasan Hijaz dan Syam.(Sumber: Sirah Ibnu Hisyam)
  29. Ghazwah Asyirah 
  30. Ghazwah Kafilah (Penyergapan kafilah)
  31. Ghazwah Safwan 
  32. Ghazwah Al-Kidr 
  33. Ghazwah Eid
  34. Ghazwah Zakat 
  35. Ghazwah Ghatfan 
  36. Ghazwah Al-Asad 
  37. Ghazwah Awtas 
  38. Ghazwah Hawazan

SIRYA RASULULLAH (Pertempuran atas perintahnya)
  1. Sirya Qirdah (Perang Qirdah)
  2. Sirya Mu'tah (Perang Mu'tah), Jumadil Awal 8 H, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak ikut langsung perang ini, tapi beliau mengarahkan seakan beliau ikut bersama pasukan.
  3. Sirya Dzatu as-Salasil (Perang Dzatu As-Salasil)
  4. Sirya Yarmuk (Perang Yarmuk)
  5. Sirya Nakhla (Pengepungan Nakhla) 
  6. Sirya Najd (Penyergapan Najd) 
  7. Sirya Al-Is (Penyergapan Al-Is) 
  8. Sirya Al-Khabt (Invasi al-Khabt)
  9. Sirya Batn Edam (Ekspedisi Batn Edam) 
  10. Sirya Qatan (Ekspedisi Qatan)


SUMBER TULISAN
Ibnu Hisyam, Sirah Ibnu Hisyam

Peta Dakwah Nabi Muhammad & Para Sahabat Ke Seluruh Dunia


Oleh:

Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)


KEHEBATAN DAN KEISTEMEWAAN NABI MUHAMMAD DALAM MEMIMPIN STRATEGI DAKWAH ISLAM KE SELURUH DUNIA

Allah Subhanahu Wa Ta'ala menegaskan tentang wilayah dakwah Nabi Muhammad Saw:


[ وَماَ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ - [ الأنبياء: 107

"Dan Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam".

Strategi dakwah Islam Rahmatal Lil 'Alamin yang dipimpin oleh Rasulullah Saw, dibuktikan oleh catatan sejarah berikut ini (disesuaikan dengan Geografi Negara saat ini):

ASIA BARAT
  1. Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Kawasan Asia Barat meliputi beberapa negara: Arab Saudi, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Iraq, Yordania, Syiria, Lebanon, Palestina, Israel, Cyprus, Turki, Afghanistan, dan Iran. Dilakukan sejak tahun 622 Masehi. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.9; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  2. Abu Bakar Ash-Shiddiq, berdakwah ke Damaskus, Syiria (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929,h.10; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  3. Umar bin Khattab, berdakwah juga di kawasan Palestina, Syiria, Turki dan kawasan Mesopotamia (Iraq). (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.11, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  4. Mu'adz bin Jabal, berdakwah ke Yaman (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.12)
  5. Amr bin 'Ash, berdakwah ke Yerussalem, Palestina (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.13; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  6. Surahbil, berdakwah ke Yerussalem, Palestina (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.13; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  7. Abdullah bin Hudhafah as-Sahmi, berdakwah di Persia, diutus kepada Kisra Persia. Sekarang negara Iran. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.14)
  8. Shuja’ bin Wahab al-Asadi, berdakwah kepada Pangeran Ghassan. Palestina (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.15)
  9. Hauzah bin ‘Ali Hanafi, berdakwah dan diutus kepada penguasa Yamamah. Yamamah terletak di Negara Saudi Arabia. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, 15)
ASIA SELATAN
  1. Ali bin Abi Thalib, Pernah datang dan dakwah di kawasan Shind (Hind), yang meliputi kawasan: Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, Sri Lanka. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.20)

ASIA TENGGARA
  1. Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia, tahun 625 Masehi. Perjalanan dakwahnya dilanjutkan ke dari Indonesia ke kawasan Nusantara, melalui: Timur Leste, Brunai Darussalam, Sulu, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, Kampuchea. (Sumber: H.Zainal Abidin Ahmad, Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang, Bulan Bintang, 1979; Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.31; S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39)
  2. Ja'far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia,sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.33)
  3. Ubay bin Ka'ab, berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.35)
  4. Abdullah bin Mas'ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay Archipelago)
  5. 'Abdurrahman bin Mu'adz bin Jabal, dan putera-puteranya Mahmud dan Isma'il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. sekitar tahun 625 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.38)
  6. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah. sekitar tahun 623 M/ 2 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39; Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama Di Palembang, 1986; R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929;  T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968)
  7. Salman Al-Farisi, berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39)

ASIA TENGAH
  1. Utsman bin Affan, pernah datang dan berdakwah di Armenia, Azerbaijan, Kazakhstan, Kirgystan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, 15)
  2. Zaid bin Tsabit, pernah datang dan berdakwah di Armenia (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.20)
  3. Abdullah ibn Zubair, pernah datang dan berdakwah di Kazakstan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.32)
  4. Sa’id ibn Ash, pernah datang dan berdakwah di Kirgystan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.41)
  5. Abdurahman ibn Harits ibn Hisyampernah datang dan berdakwah di Tajikistan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.54)
  6. Malik Ibn Abi ‘Amirpernah datang dan berdakwah di Uzbekistan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.88)
  7. Katsir Ibn Aflahpernah datang dan berdakwah di Uzbekistan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.99)
  8. Hudzaifan bin Yamanpernah datang dan berdakwah di Armenia dan Azerbaijan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h,114)


ASIA TIMUR
  1. Anas ibn Malikberdakwah ke China/Tiongkok melalui Nusantara, kawasan yang disinggahi yaitu: Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Mongolia, RRC, dan Taiwan. (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.61)
  2. Abdul Wahab Abi Kasbah, berdakwah ke China/Tiongkok melalui Nusantara dan Wafat dimakamkan di China. Kawasan yang disinggahi adalah: Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Mongolia, RRC, dan Taiwan. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.41;  T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968 ; F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua,His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159.)

AMERIKA UTARA
  1. Abu Bakrah (nama lengkapnya Nafi’ bin al-Harith bin Kaldah Bin ‘Amr bin Ilaj bin Abi Salamah), pernah datang dan berdakwah di wilayah Amerika Utara (Bani Qanturah) pada tahun 622-637 M, melalui jalur: Amerika Serikat dan Kanada. Bukti ini dapat dilihat dalam sebuah hadits: Dari Abu Bakrah bahwasanya Rasulullah telah bersabda: “Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashrah, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijlah (Dajlah), dan di atas sungai itu ada sebuah jembatan. Penduduk daerah itu akan bertambah banyak, dan ia akan menjadi salah satu negeri dari negeri-negeri orang-orang yang berhijrah. [Perawi Muhammad ibnu Yahya berkata: Abu Ma’mar meriwayatkan dengan mengatakan: negeri-negeri kaum muslimin]. Kelak di akhir zaman Bani Qanthura’ yang berwajah lebar dan bermata sipit akan datang menyerbu, sehingga mereka mencapai tepian sungai Dajlah. Pada saat itulah penduduk daerah itu akan terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengikuti ekor sapi (menuntun binatang mereka) dan menyelamatkan diri ke pedalaman, Mereka akan binasa. Satu kelompok lainnya memilih menyelamatkan dirinya dengan jalan memilih kekafiran. Adapun kelompok terakhir menempatkan keluarganya di belakang punggung mereka dan bertempur melawan musuh. Mereka itulah orang-orang yang akan mati syahid.” HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al Albani. (Menurut Imam  Syamsul Haq ‘Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, dijelaskan bahwa Bani Qanthurah adalah Amerika).

AMERIKA TENGAH
  1. Abu Bakrah (nama lengkapnya Nafi’ bin al-Harith bin Kaldah Bin ‘Amr bin Ilaj bin Abi Salamah)pada tahun 638-653 M, meluaskan dakwahnya di wilayah Amerika Tengah melalui jalur: Belize, Dominika, El Savador, Grenada, Guetamala, Haiti, Honduras, Kep.Bahama, Kostarika, Kuba, Meksiko, Nikaragua, Panama, Puerto Rico, Rep.Saint Lucia, St. Vincent & Grenadines, Trinidad and Tobago dan Kepulauan Karibia. 

AMERIKA SELATAN
  1. Abu Bakrah (nama lengkapnya Nafi’ bin al-Harith bin Kaldah Bin ‘Amr bin Ilaj bin Abi Salamah)pada tahun 654-670 M pernah datang dan berdakwah di wilayah Amerika Selatan, yaitu meliputi: Argentina, Bolivia, Brazil, Cile, Ekuador, Guyana, Guyana Perancis, Paraguay, Peru, Suriname, Uruguay dan Venezuela . Kemudian pada tahun 671 Abu Bakrah pindah ke Bashrah (Iraq), dan  menurut Ibnu Khayyat dalam kitab al-Tabaqat berpendapat Abu Bakrah wafat pada tahun 52H atau 674 Masehi.

AFRIKA BARAT
  1. Uqbah Bin Nafi, adalah komandan pasukan Islam yang membebaskan seluruh wilayah gurun besar Afrika. Wilayah yang dilalui adalah: Benin, Burkina Faso, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Mauritania Nigeria, Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Tanjung Verde, dan Togo (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, volume 4-5, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1999)

AFRIKA SELATAN
  1. Abdullah Ibn Abbaspernah datang dan berdakwah di Afrika Selatan, Bostwana, Lesotho, Namibia, Swaziland, dan Zimbabwe. Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.77)

AFRIKA TIMUR
  1. ‘Amar bin Umayyah, berdakwah ke Ethiopia diutus kepada Raja Etiopia. Negara Ethiopia ada di Afrika Timur.(Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.52)

AFRIKA TENGAH
  1. Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq, berdakwah di wilayah Angola, Gabon, Kamerun, Kongo, Afrika Tengah, Saotome & Principe, Zaire dan Zambia (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3, Penerbit MADAWIS, 2005, 1351)

AFRIKA UTARA
  1. Ali bin Abi Thalib, berdakwah ke Afrika Utara, Kawasan yang dilalui meliputi: Aljazair, Chad, Libya, Maroko, Mesir, Nigeria, Sahara Barat, Tunisia. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.60; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  2. Hatib bin Abi Balta’ah, berdakwah ke Mesir dan diutus kepada Gubernur Mesir, (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.62)

EROPA BARAT
  1. Utsman bin Affan, pernah melakukan safar dakwah (ekspedisi dakwah) ke wilayah Eropa Barat, melalui Jalur: Jerman, Luxemburg, Perancis, Belanda, Belgia, Inggris, Irlandia, (Sumber: Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391)

EROPA TENGAH
  1. Abdurrahman bin Auf, pernah melakukan ekspansi Islam ke Austria, Cekoslovakia, Hungaria, Polandia, Slovakia, dan Swiss. Kebanyakan keturunan Abdurrahman bin Auf banyak di Swiss  (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 1-2, Penerbit MADAWIS, 2005, h. 70)

EROPA SELATAN
  1. Umar bin Khattab, berdakwah ke Romawi dan Yarmuk, kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.70; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  2. Abu Ubaidah bin Jarrah, berdakwah ke Romawi dan Yarmuk, kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.71; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  3. Khalid bin Walid,berdakwah ke Romawi dan Yarmuk, kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani.(Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.72; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
  4. Dihyah bin Kalbi, berdakwah ke Romawi dan diutus membawa surat kepada Kaisar Romawi. Kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani.(Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.72)

EROPA TIMUR
  1. Thalhah bin Ubaidillah, pernah melakukan perdagangan dan dakwah di wilayah yang sekarang di sebut Eropa Timur, meliputi Belarusia, Bulgaria, Estonia, Georgia, Latvia, Lithuania, Moldova, Rumania, Rusia dan Ukraini. Sehingga di wikayah Eropa Timur ini banyak ditemukan beberapa keturunan dari Thalhah bin Ubaidillah. (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 4, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1888)

EROPA UTARA
  1. Zubair bin Awwam, pernah ditugaskan oleh Rasulullah mendakwahkan Islam di wilayah Eropa bagian Utara, melintasi Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, dan Swedia (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 5, Penerbit MADAWIS, 2005, h.2340)

AUSTRALIA
  1. Saad bin Abi Waqqas, pernah ditugaskan oleh Rasulullah mendakwahkan Islam di wilayah Australia atau Osenia, yang melintasi beberapa negara seperti New South Wales,  Victoria, Queensland,   Australia Barat,  Australia Selatan,    Tasmania,   Australia Utara dan Selandia Baru (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 4, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1541)


****DAFTAR NAMA-NAMA SAHABAT NABI MUHAMMAD****
Sahabat Nabi Muhammad – Awalan Nama A:
  1. -`Abd Allah bin `Umar [عبد الله بن عمر]
  2. - ‘Abbas bin ‘Abd al-Muttalib [عباس بن عبد المطلب]
  3. - Aban bin Said (RA) [سعيد بن أبان (ع)]
  4. - Abbad bin Bishr [عباد بن بشر]
  5. - Abd Allah bin al-Zubayr [عبد الله بن الزبير]
  6. - Abd Allah bin Rawahah [عبد الله بن رواحة]
  7. - Abd ar-Rahman bin ‘Awf [عبد الرحمن بن عوف]
  8. - Abd ar-Rahman bin Mu'adz bin Jabal
  9. - Abd-Allah bin Abd-Allah bin Ubayy [عبد الله بن عبد الله بن أبي]
  10. - Abdullah bin Abbas [عبد الله بن عباس] 
  11. - Abdullah bin Abu Aufa
  12. - Abdullah bin Hudhafah as-Sahmi
  13. - Abdullah bin Jahsh [عبد الله بن جحش]
  14. - Abdullah bin Mas`ud [عبد الله بن مسعود ماس]
  15. - Abdullah bin Salam [عبد الله بن سلام]
  16. - Abdullah bin Umm Maktum [عبد الله بن أم مكتوم]
  17. - Abdullah bin Umar
  18. - Abdu’l-Rahman bin Abu Bakr [حضرة عبد الرحمن بن أبي بكر]
  19. - Abdul Wahab Abi Kasbah
  20. - Abîd bin Hamal (RA) [عابد بن الشيال (ع)]
  21. - Abîd bin Hunay (RA)
  22. - Abjr al-Muzni (RA)
  23. - Abu al-Aas bin al-Rabiah [أبو العاص بن ربيعة]
  24. - Abu Ayyub al-Ansari [أبو أيوب الأنصاري]
  25. - Abu Bakar Ash-Shiddiq [أبو بكر]
  26. - Abu Dardaa [أبو الدرداء]
  27. - Abû Dzar al-Ghifârî [أبو ذر الغفاري آل]
  28. - Abu Fuhayra
  29. - Abu Hurairah [أبو هريرة]
  30. - Abu Lubaba bin Abd al-Mundhir [أبو لبابة بن عبد المنذر]
  31. - Abu Musa al-Ashari [أبو موسى الأشعري]
  32. - Abu Sa`id al-Khudri [أبو سعيد الخباز الخدري]
  33. - Abu Salama `Abd Allah bin `Abd al-Asad [أبو عبد الله سلامة بن عبد الأسد]
  34. - Abu Sufyan bin al-Harits [أبو سفيان بن الحارث]
  35. - Abu Sufyan bin Harb [أبو سفيان بن حرب]
  36. - Abu Ubaydah bin al-Jarrah [أبو عبيدة بن الجراح]
  37. - Abu-Hudhayfah bin Utbah [حذيفة بن أبو عتبة]
  38. - Abzâ al-Khuzâ`î (RA) [Abzâ آل خزاعي î (ع)]
  39. - Adhayna bin al-Hârith (RA)
  40. - Adî bin Hâtim at-Tâî [عدي بن حاتم الطائي في]
  41. - Aflah bin Abî Qays (RA) [أفلح بن أبي قيس (ع)]
  42. - Ahmad bin Hafs (RA) [أحمد بن حفص (ع)]
  43. - Ahmar Abu `Usayb (RA)
  44. - Ahmar bin Jazi (RA) [الجازي بن الأحمر]
  45. - Ahmar bin Mazan bin Aws (RA) [مازن بن الأحمر بن أوس (ع)]
  46. - Ahmar bin Mu`awiya bin Salim (RA)
  47. - Ahmar bin Qatan al-Hamdani (RA) [الأحمر بن القطان الحمداني (ع)]
  48. - Ahmar bin Salim (RA) [الأحمر بن سالم (ع)]
  49. - Ahmar bin Suwa’i bin `Adi (RA)
  50. - Ahmar Mawla Umm Salama (RA) [الأحمر المولى أم سلمة (ع)]
  51. - Ahnaf bin Qais Tameemi [الأحنف بن قيس التميمي]
  52. - Ahyah bin Umayya bin Khalaf (RA)
  53. - Ahzâb bin Usaid [الأحزاب بن أسيد]
  54. - Akasyah bin Muhsin Al-Usdi
  55. - Al-’Ala’ Al-Hadrami [آل علاء الحضرمي]
  56. - Al-Arqam ibn-abil-Arqam [الأرقم بن أبي الأرقم،]
  57. - Al-Bara’ bin Mâlik al-Ansârî [البراء بن مالك الأنصاري]
  58. - Al-Harith bin Hisham bin Al-Mugheera (RA) [الحارث بن هشام بن مغيرة (ع)]
  59. - Ali bin Abi Talib [علي بن أبي طالب]
  60. - Al-Khansa [الخنساء]
  61. - Al-Qammah
  62. - Al-Qa’qa’a bin Amr at-Tamimi (RA) [آل Qa'qa'a بن عمرو التميمي في]
  63. - ‘Amar bin Umayyah
  64. - Ammar bin Yasir [عمار بن ياسر]
  65. - Amr bin Al`âs
  66. - Amr bin al-Jamuh
  67. - Anas bin Mâlik [أنس بن مالك]
  68. - An-Nu`aymân bin `Amr
  69. - An-Nu`mân bin Muqarrin
  70. - Arbad bin Jabir (RA) [أربد بن جابر (ع)]
  71. - Asim bin thalib
  72. - Asim bin Umar [عاصم بن عمر]
  73. - At-Tufayl bin Amr ad-Dawsi (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 1-2, Penerbit MADAWIS, 2005, h. 1-730 h)
Sahabat Nabi Muhammad – Awalan Nama B, D dan F:
  1. – Bilal bin Malik al-Mazni (RA) [بلال بن مالك آل المازني (ع)]
  2. – Bilal bin Ribah [بلال بن رباح]
  3. – Bilal bin Yahya (RA) [بلال بن يحيى (ع)]
  4. – Dihyah al-Kalbi
  5. – Dirar bin al-Azwar (RA) [ضرار بن الازور (ع)]
  6. – Fadl bin Abbas [فضل بن عباس]
  7. – Fayruz ad-Daylami (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 2, Penerbit MADAWIS, 2005, h.731-800)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama H:
  1. – Habab bin Mundhir [حباب بن المنذر]
  2. – Habib bin Zayd al-Ansari [حبيب بن زيد الأنصاري]
  3. – Hakim bin Hizam [الحكيم بن حزام]
  4. – Hamzah bin Abd al-Muttalib [حمزة بن عبد المطلب]
  5. – Harith bin Rab’i [الحارث بن ربعي]
  6. – Hashim bin Utbah [هاشم بن عتبة]
  7. – Hassan bin Ali [حسن بن علي]
  8. – Hassan bin Thabit [حسان بن ثابت]
  9. – Hatib bin Abi Balta’ah [خطيب بن أبي بلتعة]
  10. - Hauzah bin ‘Ali Hanafi
  11. – Hisham bin Al-A’as
  12. – Hudhayfah bin al-Yaman [حذيفة بن اليمان]
  13. – Hujr bin Adi
  14. – Hussain bin Ali [حسين بن علي] (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 2, Penerbit MADAWIS, 2005, h.801-940)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama I:
  1. – Ibrahim Abû Râfa`i (RA) [إبراهيم أبو رافا `ط (ع)]
  2. – Ibrahim al-`Adhrî (RA)
  3. – Ibrahim al-Ansârî (RA) [إبراهيم الأنصاري (ع)]
  4. – Ibrahim al-Ashhali (RA)
  5. – Ibrahim al-Thaqafi (RA) [إبراهيم الثقفي (ع)]
  6. – Ibrahim an-Najâr (RA) [إبراهيم النجار و(ع)]
  7. – Ibrahim at-Ta’ifi (RA)
  8. – Ibrahim az-Zuhrî (RA) [إبراهيم الزهري من الألف إلى الياء (ع)]
  9. – Ibrahim bin `Abdillah (RA)
  10. – Ibrahim bin `Ibad bin Asaf (RA) [إبراهيم بن عباد بن أساف `(ع)]
  11. – Ibrahim bin Hârith (RA) [إبراهيم بن الحارث (ع)]
  12. – Ibrahim bin Jabir (RA) [إبراهيم بن جابر (ع)]
  13. – Ibrahim bin Khalâd (RA)
  14. – Ibrahim bin Muhammad [إبراهيم بن محمد]
  15. – Ibrahim bin Na`îm (RA) [إبراهيم بن نعيم (ع)]
  16. – Ibrahim bin Qays bin Hajar (RA) [إبراهيم بن قيس بن حجر (ع)]
  17. – Ibrahim bin Qays (RA) [إبراهيم بن قيس (ع)]
  18. – Ikrima bin Abi Jahl [عكرمة بن أبي جهل]
  19. – Imran bin Husain [عمران بن حسين]
  20. – Isaf bin Anmar as-Salmi (RA) [ايساف بن انمار AS-السالمي (ع)]
  21. – Ishaq al-Ghanawy (RA)
  22. – Isma`il bin `Abdillah al-Ghafari (RA)
  23. - Isma'il bin 'Abdurrahman bin Mu'adz bin Jabal
  24. – Isma`il bin Sa`id bin `Abid (RA) [إسماعيل بن سعد بن معرف `عابد (ع)] (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 2-3, Penerbit MADAWIS, 2005,h.941-1150)

Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama J:
  1. – Jabir bin Abdullah al-Ansari [جابر بن عبد الله الأنصاري]
  2. – Jabr [جبر]
  3. – Ja'far bin Abi Talib [جعفر بن أبي طالب]
  4. – Jubayr bin Mut’im
  5. – Julaybib (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3, Penerbit MADAWIS, 2005, 1151-1200)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama K:
  1. – Ka’b bin Zuhayr [كعب بن زهير]
  2. – Khabab bin al-Arat al-Tamimi (RA) [خباب بن آرات التميمي (ع)]
  3. – Khabbab bin al-Aratt
  4. - Khadijah binti Khuwailid (Sahabat Wanita)
  5. – Khalid bin al-As (RA) [خالد بن العاص (ع)]
  6. – Khalid bin al-Walid [خالد بن الوليد]
  7. – Khalid bin Sa`id [خالد بن سعد معرف]
  8. – Kharija bin Huzafa
  9. – Khubayb bin Adiy [خبيب بن عدي]
  10. – Khunays bin Hudhayfa
  11. – Khuzayma bin Thabit [خزيمة بن ثابت]
  12. – Kinana bin Rabi` [كنانة بن ربيع `] (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1201-1320)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama L:
  1. – Labid bin Rabi’a [لبيد بن ربيعة]
  2. – Lubaynah (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1321-1340)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama M:
  1. - Mahmud bin 'Abdurrahman bin Mu'adz bin Jabal
  2. – Malik al-Dar [مالك الدار]
  3. – Maria al-Qibtiyya
  4. – Mazin bin Ghadooba
  5. – Miqdad bin al-Aswad [المقداد بن الأسود]
  6. – Mu`adz bin `Amr [معاذ بن عمرو]
  7. – Mu`adz bin Jabal [معاذ بن جبل]
  8. – Mu`âwiya bin Abî Sufyân
  9. – Mu`awwaz bin `Amr
  10. – Muhammad bin Abi Bakr [محمد بن أبي بكر]
  11. – Muhammad bin Maslamah [محمد بن مسلمة]
  12. – Munabbih bin Kamil [منبه بن كامل]
  13. – Mus`ab bin `Umair (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3, Penerbit MADAWIS, 2005, 1341-1470)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama N:
  1. – Nabagha al-Ju’adi (RA)
  2. – Nafi bin al-Harith [نافع بن الحارث]
  3. – Nuaym bin Masud
  4. – Nufay bin al-Harith (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1471-1510)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama R:
  1. – Rab’ah bin Umayah
  2. – Rabi’ah bin al-Harith [ربيعة بن الحارث]
  3. – Rabiah bin Kab [الربيعة بن كعب] (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3-4, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1511-1540)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama S:
  1. – Sa`d bin Abî Waqâs [سعد بن أبي وقاص]
  2. – Sa`d bin ar-Rabi`
  3. – Sa`d bin Malik
  4. – Sa`d bin Mu`âdh [سعد بن معاذ]
  5. – Sa`d bin Ubadah [سعد بن عبادة]
  6. – Sa`îd bin Âmir al-Jumahi
  7. – Sa`îd bin Zayd bin Amir [سعد بن زيد رقم]
  8. – Sa`sa`a bin Suhan
  9. – Sabra bin Ma`bad [صبرا بن معان سيئة]
  10. – Safwan bin Umayya [صفوان بن أمية]
  11. – Sahl bin Sa’d [سهل بن سعد]
  12. – Sakhr bin Wada`a (RA) [صخر بن لادا `(ع)]
  13. – Sakhr bin Wadi`a (RA) [صخر بن الوادية (ع)]
  14. – Salama bin al-Aqwa
  15. – Salim Mawla Abi Hudhayfah [سالم مولى أبي حذيفة]
  16. – Salit bin ‘Amr ‘Ala bin Hadrami [عمرو 'ساليت بن الحضرمي بن العلاء]
  17. – Salma Abu Hashim [سلمى أبو هاشم]
  18. – Salman al-Fârisî [سلمان الفارسي]
  19. – Samra bin Jundab
  20. – Saraqa bin `Amru (RA)
  21. – Shadad bin Aus [شداد بن الأوس]
  22. – Shams bin Uthman [شمس بن عثمان]
  23. – Sharhabeel bin Hasana [شرحبيل بن حسنة]
  24. – Shayba bin `Uthman al-Awqas (RA)
  25. – Shuja’ bin Wahab al-Asadi [شجاع بن وهب الأسدي]
  26. – Suhayb ar-Rumi [صهيب الرومي ع]
  27. – Suhayl bin Amr [سهيل بن عمرو]
  28. - Surahbil
  29. - Suraqa bin Malik [سراقة بن مالك] (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 4, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1541-1840)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama T:
  1. – Talhah bin Ubaydullah [طلحة بن عبيد الله]
  2. – Tamim Abu Ruqayya [أبو تميم رقية]
  3. – Tamim al-Ansari [تميم الأنصاري]
  4. – Tamim al-Dari [تميم الضاري]
  5. – Thabit bin Qays [ثابت بن قيس]
  6. – Thawban bin Bajdad (RA)
  7. - Thumamah bin Uthal
  8. - Thuwaybah (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 4, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1841-1920)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama U:
  1. – Ubayd Allah bin Abd Allah [عبيد الله بن عبد الله]
  2. – Ubayda bin as-Samit [عبيدة بن AS-سامت]
  3. – Ubaydah bin al-Harith [عبيدة بن الحارث]
  4. – Ubayy bin al-Qashab al-Azdi (RA)
  5. – Ubayy bin Ka’ab bin Abd Tsawr al-Muzni (RA)
  6. – Ubayy bin Ka’ab bin Qays [أبي بن كعب بن قيس]
  7. – Ubayy bin Malik al-Qachiri (RA)
  8. – Ubayy bin Mu’adz bin Anas (RA) [أبي بن معاذ بن أنس (ع)]
  9. – Ubayy bin Shriq (RA) [أبي بن Shriq (ع)]
  10. – Ubayy bin Tsabit al-Ansari (RA) [أبي بن ثابت الأنصاري (ع)]
  11. – Ubayy bin Ujlan bin al-Bahili (RA)
  12. – Ubayy bin Umar (RA) [أبي بن عمر (ع)]
  13. – Ubayy bin Umayya bin Harfan (RA)
  14. – Umar bin Abi Salma (RA) [عمر بن أبي سلمى (ع)]
  15. – Umar bin al-Khattab [عمر بن الخطاب]
  16. – Umar bin Harits [عمر بن الحارث]
  17. – Umayr bin Sa'ad al-Ansari [عمير بن سعد الأنصاري]
  18. – Umayr bin Wahab [عمير بن وهب]
  19. – Uqbah bin Amir [عقبة بن عامر]
  20. - Uqbah bin Nafi'
  21. – Urwah bin Mas’ud [عروة بن مسعود]
  22. – Urwah bin Zubayr [عروة بن الزبير]
  23. – Usama bin Zayd bin Haritsah [أسامة بن زيد]
  24. – Utba bin Rabi’ah [عتبة بن ربيعة]
  25. – Utbah bin Ghazwan [عتبة بن غزوان]
  26. – Utban bin Malik [Utban بن مالك]
  27. – Uthal bin Nu’man al-Hanafi (RA)
  28. – Utsman bin Affan [عثمان بن عفان]
  29. – Utsman bin Hunayf [عثمان بن حنيف]
  30. – Utsman bin Madh’un
  31. - Uways al-Qarni [عويس القرني](Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, volume 4-5, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1921-2220)
Sahabat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama W:
  1. – Wahb bin `Umayr [وهب بن عمير `]
  2. – Wahshî bin Harb [الوحشي بن حرب]
  3. – Walid bin Uqba [وليد بن عقبة بن نافع] (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, volume 5, Penerbit MADAWIS, 2005, h.2221-2250)
Sobat Nabi Muhammad S.A.W – Awalan Nama Z:
  1. – Zayd al-Khayr [زيد الخير]
  2. – Zayd bin al-Khattab [زيد بن الخطاب]
  3. – Zayd bin Arqam [زيد بن الأرقم]
  4. – Zayd bin Haritsah [زيد بن حارثة]
  5. – Zayd bin Sahl (RA) [زيد بن سهل (ع)]
  6. – Zayd bin Tsabit [زيد بن ثابت]
  7. – Ziyad bin Abi Sufyan [زياد بن أبي سفيان]
  8. – Zubayr bin al-Awwam [الزبير بن العوام،]
  9. – Zunairah al-Rumiya (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 5, Penerbit MADAWIS, 2005, h.2251-2345)

Wallahu A'lamu Bish Shawwab
Insya Allah akan terus diup-date...

Daftar Pustaka
F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries,
G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay Archipelago
Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929
H.Zainal Abidin Ahmad, Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang, Bulan Bintang, 1979
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah
Imam  Syamsul Haq ‘Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud,
 Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979
Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama Di Palembang, 1986
R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929
Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005,
Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 1-5, Penerbit MADAWIS, 2005
St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159.
S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39
T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968 ;

Akasyah bin Muhsin al-Usdi (Sahabat Nabi Yang Berdakwah di Palembang)


oleh:

Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam

Ketika saat ajal Rasulullah SAW datang menggamit, maka Rasulullah SAW meminta Bilal untuk melaungkan azan memanggil para sahabat untuk berkumpul. Setelah kaum Muhajirin dan Ansar berkumpul, naiklah Rasulullah SAW ke atas mimbar. Dengan linangan air mata, maka berkhutbah Rasulullah SAW :

Sesungguhnya aku ini Nabi mu. Yang menyeru mu ke arah jalan Allah. Anggaplah diri ku sebagai saudara mu. Anggaplah diri ku sebagai bapa mu. Andainya ada di kalangan kamu yang merasa teraniaya oleh ku, bangkitlah diri mu sekarang untuk menuntut qisas kepada ku, sebelum aku dituntut qisas di akhirat. Tiada di kalangan para sahabat yang berdiri. Baginda mengulangi ayatnya untuk kali kedua. Masih tidak ada seorang pun yang berdiri untuk menuntut qisas dari Rasulullah SAW. Lalu baginda mengulangi lagi ayatnya untuk kali ketiga. Maka berdirilah seorang pemuda, Akasyah bin Muhsin. Dia berjalan dan berdiri betul-betul di depan Rasulullah SAW lalu berkata :

Demi Allah, ayah dan ibu ku menjadi tebusan mu Ya Rasulullah. Andainya tidak engkau ulangi kata-kata mu sebanyak tiga kali, takkan mungkin aku berani menuntut hak ku terhadap diri mu..Ya Rasulullah, Ingatkah kau sewaktu peperangan Badar, unta ku dan unta mu bergerak beiringan ? Pernah ketika aku turun dari unta ku untuk mencium peha mu, engkau telah terpukul bahagian rusuk ku dengan cambuk pemukul unta. Aku tidak tahu apakah kau sengaja memukul diri ku atau kau tidak sengaja. Namun aku harap hak ku menuntut qisas diterima oleh mu.Maka aku menuntut qisas dari mu untuk memukul rusuk mu dengan cambuk pemukul unta.Terkejut seluruh para sahabat atas permintaan Akasyah. Mereka menyifatkan tindakan Akasyah itu di luar batas sopan serta mengaibkan Rasulullah SAW. Namun Rasulullah SAW dengan tenang akur dengan permintaan Akasyah.

Maka Rasulullah SAW meminta Bilal ke rumah Fatimah untuk mengambil cambuk pemukul untanya. Setelah diambil, cambuk tersebut diserahkan kepada Rasulullah SAW. Lantas Rasulullah SAW menghulurkan cambuk tersebut kepada Akasyah. Perlakuan Akasyah diperhatikan oleh Abu Bakar dan Umar. Maka tampillah mereka berdua berdiri antara Rasulullah SAW dan Akasyah seraya berkata : Wahai Akasyah. Kami ini sahabat rapat Rasulullah SAW. Pukullah kami berdua sepuas hati mu. Bebaskanlah Rasulullah SAW dari qisas mu. Tapi kata-kata Abu Bakar dibidas oleh Rasulullah SAW. Duduklah kamu berdua wahai Abu Bakar dan Umar. Allah tahu kedudukan kamu berdua di akhirat. Biarlah aku menanggung akibat dari perbuatan ku sendiri.

Lantas Saidina Ali bangkit dari duduknya dan berdiri didepan Akasyah seraya berkata : Wahai Akasyah, andainya pada fikiran mu Abu Bakar dan Umar bukan di kalangan keluarga Rasulullah, maka aku sebagai menantu Rasulullah berdiri didepan mu. Pukullah aku sepuas hati mu. Pukullah aku dengan tangan mu. Deralah diri ku sepuas hati mu.Tapi jangan kau pukul Rasulullah.

Berkata Rasulullah SAW :
Hai Ali, mundurlah kau dari Akasyah. Allah tahu kedudukan mu di sisi ku. Biarlah ku tanggung akibat perbuatan ku. Kerana aku takut qisas di akhirat yang lagi dahsyat. Kemudian tampil pula dua beradik, Hassan dan Hussein. Cucu kesayangan Rasulullah SAW. Mereka berkata :

Wahai Akasyah, bukankah sudah kau tahu bahawa kami ini cucu kandung kepada Rasulullah. Qisaslah kami, bererti engkau telah mengqisas Rasulullah. Bebaskanlah Rasulullah dan ambillah kami sebagi pengganti.

Berkata Rasulullah SAW kepada cucu2 baginda :
Wahai cucu penyejuk mata ku. Duduklah kalian berdua. Ini bukannya sesuatu yang boleh diwariskan kepada mu. Biar ku tanggung hasil perbuatan ku.

Kemudian Rasulullah SAW memalingkan mukanya dan bersemuka dengan Akasyah, lalu baginda berkata : Wahai Akasyah, pukullah aku jika kau berhasrat menuntut qisas.

Berkata Akasyah :
Wahai Rasulullah, sewaktu engkau memukulku, aku dalam keadaan tidak berbaju. Dengan tenang, Rasulullah menanggalkan kancing bajunya dan meleraikan bajunya ke lantai masjid. Menangislah para sahabat melihat begitu daif Rasulullah diperlakukan oleh Akasyah.

Apabila terlihat Akasyah akan tubuh putih Rasulullah SAW, perlahan-lahan dihampirinya, diusap perlahan dan dicium belakang Rasulullah SAW. Tubuh Rasulullah SAW didakap erat dengan penuh kasih sayang dengan linangan air mata sambil berkata :

Wahai Rasulullah. Roh ku menjadi tebusan buat dir i mu. Siapakah aku yang tergamak mengqisas kekasih Allah. Aku bukanlah sahabat mu yang hampir, tetapi sahabat mu yang jauh. Hidup ku dipinggir kota. Sabdaan mu hanya ku dengar dihujung lidah para sahabat bukan terus dari lidah mu. Aku sengaja memohon mengqisas diri mu agar dapat ku pertemukan kulit tubuh ku dengan kulit tubuh mu yang mulia agar dengannya nanti Allah akan memelihara diri ku dari menjadi bahan bakaran api neraka.

Rasulullah SAW membalas dakapan Akasyah dan berkata :

Ketahuilah wahai para sahabat. Barangsiapa ingin melihat penghuni syurga, lihatlah pada peribadi pemuda ini. Seluruh umat Islam di Kota Madinah bersorak melaungkan takbir menyambut berita gembira. Walaupun di awal suasana penuh emosi, namun ianya ditakdirkan merupakan berita gembira buat Akasyah kerana Rasulullah SAW telah mengisyaratkan bahawa dirinya adalah penghuni syurga..

Begitulah pengorbanan para sahabat kepada Rasulullah SAW. Apakah pengorbanan kita kepada sahabat kita sudah setimpal dengan pengorbanan sahabat Rasulullah SAW.. ???.Begitulah mulianya kehidupan seorang hamba yang Allah ciptakan di dunia ini. Walau dirinya hamba, namun Muhammad Bin Abdullah Bin Abdul Mutalib SAW itulah semulia-mulia manusia yang pernah hidup di muka bumi ini …. TIDAK CINTAKAH ENGKAU KEPADANYA ?..Rasulullah SAW, walau dirinya maksum, masih dia menuntut qisas (hukum) dari orang yang dia TIDAK PERNAH ZALIMI. Kita … berapa ramai di antara kita yang berani mengaku kesalahan dan kesilapan lalu menuntut maaf dan qisas ?

Seharian beribu dosa yang kita lakukan sama ada dosa dengan makhluk mahu pun dengan Allah …. kita masih lagi merasakan diri kita ini sudah aman dan selamat dari api neraka.. Lebih malang … kita SEDAR yang kita lakukan itu maksiat dan kemungkaran … tapi kita sengaja memfitnah orang lain agar maksiat yang kita lakukan itu tertutup dari kaca mata masyarakat. Tidak takutkah kita dengan azab neraka Allah ?

Inilah wajah-wajah kita yang sebenar…...

Pada suatu hari pedang Akasyah bin Muhsin al-Usdi terpatah, beliau pun segera mengadu hal kepada Baginda, maka oleh Baginda diserahkan kepada Akasyah sebatang kayu, sabda Baginda: “Ayuh berperanglah kau dengan’benda ini”. Sebaik sahaja beliau mengambilnya dari Rasulullah dan diacu-acukan dengannya, tiba-tiba, ianya bertukar menjadi sebilah pedang panjang waja besinya, bermata putih dan tajam. Beliau berperang dengannya hinggalah Allah memberi kemenangan kepada kaum muslimin. Pedang itu dikenal dengan “al-A’wn” bererti pertolongan, pedang itu kekal bersama beliau dengannya beliau menghadiri pertempuran-pertempuran hinggalah beliau syahid di dalam peperangan al-Riddah dengan keadaan pedang itu kekal bersama-samanya...

***
AKASYAH BERDAKWAH DI PALEMBANG

Kalau kita membuka lembaran-lembaran buku sejarah Tanah Air, kita akan membaca suatu kerajaan yang terbesar di Indonesia pada abad ke-VI/VII. Sebuah kerajaan yang mencapai puncak kecemerlangannya. Wilayahnya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu (Malaysia), beserta pulau-pulau di sebelah Timur Sumatera, bahkan di Asia. Kerajaan tersebut adalah SRIWIJAYA namanya (683-1377), menurut naskah-naskah kuno serta tutur orang-orang tua/sesepuh terletak di Bukit Siguntang. Oleh karena Sriwijaya terletak di tepian sungai besar, maka di situlah tempat pusat kebudayaan, perdagangan dan pusat ilmu pengetahuan.

Pada waktu dan gilirannya, penyebaran dakwah Agama Islam di beberapa wilayah dunia, termasuk di Indonesia, tidaklah menggunakan jalan kekerasan, peperangan, atau dengan pedang seperti yang kerap kali didengungkan oleh para orientalis. Islam disebarkan sebagai suatu agama yang mengajarkan para pengikutnya untuk berfikir dan berbuat secara rasional. Di Bumi Sriwijaya, Islam juga masuk dengan jalan damai langsung dari Arab melalui hubungan perniagaan dan hubungan perkawinan antara para pedagang asing dengan penduduk setempat, sehingga terjadi akulturasi dan transformasi budaya yang cukup signifikan antara Islam dan budaya setempat (lokal) seperti tradisi, adat istiadat, perilaku, sikap, dan pola hubungan masyarakat.

Berdasarkan kesimpulan Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan"29 Nopember 1984, Islam masuk ke Sumatera Selatan, terutama Palembang, terjadi sekitar abad pertama hijriyah (622 Masehi) dengan jalan damai melalui pelayaran dan perdagangan, Islam berkembang di Sumatera Selatan dibawa oleh Akasyah bin Muhsin AL-Usdi (Gadjahnata , 1986).

R.M. Akib (1929: 4-5), sebelumnya telah mempertegas masuknya Islam ke Palembang:
"Dalam tahun 622 M (zaman Rasulullah masih hidup), adalah Abdul Wahab diutus baginda Rasulullah pergi ke Tiongkok, akan mengembangkan agama Islam di sana. Ia berlayar melalui Selat Malaka dan Singapura singgah di Sumatera Utara. Dalam tahun 628, sewaktu Nabi Muhammad SAW, masih hayat, beliau sudah mengutus Wahab Abi Kasbah buat mengunjungi kaisar Tiongkok dengan tanda bersahabat dan merencanakan Islam serta dimintanya kaisar ini memeluk agama Islam dan mengizinkan menyiarkan Islam di antara penduduk Tiongkok. Perjalanan dan pelayaran utusan ini melalui Sumatera, Selat Malaka dan terus ke Tiongkok. Kemudian berturut-turut saudagar-saudagar Arab datang ke Indonesia, lebih-lebih setelah Rasulullah wafat. 

Dalam masa damai, setelah perjanjian Hudaibiyah tahun 6H, Rasulullah memperkenalkan Islam melalui surat yang beliau kirimkan, kepada para penguasa, pemimpin suku, tokoh agama nasrani dan lain sebagainya.

Diantaranya...


  1. Dihyah bin Kalbi diutus kepada Kaisar Romawi.
  2. Abdullah bin Huzafah diutus kepada Kisra Persia.
  3. Hatib bin Abi Balta’ah diutus kepada Gubernur Mesir, yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Romawi.
  4. ‘Amar bin Umayyah diutus kepada Raja Etiopia.
  5. Syuja’ bin Wahab diutus kepada Pageran Ghassan.
  6. Hauzah bin ‘Ali Hanafi diutus kepada penguasa Yamamah.

Mungkinkah Akasyah bin Muhsin Al-Usdi ra., adalah sahabat yang membawa surat Rasulullah kepada Raja Sriwijaya ? 
Dengan memperhatikan masa setelah perjanjian Hudaibiyah, diperkirakan Akasyah bin Muhsin Al-Usdi ra, datang ke Sriwijaya pada sekitar tahun 628M. 
Artinya Akasyah ra. datang, sebelum masa Dapunta Hyang Sri Jaya Naga, yang namanya disebut dalam Prasasti Kedukan Bukit, tahun 682M...


Tercatat oleh riset Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam, beberapa sahabat yang datang Ke-Nusantara:
1. Ubay bin Ka'ab (berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah)
2. Mahmud bin Abdurrahman bin Mu'ad bin Jabal (berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara)
3. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi (Berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah)
4. Salman Al-Farisi (Berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah)
5. Abdul Wahab Abi Kasbah (Berdakwah ke China/Tiongkok melalui Nusantara dan Wafat dimakamkan di China)
dan beberapa sahabat lainnya...menurut catatan Sejarawan Palembang Pangeran Gajahnata (1986) & R.M. Akib (1929), juga riwayat dari Sejarawan Habib Bahruddin (1929).

wallahua’lam..

Cara Mendidik Anak


Oleh: 

Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam


USIA ANAK 0 - 7 TAHUN
Jadikan anak kita sebagai seorang RAJA, karena di usia-usia tersebut anak-anak kita membutuhkan pelayanan, baik lahir maupun batin. Jangan pernah berbicara kasar kepada anak, Ajarkan nama-nama Allah...(Asmaul Husna)


USIA ANAK 8-14 TAHUN
Jadikan anak kita sebagai seorang MURID, mereka butuh bimbingan dan pengarahan kita ke arah yang lebih baik. Ajari tentang Siapa Tuhannya, Nabinya, bimbing agama dan aqidahnya dengan benar.


USIA ANAK 15-21 TAHUN
Jadikan anak kita sebagai seorang SAHABAT, ajaklah anak untuk berdiskusi, bertukar pendapat, ajarkan wirausaha, kemandirian, toleransi, simpati dan impati kepada sesama.


USIA ANAK 22-28 TAHUN
Jadikan anak kita sebagai seorang KEPALA RUMAH TANGGA, berikan kepercayaan dan amanah kepada anak-anak kita, nikahkan mereka ketika mereka sudah tiba waktunya. Percayalah anak-anak kita mampu melaksanakannya.


USIA ANAK 29-35 TAHUN
Jadikan anak kita sebagai seorang PEMIMPIN BAGI UMMAT. Persiapkanlah bekal ilmu untuk menjadi seorang pemimpin.

USIA ANAK 36- WAFAT
Jadikanlah anak sebagai INSAN KAMIL, hamba Allah yang bertaqwa, mencintai Rasulnya, berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi orang lain, dan khusnul khatimah.

Wallahu A'lamu Bish Shawwab