Rabu, 21 Agustus 2013

Diskusi Tentang Penulisan Fam Azmatkhan

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Azmatkha

Dalam sebuah diskusi seru yang saya sempat pantau disebuah GRUP FB yang membahas nasab keluarga besar ALAWIYYIN, terutama rekan kita dari forum ini dengan fihak yang selama ini kurang senang dengan AZMATKHAN namun sering mengatasnamakan ALAWIYYIN, saya dapati sebuah pendapat yang menarik untuk dikaji, mereka yang kurang senang dengan FAM AZMATKHAN, mengatakan, "kenapa ditulis AZMATKHAN", kenapa tidak ditulis Al Azhomat Khon, kenapa tulisan Azmatkhan dijadikan satu? kenapa Azmatkhan ditulisnya tidak sesuai dengan tulisan India atau Arab...?

Mohon maaf sebelumnya, bukan saya tidak mau meladeni mereka langsung di group tersebut, namun karena saya tahu siapa siapa saja dibalik grup tersebut, maka lebih baik jawaban untuk mereka itu hanya di grup ini saja, karena kalau saya fight disana cuma menghabiskan energi saja, apalagi tipikal mereka susah dikasih tahu dengan data dan fakta, dan ini sudah terbukti banyak, orang orang yang vokal pada grup mereka, mereka keluarkan. Makanya ketika melihat diskusi rekan saya yang kelihatannya sangat sabar itu, saya sempat juga geregetan sama sama orang orang tersebut...namun saya menahan diri sajalah..toh saya lihat jawabab rekan saya itu sudah cukup cerdas dsan telak, hanya saja mereka yang menerima jawaban itu tetap gak ngerti ngerti dengan apa yang disajikan. Saya sendiri sampai geleng geleng...Kelihatan sekali kwalitas rekan saya yang cerdas dengan orang orang tersebut yang jawabannya cuma copi paste dan selalu merujuk ke lembaga nasab yang justru ketika dihadapkan permasalahan nasab walisongo (AZMATKHAN) malah angkat tangan. Rekan saya itu malah bahasanya santun, dan tetap tenang walau dikeroyok, mudah mudahan dia sabar dan tidak dikeluarkan dari grup itu..Semoga dia bisa sabar dalam berjuang terhadap Azmatkhan

Kalau ditanya bagaimana dengan jawaban saya? Ah jawaban saya sih "simpel" saja (kayak jokowi...), Jawaban saya adalah:

"Ah kalau gitu ente mulai sekarang jangan pakai cara dan tulisan bahasa indonesia ya...? kan ente maunya arab atau india...?" hehehe gimana mas bro??? "dan mulai sekarang ente gak boleh nyebut Q jadi G ya....?" jangan karena alasan logat, ente mau ngotot mengucapkan Q jadi G, lha ini kan logat Indonesia kang...???? dan ente kalau nulis tulisan bahasa arab jadi bahasa indonesia, harus sesuai aslinya jangan samain hurup A dengan A yang Ain atau A yang Hamzah atau A yang Alif dan kalau nulis H kecil atau H besar harus pakai cara arab ya....juga tulisan tulisan yang lain harus pakai gaya arab ya, termasuk kalau bikin tulisan apapun dan dimanapun berada, baik acara kondangan, RT, Pilkada, atau Wisuda. ente gak boleh lagi Pakai standar bahasa Indonesia ya, karena ente kan masih mau merasa serba arab...

Ente gak salah....selama ente ade dinegara sono, tapi kalau sudah masuk dinegara ini, sebaiknya sih saran ane, coba belajar budaya yang baik dan benar, termasuk dalam cara tulis menulis bahasa bahasa luar ke bahasa Indonesia, termasuk kalau mengucapkan logat bahasa luar kebahasa indonesia (kecuali bacaan Sholat ya mas bro, harus sesuai dengan aslinya). Banyaknya tulisan arab yang jadi tulisan bahasa indonesia bukan berarti menghilangkan makna aslinya dan bukan juga berarti merendahkan makna asli bahasa tersebut. itu hanyalah untuk mempermudah pengucapan dan penulisan saja. Bahasa Arab atau India itu sudah banyak yang menjadi padanan bahasa indonesia, jadi buat pula diperpanjang masalahnya. Belajarlah bahasa indonesia yang baik dan benar, agar dalam menyikapi sesuatu bisa lebih cerdas dan berilmu

Ada ada saja.....cuma gara-gara gaya tulisan saja jadi panjang....harusnya kita tahu dong bahwa setiap penulisan bahasa indonesia yang asalnya dari bahasa luar seperti inggris, arab atau india, jika sudah masuk padanan bahasa indonesia ya harus menyesuaikan dengan EYD yang berlaku. Soal makna, orang juga akan tahu bahwa artinya akan seperti yang sudah difahami. AZMATKHAN itu sudah menjadi Trade Mark keluarga walisongo, demikian pula fam-fam yang lain, kalau mau jujur dan teliti, banyak kok fam-fam yang lain yang tulisannya beda sama aslinya, bahkan kalau mau dibaca dan diucapkan secara jujur malah gak nyambung dengan arti yang sebenarnya. Tapi berhubung kita di Indonesia ini, terbiasa menyerap kata kata untuk kemudian dibiasakan dengan lisan Indonesia, hal seperti itu jarang menjadi permasalahan besar, kecuali bagi ahli bahasa yang memegang prinsip prinsip kaidah keilmuan.

Jadi Kalau AZMATKHAN mau ditulis seperti itu ya tidak masalah toh...di India, Pakistan, Bangladesh, dan negara negara lain penulisannya juga begitu..entenya aja yang repot sendiri....Soal tulis menulis dalam FAM memang harus hati-hati, namun demikian tidak perlu juga kita lebay dengan sesuatu yang baku. Kan yang lebih tahu keluarga besar AZMATKHAN itu sendri, bukan yang lain..jadi kalau mau ditulis dengan kata AZMATKHAN, SO..... WHY NOT ??? It's Ok Mas Bro......tidak ada masalah....yang masalah adalah ketika ente yang mungkin sebagai Ahlul Bait tapi tidak bisa menjaga ahlak sebagai Zuriah Rasul..itu masalah yang paling besar, bukan masalah utak utik masalah penulisan FAM yang udah standar...

Ada Ada saja...............

Diaspora Nasab Keluarga Azmatkhan di Nusantara

Oleh:

Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Azmatkhan, sebuah kata yang saat ini cukup banyak menjadi pembahasan dan dalam dunia ilmu nasab FAM yang satu ini rasa rasanya sudah tidak asing lagi. AZMATKHAN yang merupakan FAM keluarga besar walisongo, saat ini perkembangannya sudah sangat luas. Saat ini sudah banyak orang yang berani menunjukkan idendetitas dirinya jika ia adalah keturunan AZMATKHAN. Saking begitu luasnya penyebaran Klan yang satu ini, dimana-mana akan sering kita temui orang-orang yang merupakan keturunan dari KLan ini memakain FAM tersebut. Dahulunya untuk mendeteksi keturunan walisongo memang sangat sulit karena tidak dipopulerkannya pemakaian FAM KELUARGA BESAR yang satu ini dengan alasan untuk kepentingan dakwah dan untuk menghindari perburuan dari penjajah kolonial. Kalau ada yang merasa aneh dengan munculnya FAM ini, ya berarti dialah yang aneh, ini sekaligus menunjukkan jika dia buta akan sejarah ilmu nasab, terutama perkembangan nasab walisongo yang telah berdiaspora kemana-mana, apalagi dan padahal sudah sangat jelas bahwa AZMATKHAN adalah FAMNYA WALISONGO, makanya ketika ada pertemuan silaturahim antar ulama keturunan walisongo tahun 2003 yang salah satunya dihadiri oleh TheGrand-Mufti Kesultanan Palembang Darussalam beberapa tahun yang lalu, muncullah langkah cerdas dan briliant untuk kembali mengangkat FAM milik keluarga besar walisongo ini. Gayung bersambut..maka semenjak pertemuan yang monumental itu, mulailah kembali dipakai FAM ini. Sisi positif dari adanya FAM AZMATKHAN ini, ketika bertemu dengan sesama AZMATKHAN, maka sudah pasti sisi persaudaraannya sangat kuat, karena adanya persamaan nasab. Kalau dikemudian hari ada yang tidak setuju dengan munculnya FAM yang satu ini, bilangsaja begini..."AH EMANG GUE PIKIRIN...." atau katakan saja, "GITU AJA KOK REPOT..." Beres kan?

Walisongo yang notabenenya pemakai FAM AZMATKHAN, keturunannya memang sangat banyak, begitu banyaknya keturunan walisongo, sampai sampai mereka itu ada dimana-mana, bahkan sampai ada dipedalaman. Mereka keturunan Walisongo banyak yang menyebar atau berdiaspora dengan lingkungan yang mereka tempati. Kita akan pangling bila suatu saat ada orang mengaku sebagai keturunan walisongo tapi wajahnya sudah tidak mirip dengan arab yang merupakan asal muasal walisongo. wajah mereka banyak yang lebih cenderung mengikuti wajah wajah melayu. Untuk membuktikan bahwa mereka keturunan walisongo, biasanya banyak dari mereka memegang catatan catatan nasab dari leluhurnya. ada juga riwayat yang dituturkan secara turun temurun yang riwayat itu diketahui secara mahsyur dan didukung dengan adanya beberapa catatan nasab yang mereka miliki. Memang intensitas pemahaman nasab tidak semua orang serius, namun jika diteliti lebih lanjut, dan melihat fakta dilapangan, ternyata memang diketahui telah banyak keturunan walisongo yang menyebar atau berdiaspora dimana-mana

Kenapa saya katakan bahwa keturunan walisongo banyak dan berdiaspora dimana-mana? apakah klaim ini tidak berlebihan, mengingat beberapa waktu yang lalu, ada beberapa oknum yang mengatakan jika walisongo tidak punya keturunan untuk masa sekarang?. Dengan alasan data walisongo sudah 600 tahun tidak tercatat, si oknum tersebut mengatakan nasab walisongo putus dengan generasi yang sekarang. Yang mengucapkan bahwa walisongo tidak punya keturunan, ya seperti yang sudah-sudah, itu itu saja orangnya, dan semoga orang itu diberikan petunjuk oleh Allah mengenai walisongo. 

Berdasarkan kitab ENSIKLOPEDIA NASAB AL HUSAINI yang DISUSUN OLEH AL ALLAMAH SAYYID BAHRUDDIN AZMATKHAN AL HAFIZH & SAYYID SHOHIBUL FAROJI AZMATKHAN (THEGRAND-MUFTI KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM) PENERBIT MADAWIS, TAHUN 2011, justru mengatakan sebaliknya dari statement si oknum tersebut. Dari Kitab Nasab yang Fenomena ini diketahui jika keluarga besar keturunan walisongo hampir merata dan menyebar diberbagai wilayah Nusantara. Jangan kira jika walisongo itu keturunannya hanya ada di Jawa. Keturunan walisongo itu banyak dan tersebar diberbagai tempat. bahkan tidak tanggung-tanggung diwilayah Asia Tenggara saja keturunan walisongo itu banyak.

Adanya keturunan walisongo yang menyebar dimana-mana membuktikan jika DIASPORA keluarga besar Alawiyyin juga dilakukan dengan dahsyat oleh keluarga besar walisongo, walisongo memang hebat, mereka dalam berdakwah melakukan jemput bola, kebanyakan mereka bergerak keberbagai daerah, demikian pula anak dan keturunan mereka. Sunan Kalijaga bahkan dijuluki SYEKH MALAYA, karena pernah melakukan safari dakwah ke malaysia. Tidak heran dengan adanya gerakan dakwah mereka yang terus bergerak, keturunan walisongo ada dimana-mana. Apalagi pada masa itu walisongo memiliki istri lebih dari satu dan memiliki anak yang banyak, yang rata-rata anak anak mereka meneruskan jejak mereka dalam berdakwah. Kita bisa bayangkan jika satu anak dari walisongo keturunannya ribuan, berapa jumlah keturunan dari walisongo itu, Allah Akbar....Satu walisongo saja, anaknya ada yang sampai 21 orang, belum walisongo yang lain. Dengan jumlah yang luar biasa itu, sudah kita bisa bayangkan berapa banyak keturunan mereka itu? nah dengan jumlah yang bisa membuat kita ternganga nganga, masih pantaskah dikatakan walisongo tidak punya keturunan???

Van Der Berg salah seorang peneliti kaum arab hadramaut, pada tahun 1856 pernah melakukan riset terhadap beberapa keturunan arab hadramaut yang ada dinusantara, dalam penelitiannya tersebut, dia mendapati fakta, bahwa ternyata banyak keturunan dari orang orang arab yang telah menjelma menjadi orang indonesia asli, termasuk keturunan keluarga besar walisongo yang sudah menjadi orang jawa tulen..Van Der Berg bahkan sempat tidak sadar jika suatu saat ia telah ngobrol dengan seorang Jawa, padahal aslinya orang tersebut keturunan arab hadramaut, itu dikarenakan banyak dari wajah keturunan arab hadramaut hampir tidak arab lagi. perlu diketahui bahwa Hadramaut adalah cikal bakal asal muasal keluarga besar walisongo sebelum mereka hijrah di Negeri India, khususnya di era Sayyid Abdul Malik Azmatkhan..

Dalam kitab Nasab yang fenomena tersebut juga dikatakan bahwa banyak keturunan walisongo yang namanya lebih bernuansa lokal, baik itu nama ataupun gelar, namun demikian walaupun banyak dari mereka memakai nama lokal, nama-nama islam merekapun tetap ada dan tercantum. Dan dalam ilmu nasab memang nama-nama yang islam dan dekat dengan nama ahlul bait tetap digunakan dengan stabil, termasuk keluarga besar walisongo, hanya saja karena mereka lebih banyak berkecimpung dinegara Nusantara yang cenderung multi kultur, maka budaya setempatlah yang lebih dominan ketimbang budaya budaya mereka yang terdahulu. Kecuali atribut atribut ketakwaan seperti Pakaian. 

Walisongo disamping sukses melakukan diaspora ajaran islam yang damai yang kultural, ternyata mereka juga berhasil melakukan diaspora nasab keberbagai belahan tempat dinusantara ini, bahkan sudah merambat ke Asia Tenggara dan beberapa negara Timur Tengah. Mereka telah berhasil dua diaspora, diaspora agama dan diaspora nasab. Diaspora Nasab ini juga kelak akan menurunkan banyak pemimpin-pemimpin dinegara yang kita cintai ini...

Wallahu A'lam Bisshowab.........

Khataman di Syekh Quro Karawang (Walisongo Yang Nyaris Terlupakan)

Oleh:

Sayyid IWan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Kemarin saya melakukan perjalanan religi menuju Syekh Quro Karawang. Saya tidak tahu kenapa perasaan saya ingin menuju kesana. Beberapa hari sebelum Khatam Qur'an Juz Ke 30, perasaan saya sangat kuat mengatakan untuk mengkhatamkan juz 30 ini di Syekh Quro. 

Sebelum saya menuju Karawang, saya sempat browsing di internet untuk mengetahui tentang Syekh Quro, pengetahuan Syekh Quro sebelumnya juga telah saya dapati dari Guru Saya TheGrand-Mufti Kesultanan Palembang Darussalam, bahwa beliau adalah seorang Azmatkhan. 

Berdasarkan keterangan TheGrand-Mufti Kesultanan Palembang Darussalam dan beberapa buku yang saya baca, saya ketahui ternyata Syekh Quro ini bernama asli Maulana Hasanuddin bin Sayyid Yusuf Siddiq Azmatkhan (ulama dari Champa). Beliau adalah terkenal sebagai seorang Qori Al Quran yang luar biasa. Yang juga sangat menarik. Ternyata ketika beliau menuju Karawang ini beliau ikut rombongan Cheng Hoo yang juga seorang Ahlul Bait, dan nama beliau Syekh Hasanuddin memang saya dapati dibeberapa buku biografi Cheng Hoo. Dalam Sejarah Banten dan Cirebon, Syekh quro ini diakui sebagai guru besar dan merupakan kakek dari Sunan gunung Jati dari jalur ibu. sehingga keberadaan beliau tentulah sangat istimewa dimata kedua kesultanan ini. Syekh Quro ini juga sering disebut sebut oleh Ridwan Saidi sebagai penyebar agama islam yang awal di Jakarta yang pada dahulu bernama Nusa kelapa. Ridwan Saidi Sering mengangkat nama Syekh Quro dibanding Fatahillah dan Sunan Gunung Jati, Padahal ridwan harus tahu bahwa Syekh Quro ini adalah masih merupakan keluarga besar AZMATKHAN atau WALISONGO. 

Sialnya dalam mencari data tentang Syekh Quro selanjutnya, laptop saya rusak berat, dan hp saya error, sehingga komunikasi saya terputus dengan banyak fihak baik lewat SMS maupun lewat dunia maya ini. Apa boleh buat, setelah lobi sana sini, baru beberapa hari ini saya bisa mendapatkan laptop pinjaman. dan hari selasa kemarin, saya akhirnya bisa mencari data tentang syekh quro.

Namun seperti biasa, setiap informasi yang saya dapat saya olah kembali..setelah saya olah dan analisa, dengan mengucap bismillah, maka kemarin subuh saya memulai perjalan kekarawang untuk khataman qur'an dimakam syekh quro..

Perjalanan dimulai setelah sholat subuh dengan mengendarai motor, sebelumnya saya sempat was-was kalau motor ini akan ngadat, maklum sudah satu tahun nyaris tidak pernah diservis, namun dengan rasa PD yang tinggi saya tetap "nekat" berangkat kekarawang. Perjalanan kekarawang mengingatkan saya akan kisah KARAWANG BEKASI. Kisah Heroik perlawanan KH Nur Ali (SINGA KARAWANG) dengan penjajah belanda yang cukup legendaris di bekasi. KARAWANG BEKASI adalah perjuangan yang heroik, sampai sampai kyai NU di Jawa Timur dan Jawa Barat sangat kagum dengan perlawanan Heroik KH Nur Ali dengan Laskar Hizbullahnya

Perjalanan dari Jakarta ke Karawang sangat mengasikkan, karena berbarengan dengan para pemudik yang akan pulang kampung. Sepanjang perjalanan iring iringan pemudik terlihat padat. Perjalanan kekarawangan ini saya rasakan lancar lancar saja, apalagi pemandangan sawah di karawang sangat menggoda saya, indah, hijau dan berkabut karena masih pagi. perjalanan dengan motor ini saya mulai dari km 646. dalam perjalanan ke syekh quro ini, saya banyak bertanya, dimana lokasi makam Syekh Quro, Alhamdulillah semua pertanyaan saya dijawab dengan baik oleh beberapa orang yang saya tanya, rata-rata mereka tahu makam syekh quro, cuma yang mengejutkan ternyata makam syekh quro itu masih jauh dari kota karawang, sekitar 26 km!!. Namun demikian perjalanan tetap saya nikmati.

Disetiap tempat istirahat pemudik, saya lihat banyak mereka istirahat bersama dengan anak istrinya, sedangkan saya terus melakukan "touring religi". 

Tidak terasa, setelah matahari terasa mulai menyengat, akhirnya saya menemukan plang makam Syekh Quro yang berada di tepi jalan raya yang bernama SYEKH QURO!!. Saya langsung senang, dan sempat foto foto plang tersebut. Dari plang tersebut saya langsung kedesa Pulokelapa kecamatan lemah abang. Sepanjang perjalanan menuju makam, saya disuguhi pemandangan sawah yang menakjubkan. Saya sampai berucap, Ah...pantas Syekh Quro menyenangi tempat ini, suasananya teduh dan menyenangkan...dalam perjalanan menuju makam, saya sempat hunting foto-foto dengan suasana pedesaan yang masih sepi dan asri.Menurut saya suasana desa ini benar benar alami sekali, membuat saya nikmat dan lupa akan lelah membawa motor dari jakarta ke desa ini...

Kira-kira jam 08.15 pagi, akhirnya saya tiba didepan pintu gerbang makam Syekh Quro. Dari sini saya parkir dan langsung masuk ke lokasi makam. Sebelum saya masuk, kelokasi makam syekh quro, saya sempat foto foto suasana makam, yang saat ini sedang sepi, karena mungkin sudah mendekati akhir ramadhan. Saat itu juru kunci makam tidak ada, sehingga saya memutuskan langsung berziarah dan khataman qur'an. Sebelumnya saya sempat tertegun, dalam hati saya berkata, "lho kok hampir sama ya suasananya dengan makam-makam walisongo yang lain....." kok mirip dengan suasana demak, gunung jati dan makam makam walisongo lain ya..." Saya sempat berkata juga, "wah pantas kalau syekh quro senang ditempat ini...." enak dan tenang tempat ini..." tempat ini juga cocok untuk pesantren...Saya jadi ingat juga waktu disunan ampel....

Saat itu saya sendirian dimakam, sehingga membuat saya seolah olah menjadi "penguasa" makam saja ....Rasanya ketika saya melakukan pembacaan pembacaan tersebut, saya jadi ingat ketika berziarah ke makam walisongo lain, apalagi bentuk makam beliau ini mirip dengan makam walisongo lain, ada kubah dan bangunan yang mirip dengan makam makam walisongo lain. Suasana juga sangat mirip dengan makam walisongo, baik itu masjid, tempat zikir, sumur, tempat menginap, parkir sampai adanya pasar dan para pengemis. suasana lokasi makam juga terlihat bersih dan nyaman (mungkin karena saya ziarah seorang diri kali ya...), namun demikian Saya bisa melakukan khataman qur'an dan melakukan tahlil dengan khusuk dan tenang. Setelah saya melakukan khataman dan tahlil, saya kembali foto foto makam syekh quro. Kebetulan saat saya selesai berdoa ada pengurus makam yang datang. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk "menginterogasi" sang pengurus makam yang bernama Pak Jain itu. Banyak saya ngobrol dengan bapak ini. Namun harus saya akui pengetahuan beliau akan syekh quro masih kurang. Namun tidak apa-apa yang penting saya tetap dapat informasi. Pak Jain juga mengatakan bahwa semua benda yang ada dilokasi makam adalah sumbangan dari para penziarah, termasuk bangunan makam. kepengurusan makam menurut Pak Jain kini dipegang pengurus desa. Pak Jain sempat "curhat", menurut beliau semua juru kunci dimakam, tidak menggantungkan hidup lewat makam, semua ikhlas, namun sekali kali mereka juga berharap sih dari para penziarah, kalau tidak ada penziarah, kata pak Jain ya "gigit jari deh".....wah sempat terenyuh juga saya mendengarnya.

Sempat saya tanya kepada beliau, kenapa silsilah beliau tidak dipajang? menurut beliau biasanya silsilah dimunculkan pada saat khaul dibulan sya'ban. Pak Jain juga mengatakan jika Syekh Quro tidak ada keturunan..."wah saya sih belum yakin dengan kalimat ini....Karena setahu saya keluarga besar AZMATKHAN keturunannya banyak dan rata rata menikah dan punya anak. Dan kenyataanya sunan gunung Jati adalah cucunya. Ada juga Yang mengatakan jika SYEKH BENTONG adalah salah satu anak dari SYEKH QURO INI. Saya yakin jika beliau ini mempunyai banyak keturunan, saya yakin sekali itu.

Satu hal yang saya catat, dan kiranya ini sangat penting adalah, bahwa disetiap makam, harusnya ada buku sejarah tentang syekh quro ini, agar setiap penziarah punya oleh oleh pengetahuan ketika mereka pulang. menurut Pak Jain dulu buku biografi syekh quro itu ada, namun kini sudah tidak dicetak lagi....sayapun jadi gigit jari untuk mendapat buku itu...

Jam 09.10 saya memutuskan kembali pulang, namun kira kira 1 km dari arah makam, saya mampir kemakam penemu makam SYEKH QURO yaitu RADEN SUMADIREJA. Saya sempat berziarah kemakam beliau ini, dimakam ini saya ketemu seorang tukang bangunan yang kebetulan tahu sedikit hari hari ziarah yang ramai. menurut beliau dan juga pak jain tadi, waktu ziarah yang ramai adalah malam sabtu, khususnya kliwon. Biasanya akan ramai dari penziarah..

Dari lokasi penemu makam Syekh Quro ini saya langsung kembali pulang. Udara cukup menyengat,namun saya tetap enjoy saja. Dan Alhamdulilah jam 12.30 saya tiba di Jakarta dengan Selamat. 

Demikian oleh-oleh saya dari makam MAULANA HASANUDDIN/SYEKH QURO bin SAYYID YUSUF SIDDIQ AZMATKHAN ini, semoga bermanfaat...

Wallahu A'lam Bisshowab...

Sejarah Timbulnya Fam dalam Ilmu Nasab

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Saya membaca dibeberapa grup yang terdiri dari dari keluarga besar klan tertentu dengan memberikan peringatan-peringatan untuk membatasi diri dari pergaulan yang "salah" dengan berteman atau akrab bersama "HABIB-HABIB baru. Peringatan ini seolah-olah sudah masuk dalam ranah membahayakan stabilitas "Keahlul Baitan" . keluarga besar pada klan tertentu tersebut memperingatkan , agar mereka perlu berhati-hati kepada orang-orang yang mengaku sebagai "HABIB" dengan fam-fam yang aneh dan baru, termasuk fam yang menurut mereka baru saja di"Launching" ditahun 2000AN yaitu..............? siapa lagi kalau bukan AZMATKHAN!!!.

Peringatan ini diberikan agar setiap keluarga tertentu, khususnya yang berasal dari jalur ahlul bait, agar tidak sembarangan menghadapi orang orang yang memakai FAM yang baru muncul tersebut. Kepada setiap kepala keluarga diharapkan tidaK memberikan anaknya yang syarifah kepada fam-fam yang baru muncul tersebut untuk dinikahi.

Wah segitu paranoidnya sama FAM-FAM yang baru muncul itu, apalagi sama FAM AZMATKHAN....

Jika tujuan dari peringatan itu bertujuan untuk mencegah terjadinya pemalsuan nasab, sepertinya peringatan seperti ini harus kita dukung, karena kalau kita tidak dukung betapa berbahayanya jika setiap orang bisa mengaku ngaku dengan nasab palsunya. Kasihan bagi dirinya dan juga bagi orang lain. Namun jika peringatan ini diberikan atas dasar sentimen atau ketidak tahuan akan ilmu nasab, betapa sayangnya hal tersebut dilakukan.

Munculnya FAM-FAM baru itu memang harus disikapi dengan hati hati, karena ini urusannya dengan nasab. Jika kita tidak hati-hati dan tidak teliti, masalah seperti ini bisa ribet. Untuk mengetahui kenapa banyak munculnya FAM akhir akhi ini, sepertinya kita harus kembali pada sejarah munculnya FAM -FAM dalam sebuah keluarga besar. Ini penting kita ketahui agar kedepannya dalam memahami FAM kita bisa lebih bijak dan mengerti kenapa FAM Itu muncul, baik yang baru maupun yang lama.

Dalam buku Sejarah dan Silsilah Keturunan Rasulullah SAW di Asia Tenggara yang disusun oleh Idrus Alwi Al Mahsyur, Penerbit Zahra Publishing tahun 2010, serta dalam kitab Nasab Ensiklopedia Nasab Alhusaini seluruh dunia, Oleh Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh dan Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan (The Graind Syekh - Mufti Kesultanan Palembang Darussalam), Penerbit Madawis 2011. Ternyata munculnya FAM-FAM memiliki banyak faktor, diantaranya adalah :

1. Adanya sikap/akhlak yang muncul dari seseorang yang dilakukan secara istiqomah sampai akhir hayatnya, adanya akhlak yang muncul ini menyebabkan masyarakat umum memanggil orang tersebut dengan berdasarkan nisbat akhlak...misalnya Rasulullah SAW yang digelari Al Amin

2. Berdasarkan pemberian seorang penguasa dan juga rakyat dikarenakan garis nasab dan akhlak seperti AZMATKHAN.

3. Karena ketinggian ilmu yang dimilikinya, misalnya Assegaf

4. Mengambil atau Tabarukan kepada seorang ulama besar, agar kelak keturunannya seperti ulama tersebut, misalnya Al Junaid, Al Ghazali

5. Mempunyai kebiasaaan yang unik yang tidak dilakukan oleh orang lain

6. Berdasarkan domisili atau tempat tinggal, misalnya Muhammad Shohib Marbat, atau Ali Al Uraidhi (Uraidhi nama tempat dimadinah)

7. karena melakukan perpindahan tempat (hijrah) misalnya Imam Ahmad Al Muhajir

8. Karena terkenal dengan ibadahnya misalnya Ba'abud.

9. dan masih banyak lagi faktor faktor lainnya

Nah sekarang bagaimana dengan banyak munculnya FAM-FAM yang baru?

Perlu diketahui bahwa keturunan Rasulullah SAW atau keturunan Sahabat Rasulullah SAW itu menyebar keberbagai penjuru dunia, sehingga dalam perkembangan nasabnyapun tidak sama, jangan kira perkembangan nasab antara Yaman, Iran, Indonesia sama. Namun walaupun demikian untuk perkembangan FAM ternyata berdasarkan Kitab Nasab ENSIKLOPEDIA NASAB ALHUSAINI YANG DISUSUN OLEH SAYYID BAHRUDDIN AZMATKHAN AL HAFIZH DAN SAYYID SHOHIBUL FAROJI AZMATKHAN AL HAFIZH (GRAND SYAIKH MUFTI KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM) terus melaju dengan pesat. Banyak fam-fam yang muncul diberbagai negara, dan setiap FAM jumlah keturunannya bisa mencapai ribuan.

Ternyata dalam ilmu nasab perkembangan sebuah FAM itu dinamis, ini menandakan jika ilmu nasab itu tidak jumud. Hanya saja untuk menyatakan sebuah FAM itu menjadi bagian keluarga besar Alhusaini atau Al Hasani, sudah tentu harus sepengetahuan naqib dimasing masing lembaga nasab yang ada disetiap negara, tentu kemunculan sebuah FAM itu akan dilihat latar belakangnya, kenapa ini dilakukan? hal itu disamping untuk pendataan nasab dan juga untuk menjaga agar tidak terjadi pemalsuan nasab serta penyalahgunaan FAM-FAM tersebut. Walaupun banyak muncul FAM yang baru, namun keberadaan mereka harus serta merta diketahui naqib masing masing untuk kemudian ditahqiqan atau disyahkan dan kemudian diberitahukan kepada lembaga lembaga nasab dunia. sampai saat ini FAM yang ada sudah terdata dengan baik. FAM AL HUSAINI 5515 dan FAM AL HASANI 5515. Setiap fam dari jumlah tersebut, masing masing keturunannya berjumlah ribuan, sehingga apabila ditotal jumlahnya, tentu sangat spektakuler jumlahnya....

Jadi kalau ada orang bangga ketika tahu jumlah nasab cuma ratusan dan yang diurus tidak sampai 20 FAM saja, dan bahkan ngotot bahwa FAM itu tidak berkembang, maka itu berarti dia berada dalam kondisi jumud dan terlalu PD dengan data yang dia punya, orang lain sudah membuka jaringan dengan lembaga nasab dunia, dia masih berkutat dengan nasab-nasab "golongannya" saja.

Perkembangan FAM dalam ilmu nasab itu setiap saat selalu terupdate. Janganlah kita membatasi diri dengan pengetahuan yang kita miliki, buka mata kita lebar-lebar, masih banyak orang-orang yang mempunyai sumber data ilmu nasab yang lebih dari kita. Kalau kita membatasi dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki, yang ada kita ini sering merasa SOK dan "KEPEDEAN" dalam menyikapi ilmu yang kita miliki ini, apalagi ilmu nasab. Mandegnya ilmu nasab saat ini, karena ada beberapa orang yang menganggap bahwa ilmu nasab sudah "final". Kalau gak ada dikitab rujukan mereka, ya sudah selesailah urusan nasab.......Sikap seperti inilah yang seharusnya kita hindari agar pikiran kita bisa lebih terbuka dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu nasab...

Wallahu A'lam Bisshowab.........

Azmatkhan Fam Tertua di Nusantara

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Kalau ditanya, manakah fam yang tertua yang lebih dahulu datang ke indonesia, khususnya yang mewakili keluarga besar alawiyyin? Jawabannya beragam, namun kalau anda tanyakan kepada keluarga besar alawiyyin yang wajah arabnya masih totok dan mereka yang merupakan keturunan generasi rombongan alawiyyin awal abad 19, pasti mereka akan menjawab bahwa yang paling tua itu ya leluhur mereka.
Bicara tua atau tidak tua tentang perkembangan FAM dalam sebuah keluarga besar, memang sangat menarik untuk dikaji. Pandangan sempit beberapa orang yang sering mengklaim diri sebagai intelektual alawiyyin mengatakan bahwa menurut mereka sebuah FAM tidak akan berkembang alias itu itu saja, Ketika muncul sebuah FAM, ya otomatis FAM ya itu itu saja, apabila dikemudian hari FAM itu pecah menjadi banyak cabang, menurut mereka itu mengada-ngada atau dibuat buat, seperti misalnya munculnya FAM AZMATKHAN, Sehingga ketika munculnya FAM AZMATKHAN, mereka tidak mau memanggil FAM ini dengan AZMATKHAN, tapi banyak dari mereka lebih sering memanggil KHAN, atau KHON saja, padahal dengan panggilan penggalan atau potongan kata KHAN atau KHON dari AZMATKHAN itu, hilanglah identitas diri seseorang sebagai keluarga besar AHLUL BAIT dari jalur kaum Alawiiyyin, panggilan KHAN atau KHON itu juga sekaligus sebagai ledekan dan pelecehan terhadap orang orang yang memakai FAM Ini. Artinya keberadaan anda sebagai Zuriah Rasulullah SAW adalah rijek alias abal abal. Klaim dari intelektual sok pinter ini IRONISNYA banyak yang mengikuti, terutama mereka yang masih “arab sentris”, bahkan dari beberapa mereka meyakini bahwa walisongo sudah tidak punya keturunan lagi, sehingga pemakaian FAM AZMATKHAN sudah tidak syah lagi, benarkah demikian?

AZMATKHAN memang selama ini sering dinyatakan sebuah FAM yang sering “bermasalah” karena menurut beberapa orang yang “katanya” jagoan ilmu nasab, FAM ini antah berantah, alias abal-abal. Tidak jelas keberadaan dan sejarah FAM AZMATKHAN ini….(katanya…..). Alasan yang mereka angkat, FAM AZMATKHAN dari dulu tidak familier dan tidak pernah dipakai. Jadi kalau sekarang muncul, itu adalah hal yang aneh, menurut kata orang orang yang “hebat” ini…..

Adanya anggapan jika FAM AZMATKHAN adalah FAM yang baru muncul dan terkesan mengada-ngada, menurut saya adalah sebuah pandangan yang sesat dan menyesatkan. Anggapan orang yang berkata demikian, menandakan jika dia sangat dan mungkin memang terlalu bodoh dalam mempelajari sejarah dan perkembangan nasab. Anggapan ini mengindikasikan jika mereka yang selama ini menuduh nasab AZMATKHAN aneh dan mengada ada, menandakan jika manusia manusia yang katanya “penjaga Nasab Alawiyyin“ itu tidak punya pengetahuan dalam bidang ilmu nasab. Kenapa mereka saya anggap tidak tidak tahu? Ya karena sikap mereka itu, orang yang biasa menggeluti ilmu nasab itu, tidak mustinya bersikap seperti itu, seorang intelektual dalam memandang ilmu tidak ada kamus puas, tapi kenyataannya mereka ini ternyata sudah puas dengan apa yang mereka ketahui, padahal ilmu nasab itu terus berkembang dan terupdate setiap saat.

Bicara Azmatkhan, memang lagi mewabah dalam dunia nasab, khususnya negara ini, kenapa akhir akhir ini FAM yang satu ini seolah olah “terlahir” kembali. Seolah olah FAM AZMATKHAN itu menjadi booming. Orang yang tadinya tidak memakai embel embel AZMATKHAN, tiba-tiba dikemudian hari secara bombardir banyak yang menisbatkan dirinya dengan AZMATKHAN. Ketika ditanya kenapa mereka berani memakai FAM AZMATKHAN, jawabnya, karena menurut mereka leluhurnya mempunyai keterkaitan nasab dengan WALISONGO yang notabenenya memakai FAM AZMATKHAN. Saat ini bahkan banyak orang dengan bangganya menisbatkan dirinya dengan AZMATKHAN. Sebuah perbuatan yang semakin membuat jengkel para pembenci FAM AZMATKHAN. Memang tidak ada yang salah ketika nama ini dinisbatkan dibelakang namanya, apalagi jika memang ia bernasabkan walisongo, it’s Ok itu tidak masalah, namun ketika ada beberapa orang yang belum jelas nasabnya sudah berani menisbatkan diri dengan FAM AZMATKHAN, ini memang yang agak repot…..memang sebaiknya ketika orang sudah berani menisbatkan diri dengan AZMATKHAN, seharusnya nasab yang dia miliki sudah terang benderang dan diperkuat dengan kesaksian ulama ahli nasab serta mendapat pengesahan dari Naqibnya Azmatkhan, khususnya yang ada Di indonesia. AZMATKHAN sendiri adalah FAM yang diakui oleh lembaga nasab dunia sehingga keberadaanya juga harus jelas dan terdokumentasi terutama dalam buku induk nasab walisongo.

Ada yang protes, tapi dulu kan walisongo tidak pakai AZMATKHAN, mereka lebih banyak pakai gelar-gelar yang lain, bahkan banyak dari mereka pakai gelar lokal, Kok keturunan mereka yang sekarang malah pakai FAM ini. Bukankah ini berlebihan? Kenapa gak mencontoh datuk datuk mereka dalam menyembunyikan FAM? Oh ya….? Apa benar demikian mas bro??, Setahu saya malah banyak walisongo dibelakang namanya memakai gelar gelar yang merupakan pecahan dari AZMATKHAN. Kalau saat itu banyak walisongo gak pakai FAM AZMATKHAN, itu karena strategi dakwah, lagipula kata siapa mereka tidak pakai, mereka pakai, namun memang tidak dipopulerkan, karena itu tadi, STRATEGI DAKWAH yang mengedepankan KULTURAL. Lagipula kalau memang mau dipakai kenapa mas bro? . Emang kenapa yang nasabnya sudah jelas kepada walisongo dan karena niatnya bagus untuk tabarukan memakai AZMATKHAN jadi gak boleh? Gak segitunya kalee……….. lha kalau memang FAM itu milik keturunan walisongo, kenapa pula anda ribut dengan urusan dapur orang. Yang udah udah kan selama ini dari keluarga besar WALISONGO gak pernah “RESEK” sama FAM-FAM kalian. Aneh ente……ribet sendiri….

Dimunculkannya kembali FAM ini semata mata untuk tali silaturahim antar keluarga besar Walisongo. Kemunculan nama AZMATKHAN sendiri boomingnya tahun 2005, setelah terbentuknya IKHAZI tahun 2003 di Jawa Timur yang dipelopori beberapa kyai yang peduli akan keturunan walisongo. Selama ini menurut mereka keluarga besar walisongo tidak ada wadah atau tempat untuk berkumpul, itu dikarenakan tidak ada alat perekat dan tidak adanya identitas keluarga besar walisongo, semua masing masing bergerak sendiri dengan dakwah dan silaturahimnya, makanya beberapa kyai tergerak hatinya, untuk menghimpun seluruh keturunan walisongo.
Kenapa nama AZMATKHAN dimunculkan kembali? Apa tidak berlebihan dan Keindia indiaan? Bukankah leluhur AZMATKHAN dari Hadramaut YAMAN. Ya Tidak kali mas..,lagipula tolong baca lagi deh sejarah penyebaran ALAWIYYIN yang ditulis oleh beberapa pakar sejarah alawiyyin seperti Sayyi Alwi bin Thohir Al Haddad, Sayyid Muhammad Al Aidrus, Sayyid Zein Bin Abdullah Al Kaff, HMH AL Hamid Al Husaini, mereka bahkan menceritakan dengan tegas dan gamblang tentang sejarah FAM AZMATKHAN. Jadi apalagi yang harus diragukan tentang AZMATKHAN ??? sebab AZMATKHAN sendiri adalah FAM AWAL dari keluarga besar WALISONGO. DATUK mereka yang bernama SAYYID ABDUL MALIK itu memang memiliki FAM yang bernama AZMATKHAN yang merupakan pemberian dan penghargaan kepada beliau dari Sultan Naserabad India, karena budi pekerti serta garis nasab beliau yang bersambung kepada Rasulullah SAW. Gelar AZMATKHAN hanya untuk keluarga besar SAYYID ABDUL MALIK yang merupakan keturunan Rasulullah SAW dari Jalur Sayyidina Ahmad Al Muhajir. Jadi sangat logis jika keluarga besar walisongo mau memakai kembali FAM ini. Dan bila ditilik dari sejarahnya, FAM ini ternyata merupakan FAM “TERTUA” dan yang lebih awal yang berkembang di negara ini. Memang ada FAM lain, namun bila dibandingkan dengan FAM lain, maka FAM ini jumlahnya besar dan jauh lebih awal datangnya ke Nusantara dibandingkan dengan FAM-FAM yang lain. Bahkan dari FAM AZMATKHAN ini berkembang dan pecah lagi menjadi beberapa FAM, seperti Al Maghribi, AL Fattah, AL Ishaqi, Bin Hasan, dan gelar gelar lokal yang jumlahnya sangat banyak. Untuk membuktikan bahwa FAM AZMATKHAN itu tua, bahkan dalam KITAB ENSIKOLPEDIA NASAB ALHUSAINI SELURUH DUNIA, YANG DISUSUN OLEH AL ALLAMAH SAYYID BAHRUDDIN AZMATKHAN AL HAFIZH DAN AS-SAYYID SHOHIBUL FAROJI AZMATKHAN AL HAFIZH (SYEKH-MUFTI KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM), PENERBIT MADAWIS, TAHUN 2011, FAM AZMATKHAN TERNYATA BERADA DALAM URUTAN KE 35 DARI 5515 dari FAM AL HUSAINI!!!!. ITU MENANDAKAN JIKA FAM AZMATKHAN ADALAH FAM YANG CUKUP TUA!!!!.

Dengan posisi dan rangking yang berada diurutan ke 35 dari 5515 DARI fam AL HUSAINI ini, menandakan jika FAM AZMATKHAN adalah FAM YANG CUKUP TUA bila dibandingkan dengan FAM FAM yang lain.

Ada yang bertanya, kok banyak banget FAM ALHUSAINI..YA EMANG BANYAK…dan JANGAN LUPA FAM ITU SELALU BERKEMBANG, FAM itu DINAMIS, yang bilang FAM itu STATIS dan tidak bisa bercabang, berarti dia gak pernah baca sejarah munculnya FAM FAM dari leluhurnya. Dan salah satu bukti jika FAM itu DINAMIS, FAM AZMATKHAN ternyata mengalami pecahan-pecahan FAM yang lebih kecil lagi, kecil disini bukan berarti sedikit, bahkan ada satu pecahan FAM AZMATKHAN, jumlahnya bisa ribuan bahkan puluhan ribu, jadi silahkan saja hitung dari 5515 fam alhusaini, berapa jumlahnya keturunannya ???? hitung deh sendiri……

Adanya pecahan FAM itu tergantung dari latar belakang yang ada. Jadi kalau suatu saat ada Kyai yang keturunannya sudah banyak bahkan Ribuan akan menggunakan FAM BARU, ya tidak apa-apa, karena dengan munculnya FAM baru lebih mudah untuk mendokumentasikan data nasab sebuah keluarga besar. DAN sekali lagi itu menunjukkan jika ilmu nasab itu dinamis dan selalu terupdate sepanjang masa. Dan itulah salah satu keajaiban ilmu nasab.

Jadi banggalah anda yang keturunan dari FAM AZMATKHAN, karena FAM anda itu ternyata cukup tua dan telah mendapat pengakuan lembaga lembaga nasab dunia..

Wallahu A'lam Bisshowab.

Daftar Pahlawan Nasional Yang Bermarga Azmatkhan


  1. Pangeran Diponegoro (Keppres No. 87/TK/1973)
  2. Imam Bonjol (Keppres No. 87/TK/1973)
  3. Ki Hajar Dewantara (Keppres No. 305 Tahun 1959)
  4. Raden Mas Soerjo Pranoto (Keppres No. 310 Tahun 1959)
  5. Kyai Haji Samanhudi (Keppres No. 590 Tahun 1961)
  6. Haji Oemar Said Tjokroaminoto (Keppres No. 590 Tahun 1961)
  7. Kyai Haji Ahmad Dahlan (Keppres No. 657 Tahun 1961)
  8. Haji Agus Salim (Keppres No. 657 Tahun 1961)
  9. Jenderal Gatot Soebroto (Keppres No. 222 Tahun 1962)
  10. Ir. H. R. Djoeanda Kartawidjaja (ejaan baru: Juanda Kartawijaya) (Keppres No. 244 Tahun 1963)
  11. Raden Ajeng Kartini (Keppres No. 108 Tahun 1964)
  12. Kyai Haji Mas Mansoer (Keppres No. 163 tahun 1964)
  13. Kyai Wahid Hasyim (Keppres No. 206 Tahun 1964)
  14. Sri Susuhunan Pakubuwana VI (Keppres No. 294 Tahun 1964)
  15. Kyai Haji Mohammad Hasyim Asyari (Keppres No. 294 Tahun 1964)
  16. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo (Keppres No. 294 Tahun 1964)
  17. Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman (Keppres No. 314 Tahun 1964)
  18. Letnan Jenderal Urip Sumohardjo (Keppres No. 314 Tahun 1964)
  19. Prof. Mr. Dr Soepomo (arsitek Undang-undang Dasar 1945) (Keppres No. 123 Tahun 1965)
  20. Prof. Dr. Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja (Ketua Mahkamah Agung Indonesia pertama) (Keppres No. 124 Tahun 1965)
  21. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani (Keppres No. 111/KOTI/1965)
  22. Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto (Keppres No. 111/KOTI/1965)
  23. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (Keppres No. 111/KOTI/1965)
  24. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo (Keppres No. 111/KOTI/1965)
  25. Brigjen Anumerta Katamso Darmokusumo (Keppres No. 111/KOTI/1965)
  26. Kolonel Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto (Keppres No. 111/KOTI/1965)
  27. Sutan Syahrir (Keppres No. 76 Tahun 1966)
  28. Laksamana Laut Raden Eddy Martadinata (Keppres No. 220 Tahun 1966)
  29. Dewi Sartika (Keppres No. 252 Tahun 1966)
  30. Jenderal Basuki Rahmat (Keppres No. 10/TK/1969)
  31. Sultan Ageng Tirtayasa (Keppres No. 45/TK/1970)
  32. Raden Oto Iskandar di Nata (Keppres No. 88/TK/1973)
  33. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (Keppres No. 88/TK/1973)
  34. Nyi Ageng Serang (Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi) (Keppres No. 84/TK/1974)
  35. Hajjah Rangkayo Rasuna Said (Keppres No. 84/TK/1974)
  36. Marsekal Muda Abdul Halim Perdanakusuma (Keppres No. 63/TK/1975)
  37. Sultan Agung Hanyokrokusumo (Keppres No. 106/TK/1975)
  38. Sultan Mahmud Badaruddin II (Keppres No. 63/TK/1984)
  39. Dr.(HC) Ir. Soekarno (Keppres No. 81/TK/1986)
  40. Dr. Drs. H. Mohammad Hatta (Keppres No. 81/TK/1986)
  41. Raden Pandji Soeroso (Keppres No. 81/TK/1986)
  42. Radin Inten II (Keppres No. 81/TK/1986)
  43. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said (Keppres No. 48/TK/1988)
  44. Sri Sultan Hamengkubuwana IX (Keppres No. 53/TK/1990)
  45. Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani bin Abdullah Wajo (Keppres No. 71/TK/1995)
  46. Raden Ayu Siti Hartinah (Keppres No. 60/TK/1996)
  47. La Maddukkelleng (Kstaria Wajo/ Raja Wajo) (Keppres No. 109/TK/1998)
  48. Goesti Pangeran Harjo Djatikoesoemo (Keppres No. 73/TK/2002)
  49. R. Maskoen Soemadiredja (Keppres No. 89/TK/2004)
  50. Bagindo Azizchan (Bagindo Aziz Azmatkhan) (Keppres No. 82/TK/2005)
  51. Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (Keppres No. 85/TK/2006)
  52. Sri Sultan Hamengkubuwana I (Keppres No. 85/TK/2006)
  53. Mohammad Natsir (Keppres No. 41/TK/2008)
  54. Sutomo (Bung Tomo) (Keppres No. 41/TK/2008)
  55. Mr. Syafruddin Prawiranegara, atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara (Keppres No. 113/TK/2011)
  56. KH. Idham Chalid (Keppres No. 113/TK/2011)
  57. Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Keppres No. 113/TK/2011)
  58. Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana X (Keppres No. 113/TK/2011)

Pengakuan Pemerintah Republik Indonesia Atas Jasa Walisongo Terhadap Nama-Nama Perguruan Tinggi Islam di Indonesia

PENGAKUAN NEGARA ATAS JASA WALISONGO TERHADAP NAMA NAMA PERGURUAN TINGGI ISLAM NEGERI

Saya baru sadar jika ternyata pemerintah selama ini telah memberikan penghargaan yang tinggi kepada walisongo. Tanpa kita sadari pemerintahan yang terdahulu, ternyata cukup jeli mengangkat nama anggota walisongo menjadi lebih terhormat, kenapa demikian? Karena ternyata bentuk penghargaan yang diberikan itu cukup bergengsi dan berkelas karena berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Bentuk perhatian yang tinggi itu adalah dengan diberikannya nama nama anggota walisongo yang dijadikan nama perguruan tinggi negeri islam. Sebuah sikap yang wajib dipuji dan diapreasi. Kalau nama-nama Gajah Mada, Brawijaya, Airlangga, Pajajaran, saja bisa dijadikan nama perguruan tinggi umum, kenapa pula nama-nama yang lebih berjasa seperti walisongo tidak diabadikan?, Menurut saya, pemberian nama walisongo untuk disematkan kepada perguruan tinggi islam adalah sebuah langkah cerdas dan briliant, untung saja nama yang disematkan telah lebih dahulu nama walisongo, bukan nama-nama kontroversial dari golongan garis keras, sehingga ketika lulus beban para alumninya tidak begitu berat karena menyandang perguruan tinggi dengan nama tokoh garis keras/radikal/extrim (silahkan tebak saja sendiri, siapa mereka). 

Begitu cerdasnya langkah ini menurut saya, orang-orang yang memberikan ide dan memberikan nama walisongo menjadi nama patent perguruan tinggi islam perlu diapresiasi. Ide ini cukup cerdas bahkan dapat saya katakan orang orang yang punya ide ini pintar membaca situasi dan sangat perhatian terhadap sejarah walisongo. Bahkan jika perlu nama-nama perguruan tinggi islam yang ada sekarang dan belum memakai nama walisongo bisa memakai nama tersebut, kenapa demikian? Ya karena boleh jadi nama walisongo itu cukup berjasa di daerahnya, sehingga sebagai bentuk terima kasih, setiap kampus islam baik negeri maupun swasta, terutama yang ada didaerah bisa menggunakan nama walisongo sebagai identitas nama kampusnya.

Apakah tidak berlebihan mengangkat tema ini? Ya tidak….sebab NAMA adalah identitas yang penting, Nama bukanlah hal yang remeh., silahkan tanya, lebih bangga mana orang disebut lulusan UGM, UI, UNIBRAW atau …..(silahkan pilih sajalah…). Dalam perguruan tinggi islam orang akan bangga bila menjadi lulusan UIN Syarif Hidayatullah dibanding…..?. Jadi nama memang penting dan menjadi simbol. Mengenai nama nama walisongo menjadi NAMA PERGURUAN TINGGI, ini adalah sebuah langkah jeli kepada yang punya ide, sekaligus membuktikan jika nama walisongo diakui mempunyai sumbangsih kepada negara ini. Jika tidak mempunyai sumbangsih, mana mungkin nama mereka dijadikan sebuah nama perguruan tinggi. Tidak mudah untuk menjadikan sebuah nama menjadi nama sebuah lembaga bila tidak punya akar sejarah yang kuat, apalagi ini sekelas perguruan tinggi islam, dan menurut saya bila dibandingkan dengan nama-nama perguruan tinggi yang lain, nama perguruan tinggi yang memakai nama walisongo ternyata lebih banyak dan dominan. Ini menunjukkan jika walisongo dalam hal pendidikan dan perguruan tinggi secara tidak langsung mempunyai pengaruh. Diantara nama-nama walisongo yang dipakai perguruan tinggi islam diantaranya adalah :

• UIN Sunan Gunung Djati, Bandung 
• UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang 
• UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 
• UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta
• IAIN Imam Bonjol, Padang 
• IAIN Raden Fatah, Palembang 
• IAIN Raden Intan, Bandar Lampung 
• IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten 
• IAIN Sunan Ampel, Surabaya 
• IAIN Syekh Nurjati, Cirebon 
• IAIN Walisongo, Semarang

Jadi kalau anda jebolan perguruan tinggi islam yang namanya melekat dengan nama walisongo, tapi anda tidak kenal dengan tokoh tersebut, wah itu sih menurut saya sangat memalukan..hehehe…atau jika anda jebolan perguruan tinggi islam yang memakai nama walisongo tapi anda mempunyai idiologi keras dan radikal, wah tanya kembali deh pada diri anda, apakah anda memang pantas memakai atribut jebolan perguruan tinggi islam tersebut karena walisongo dalam sejarahnya tidak pernah memakai kekerasan dalam berdakwah, lebih memalukan jika ternyata anda jebolan perguruan tinggi tersebut tapi ternyata anda adalah seorang yang anti terhadap ajaran walisongo, wah ini sih lebih keblinger karena bagaimana mungkin anti jika anda mau kuliah ditempat yang notabenenya pakai nama yang anda benci, tapi anda sebaiknya jangan juga terlalu “nakal”, anda mengaku jebolan perguruan tinggi islam yang pakai nama walisongo, tapi pikiran dan kelakuan anda jadi “genit” dengan bersikap sok sekuler liberalis, padahal anda lulusan perguruan tinggi islam ternama yang pakai nama walisongo yang ajarannya, sangat menjauhkan nilai nilai sekuler liberalis namun tetap menjunjung tinggi budaya masyarakat lokal..

Nah yang lulusan perguruan tinggi yang memakai nama walisongo, banggalah pada almamater anda, karena almamater anda itu adalah tokoh tokoh yang terhormat dan berjasa kepada negara, mereka yang berhasil menyebarkan islam dengan cara cerdas, santun dan “berkelas”. Sudah saatnya bagi mereka yang lulusan perguruan tinggi yang memakai nama walisongo, ketika ditanya tentang walisongo, anda lebih tahu daripada yang lain, kalau anda tidak tahu..ya mulai sekarang belajarlah terhadap sejarah mereka….

Wallahu a’lam bisshowab……

Dakwah Santun Keluarga Besar Azmatkhan (Walisongo)

Oleh:

Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Islam sedang disorot, islam sedang diobok obok, islam sedang “ditelanjangi” dan islam sedang digempur habis habisan dalam berbagai peristiwa dan berbagai fihak yang memang awalnya tidak menyenangi agama yang satu ini. Kejadian di berbagai negara menunjukkan adanya indikasi itu. Dari mulai Suriah, Mesir, Turki, dan kini Indonesia, Islam selalu dijadikan pusat ‘bidikan” dan sasaran tembak oleh kalangan yang memang tidak menginginkan nilai-nilai islam berdiri ditengah masyarakat yang ada. 

Ada apa dengan ini semua? Kenapa islam akhir akhir ini selalu menjadi “kambing hitam” terhadap berbagai peristiwa? Seolah ketika bicara islam pasti bicara tentang “horor”. Ketika bicara islam maka akan muncul persepsi dipikiran sebagian orang “sifat garang”, “muka merah”, “tangan terkepal”, “watak panas”, dan sedikit sedikit chaos. Seolah yang namanya chaos selalu berkaitan dengan islam. Islam digambarkan seperti gerombolan srigala penghancur oleh sebagian oknum yang memang anti pada gerakan islam.

Aneh dengan semua itu? Apakah sedemikian parahnya islam? Apakah sebegitu mencekamnya ketika berbicara islam? Kenapa ini bisa terjadi?

Adanya sikap sinis dan stigma negative tentang islam memang akhir akhir ini sangat menggejala. Di Indonesia sendiri, fenomena sikap sinis terhadap islam sering muncul dari orang orang yang berjiwa sekuler liberalis dan didukung oleh berbagai media masa. Tidak heran dengan adanya dukungan dari media ini, kaum sekuler liberalis seperti berada diatas angin. Dan yang lebih konyolnya orang-orang yang dijadikan sasaran tembak kaum liberalis sekuler itu tidak ngeh (mungkin memang mereka keras kepala). Mereka sering turun ke “lapangan” dalam “mengenalkan” islam namun tidak sadar jika gara-gara gerakan islam yang mereka lakukan itu keblinger, anehnya bahkan malah semakin bangga dengan “gerakan islamisasinya” itu. Padahal mereka telah dijadikan musuh bersama. 

Dahulu ketika muncul sikap sinis terhadap islam banyak tokoh tokoh agama yang berusaha meluruskan cara pandang yang keliru tersebut, dan biasanya ketika para tokoh-tokoh agama itu “turun gunung” maka sikap sinis dari beberapa orang yang berfaham sekuler liberalis, sedikit “melunak”. Nah tokoh tokoh yang seperti ini sekarang jarang muncul. Pendekatan yang cerdas oleh para tokoh agama itu yang kini sangat langka.

Cara dakwah yang seperti ini kini jarang dilakukan oleh orang orang yang sering mengklaim dirinya paling islami, dakwah dengan hikmah dan akhlak serta kepekaan terhadap kondisi sudah mulai ditinggalkan, orang lebih senang menonjolkan sisi simboliknya saja. Ketika dia sudah memakai atribut keislaman, terkadang dia lupa dengan atribut itu, bagaimana mungkin ketika ia berani memakai jubah dan imamah dikepala tapi nenteng nenteng pedang dan tongkat dibarengi dengan wajah merah dengan mimik “kejam dan brutal”, seakan dirinya menjelma jadi “monster” daratan. Bagaimana mungkin ketika dia bertakbir Allahu Akbar tapi apa saja yang ada didepannya dia pukuli dan dia hajar. Berteriak Allahu Akbar atau Bersholawat kepada Rasulullah SAW namun anehnya perbuatannya kasar dan brutal, Aneh….

Dakwah dengan nilai nilai kesantunan kini sudah mulai ditinggalkan. Banyaknya kegagalan beberapa ormas islam dalam beradaptasi dengan masyarakat terutama mereka yang sering “rajin” turun kelapangan itu karena mereka tidak menggunakan cara-cara yang santun. Mereka terlalu PD dengan metode yang mereka adaptasi dari Negara luar tanpa mau tahu jika Negara ini berbeda dengan Negara yang mereka katakan islam dari lua negeri itu.

Dahulu ketika walisongo datang kenegeri yang tercinta ini, hal yang pertama kali dilakukan walisongo adalah dengan melakukan pendekatan metode akhlak dan hikmah serta cerdas dalam membaca suasana. Tidak ada satupun dalam sejarah walisongo semua dakwahnya dilakukan dengan cara kekerasan, tidak ada satupun dari anggota walisongo menginginkan peperangan dalam menyebarkan agama islam, bandingkan dengan agama Kristen yang disebarkan lewat penjajahan, sehingga sampai sekarang dapat dikatakan umat Kristen di Indonesia dibebani sejarah yang kelam, karena tersebar melalui penjajahan. Sehingga sampai sekarang, para sejarawan Kristen di Indonesia “bingung” bagaimana merekontruksi dengan baik sejarah tersebarnya agama Kristen di Nusantara. Mereka mau tulis dilakukan dengan damai, faktanya tersebar melalui penjajahan, mau ditulis berasal dari penjajah mereka sangat malu dan keberatan. Hal ini justru bertolak belakang dengan walisongo. Pergerakan dakwah walisongo semua melalui pengamalan akhlaknya Rasulullah SAW, artinya semua dilakukan dengan damai, sebisa mungkin walisongo tidak menyakiti kebiasaan, adat dan budaya masyarakat setempat, sebisa mungkin mereka mengadakan pendekatan persuasive terhadap penguasa. Kalaupun ada peperangan, itu adalah pertahanan untuk membela islam, seperti yang dilakukan oleh Fatahillah yang membebaskan sunda kelapa dari Portugis atau Patih Unus 2 yang menyerang Portugis di Malaka untuk menekan dan melenyapkan portugis yang merebut wilayah malaka islam. Dapat dikatakan ketika banyak fihak mau merekonstruksi sejarah walisongo secara fair, saya jamin mereka tidak akan menemukan satupun sejarah yang “aneh” tentang walisongo. Secara moral walisongo juga tidak punya beban sejarah seperti yang terjadi dalam agama Kristen.

Dakwah santun adalah kunci sukses walisongo dalam menyebarkan islam, memang bila ditilik dan diteliti tentang program dakwah walisongo, semua berinduk pada pola pendekatan yang dilakukan Rasulullah SAW. Semua datuk datuk walisongo, dari mulai Rasulullah SAW, Imam Ali RA, Sayyidah Fatimah, Imam Husein, Imam Ali Zaenal Abidin, Imam Muhammad Al Baqir, Imam Jakfar Asshodiq, Imam Ali Al Uraidhi, Imam Muhammad Annaqib, Imam Isa Arrumi, Imam Ahmad Al Muhajir, sampai kepada Sayyid Abdul Malik Azmatkhan dan diteruskan kepada Sayyid Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro dan akhirnya walisongo, semua dakwahnya selalu dilandaskan akhlak yang santun. Semua Ahlul Bait memang konsep dasar dalam dakwahnya adalah Akhlakul Karimah. Dahulu ketika Sayyid Abdul Malik Azmatkhan pergi dari negeri Hadramaut Yaman untuk kemudian menetap di India (Naserabad) dalam rangka berdakwah, Hal yang paling menonjol dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan adalah akhlaknya. Begitu baiknya akhlak beliau, sehingga tidak heran, Sultan Naserabad saat itu akhirnya menikahkan anaknya dengan Sayyid Abdul Malik ini. Nama Azmatkhan sendiri dikarenakan ketinggian akhlak beliau dimata kerajaan naserabad india. Tidak ada satupun orang yang diberikan nama AZMATKHAN ini selain Abdul Malik. AZMAT yang berarti mulia dan KHAN yang berarti golongan bangsawan, menandakan jika status beliau sangat tinggi, dari nasab, akhlak dan juga gelar bangsawannya. Langkah pengamalan akhlak dilapangan oleh Sayyid Abdul Malik ini kelak nanti diteruskan oleh keturunannya dalam hal ini walisongo.

Keberhasilan walisongo dalam menyebarkan islam yang damai bukan hanya karena dukungan politik kesultanan demak pada itu, namun berhasilnya dakwah mereka, juga karena masyarakat, rakyat dan pejabat tertarik dengan akhlak dan budi pekerti walisongo. Pendekatan dakwah walisongo adalah dengan menyentuh hati setiap orang, caranya? Ya dengan menunjukkan akhlak yang luhur. Semua nyata dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, alamiah apa adanya. Dalam sejarah dakwah walisongo, hampir bisa dikatakan konflik konflik jarang muncul, kalaupun ada, itu hanyalah merupakan perbedaan cara pandang dan itu justru merupakan kekayaan walisongo dalam berdakwah. 

Jika Islam mau diterima dengan tangan terbuka oleh siapa saja, maka lakukan dakwah dengan cara walisongo. Pendekatan santun mutlak diperlukan, keras dan tegas itu diperlukan jika darurat dan untuk pertahanan saja (defense). Selama bisa dilakukan dengan Kesantunan, maka dakwah dengan cara seperti ini wajib dilakukan dan inilah yang paling terbaik. Banyaknya masyarakat yang berbondong bondong masuk islam pada masa walisongo, itu karena mereka tertarik dengan budi pekerti para wali-wali dalam melakukan dakwah. Walisongo dalam berdakwah tidak pernah sekalipun mengutak atik langsung kebiasaan masyarakat yang mungkin dimata ajaran islam salah, sedapat mungkin kebiasaan masyarakat yang salah mereka ubah dengan cara yang bertahap dan tidak menyinggung perasaan masyarakat banyak. Cara ini adalah bentuk kecerdasan mereka dalam membaca situasi yang sudah tentu berlandaskan ahlak…

Kesantunan dan kesabaran mutlak diperlukan dalam berdakwah. Lihatlah beberapa masyarakat barat yang akhir akhir ini banyak yang masuk islam, itu karena mereka banyak melihat contoh orang orang yang berakhlak. Buat mereka agama yang baik bukan hanya sekedar bicara, slogan dan simbollik saja, agama yang baik menurut mereka adalah akhlak. Dan cara seperti inilah yang kini banyak dilakukan oleh ulama ulama sufi dan juga ulama ulama besar dari beberapa Negara yang memang terkenal dalam penyebaran dakwahnya melalui metode akhlak. Dan cara ini lebih mengena dibandingkan dengan cara cara kekerasan yang selama ini dilakukan oleh beberapa ormas islam. Dakwah santun, cerdas dan peka seperti yang pernah dilakukan oleh walisongo sebaiknya bisa dijadikan standar dalam menyebarkan islam yang damai yang berorientasikan kepada Rahmatan Alamin…

Wallahu A’lam bisshowab………

Teori Asal-Usul Walisongo Versi Turki Utsmani dan Ibnu Batutah Yang Berhasil Menjungkir Balikkan Teori Yang Lain

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Walisongo sejak dulu sampai sekarang selalu menjadi pusat perbincangan baik secara mitos maupun secara ilmiah, tidak henti hentinya dari masa lalu sampai sekarang, tema tentang para ulama ini selalu hangat untuk diangkat. Ada apa dengan mereka sehingga setiap waktu selalu menjadi topik pembicaraan rakyat maupun kalangan terpelajar? Tidak lain dan tidak bukan karena jasa merekalah yang membuat mereka terus menerus diangkat ,khususnya dalam khazanah penyebaran agama islam di indonesia. Berbicara tentang mereka ini memang seperti tidak habis habisnya. Selalu saja mengasikkan untuk diperbicangkan, diperdebatkan dan juga dijadikan cerita yang menarik bagi siapa saja, utamanya mereka yang mencintai peran para ulama ini. Langkah mutakhir untuk membuat sejarah walisongo lebih “ilmiah” dan “berkelas” bahkan sudah dilakukan oleh salah seorang penulis yang bernama AGUS SUNYOTO dengan dua bukunya yang berjudul WALISONGO, Rekonstruksi Sejarah Yang Disingkirkan dan juga ATLAS WALISONGO. Kedua buku itu cukup mendapat sambutan dikalangan Nahdatul Ulama dan juga beberapa organisasi islam lain. Walaupun sempat dalam peluncuran buku ATLAS WALISONGO mendapat “protes” dari Sujiwo Tejo yang merasa heran dengan langkah AGUS SUNYOTO yang menurutnya Terlalu memaksakan diri untuk “MENGILMIAHKAN” sejarah walisongo. Sehingga akibat adanya “protes” dari sujiwo tejo membuat Jamaah Pecinta sejarah walisongo ger geran mendengar statement budayawan “keblinger” ini. Namun demikian Sujiwo Tejo tetap merasa respek dengan adanya buku ATLAS WALISONGO yang dibuat AGUS SUNYOTO.

Sejak dari masa “kitab” Babad Tanah Jawi yang penuh berbagai kejanggalan, Berbagai Serat seperti misalnya serat Kanda, centini yang kadang membantu untuk mengindentifikasi sejarah, serta Darmagandul yang sangat isinya sinis dan bisa dikatakan “brutal” bahasanya, Tulisan Van Der Berg yang berdasarkan penelitian dan kajian lapangan, Snouck Horgronje yang berdasarkan kepentingan politik kolonial, atau Slamet Mulyana yang cukup “fanatik” dengan sumber Tionghoanya, juga Umar Hasyim atau Solihin Salam dengan buku ringkasnya serta para penulis biografi walisongo lainnya. Tidak habis habisnya mereka membahas tentang walisongo.

Walisongo memang fenomena, begitu fenomenannya mereka, sampai sampai hal yang paling penting dari mereka selalu menjadi perbincangan yang mengasikkan. Apa Hal yang paling penting yang sering dibicarakan itu? Apalagi kalau bukan asal usul dan nasab atau silsilah mereka. Beberapa buku yang saya baca bahkan paling getol mengangkat tema tema ini. Tema nasab dan silsilah kemudian dikaitkan dengan asal usul mereka memang sepertinya menjadi tema yang tidak ada habis habisnya, berbagai teori dan fakta dimunculkan. Masing masing fihak bersikukuh dengan teori dan fakta yang dia miliki, Agus Sunyoto bahkan ketika membicarakan tentang nasab dan silsilah dari beberapa walisongo seperti MAULANA MALIK IBRAHIM pada bukunya halaman 50 yang berjudul WALISONGO, Rekonstruksi Sejarah Yang disingkirkan, Agus mengangkat tema nasab Maulana Malik Ibrahim yang dikatakannya “SPEKULATIF” Hal ini berdasarkan temuan temuan yang ia dapati yang kebanyakan berbeda satu sama lain, begitu juga ketika Agus mengangkat nasab SUNAN BONANG DIHALAMAN 130 dan 131 seperti ada sikap “keraguan” tentang nasab Sunan Bonang, begitu juga ketika bicara nasabnya Sunan Gunung Jati pada halaman 155 yang terlihat janggal namun tetap diangkat karena terdapat dalam sebuah Naskah kuno yang sudah dialih bahasakan, ada juga yang menurut saya agak “berani” dari sisi Agus Sunyoto ketika ia mengatakan dihalaman 186 tentang nasabnya SUNAN KUDUS, Agus mengatakan, “SEKALIPUN PADA KETIGA SILSILAH DIATAS TERDAPAT NAMA NAMA TOKOH YANG DIRAGUKAN KEBERADAANNYA”. Tapi saya fikir, mungkin ketika agus mengatakan hal hal tersebut diatas, dia melihat data dan fakta yang ia miliki memang banyak terjadi perbedaan. Namun terkadang, repotnya Agus ini Juga terjebak dengan Data Prof. Dr. Slamet Mulyana yang sudah dinyatakan gugur secara ilmiah oleh beberapa guru besar, karena datanya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Beberapa sumber yang dia pakai seperti Babad Tanah Jawi bahkan tidak diterima pada dunia akademis, bahkan pernah seorang penulis novel sejarah mengatakan dalam sebuah tulisannya, bahwa Babad Tanah Jawi itu bukan fakta sejarah, “kitab” itu lebih banyak imajinatif alias fiksi, sehingga data datanyapun kurang begitu akurat.

Bicara nasab, silsilah dan asal usul seseorang, apalagi setingkat walisongo, memang tidak mudah, Agus Sunyoto, Slamet Mulyana, Umar Hasyim, Solihin Salam serta yang lain sudah membuktikan itu, namun demikian langkah mereka patutlah kita hargai, tidak banyak penulis yang mau serius mendalami tentang biografi walisongo. Mereka semua bergerak, namun nun jauh sebelum Agus Sunyoto dan para penulis lain “bergerak”. Tahun 1909 sebenarnya penelitian tentang nasab nasab walisongo sudah dilakukan oleh beberapa ulama nasab walisongo, hanya saja mereka banyak yang bergerak secara “underground”. Sehingga keberadaan data-data tersebutpun hanya dimiliki oleh ulama ulama ahli nasab tersebut. Karena ketatnya pencatatan dan penelitian nasab dan silsilah walisongo yang tentu nantinya berpengaruh pada asal usulnya, semua data dan fakta betul betul diseleksi dengan ketat dan kritis sehingga ketika menulis tentang nasab walisongo sudah tidak ada lagi istilah “Spekulatif” atau “tebak-tebakan”.

Dahulu beberapa tahun yang lalu pernah terjadi perdebatan dalam sebuah situs keluarga besar walisongo yang membicarakan tentang asal usul walisongo, ini juga dulu pernah terjadi pada tahun 70 dan 60an, yang mengakibatkan munculnya beberapa mazhab tentang asal usul walisongo. Mazhab yang mengatakan walisongo Tionghoa asli (slamet Mulyana), Walisongo adalah Jawa (versi budayawan dan penulis Jawa), Walisongo Arab (Van Der Berg), Walisongo dari Majapahit (terdapat dalam beberapa babad). Cuma ada satu pertanyaan saya yang sangat menggelitik dan selalu diliputi penasaran, kenapa ketika ada MAZHAB yang mengatakan bahwa WALISONGO ADALAH KETURUNAN RASULULLAH SAW banyak yang meragukan??? Tidak tanggung-tanggung ketika mazhab yang mengatakan bahwa WALISONGO adalah AHLUL BAIT atau ZURIAH RASULULLAH SAW, banyak yang bersikap sinis? Ada apa ini? Apa yang salah jika itu memang benar???, apalagi jika itu ditulis oleh ulama ulama ahli nasab yang justru metode penulisan nasabnya memang sudah teruji, meneliti nasab berarti akan banyak bersentuhan dengan banyaknya kajian ilmu pengetahuan yang lain. Adanya sikap sinis ketika mazhab klan Rasulullah SAW muncul kepermukaan, sangatlah aneh dan lebih cenderung tidak fair dalam penyajian data. Padahal pencatatan nasab dan silsilah pada keluarga besar RASULULLAH SAW itu bisa dikatakan teliti dan terus menerus sampai sekarang, pencatatan nasab dan silsilah itupun sudah dimulai pada masa Umar bin Khattab. Van Der Berg dalam penelitianya tentang orang orang Hadramaut yang ada di Nusantara, walaupun dia mengatakan Arab, dia tetap masih meragukan jika WALISONGO DAN RASULULLAH SAW ada hubungan nasab dan sejarah. Padahal kalau saja kita mau mencari data dan fakta walisongo adalah keturunan RASULULLAH SAW, itu terdapat dalam 27 kitab berbahasa arab yang membahas nasab, 27 kitab ini bahkan mengakui keberadaan nasabnya Keluarga besar Walisongo yang berasal dari SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN. Bicara Sayyid Abdul Malik ya bicara Walisongo dan 27 kitab itu sudah mengesahkan nasabnya SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN yang merupakan nenek moyangnya walisongo yang pertama dan bergelar AZMATKHAN. Tidak itu saja, bahkan kalau kita mau buka mata kita lebar-lebar kita akan mendapati kejutan data yang bisa kita lihat diberbagai dunia maya, jika ternyata WALISONGO keberadaannya jelas, karena Walisongo dibentuk oleh SULTAN MUHAMMAD 1 dari dinasti TURKI USMANI pada tahun 1404 Masehi.

Semua Ulama walisongo yang diperintahkan Oleh SULTAN MUHAMMAD 1 ini adalah keluarga besar walisongo angkatan pertama dan semuanya adalah keturunan dari Jalur Sayyid Abdul Malik Azmatkhan. Sultan Muhammad mengirim surat kepada beberapa penguasa Timur Tengah dan Afrika untuk mengirimkan delegasi atau ulama-ulama terbaik untuk menyebarkan dakwah ke Nusantara, dan terpilihlah keluarga besar walisongo. Bagaimana bisa mengumpulkan mereka yang jauh jauh itu, apalagi mereka satu nasab. Ya mudah saja, karena jaringan antar ulama yang senasab, khususnya nasab keluarga besar Rasulullah SAW memang terkenal solid dan kuat. Sekalipun mereka berjauhan, namun soliditas dan komunikasi mereka sangatlah mantap.

Walaupun walisongo dikatakan dari Gujarat, namun semua anggota walisongo saat itu memang umumnya berasal dari India, gujarat hanyalah satu medan dakwah mereka di India. Islam saat itu tidak hanya berkembang di Gujarat, namun juga berkembang dikota kota lain seperti ALLAHABAD, AHMADABAD, AGRA, MALABAR, NASIRABAD. Dan Kebetulan asal usul walisongo banyak yang berasal dari NASIRABAD INDIA. Kenapa Sultan Muhammad 1 bisa tahu gerakan dakwah dari keturunan Rasulullah SAW seperti walisongo ini? Ya karena memang keturunan Rasulullah SAW itu pergerakan dakwahnya meluas keseluruh Dunia, jaringan mereka lintas negara, lintas pejabat, lintas raja, lintas budaya, lintas sosial, lintas suku, mereka universal, mereka mampu menempatkan dirinya untuk bisa berasimilasi. kalaupun beberapa walisongo dikatakan berasal dari beberapa negara, itu hanyalah merupakan medan dakwah dan boleh jadi sebagai transit dakwah untuk bergerak kewilayah lain. Salah satu Walisongo yang bernama MAULANA MALIK ISRAIL atau ALI NURUL ALAM yang merupakan kakeknya SUNAN GUNUNG JATI dan RADEN FATTAH bahkan dikatakan berasal dari TURKI padahal ia memerintah sebuah wilayah di Asia Tenggara dan juga mempunyai pengaruh sampai ke Palestina (Israil) sehingga dinamakan Maulana Mali Israil, sehingga kemungkinan besar dialah yang memberi tahu sepak terjang gerakan dakwah keluarga besar AZMATKHAN yang merupakan keturunan Rasulullah SAW di India dan negara negara lain.

Keterangan perintah dari Sultan Muhammad 1 dari Turki Usmani, diperkuat oleh adanya surat perintah SULTAN MUHAMMAD 1 kepada beberapa ulama walisongo, yang sampai saat ini surat tersebut masih tersimpan baik di musium Istambul Turki sebagai mana yang dikatakan penulis buku “Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa karya Asnan Wahyudi dan Abu Khalid”. Keterangan kedua penulis ini bahkan lebih dipertegas dengan adanya berita yang tertulis didalam kitabnya IBNU BATUTAH, seorang petualang muslim yang legendaris yang menulis di kitab KANZUL ‘HUM yang secara lengkap menulis secara lengkap asal usul walisongo baik dari mulai terbentuknya Majjelis Dakwah Walisongo sampai terjadinya pergantian anggota walisongo yang wafat. Adanya kedua informasi yang sangat kuat dan valid ini seakan menyindir habis mereka yang selama ini selalu memakai referensi dari kolonial belanda, atau referensi yang isinya banyak mendiskriditkan walisongo, baik dari sejarahnya, nasab dan asal usulnya, Fakta ini memang sepertinya lama disembunyikan oleh orang orang yang memang benci pada walisongo seperti fihak kolonial penjajah serta akademisi seperti snouck dan followernya yang menafikkan peran dan sumbangsih walisongo. Fakta ini menjungkir balikkan mereka yang selama ini sering “berspekulasi” tentang walisongo terutama ketika membahas nasab, silsilah ataupun asal usul mereka. Sudah seharusnya fakta fakta seperti ini diperkenalkan untuk menangkis teori-teori yang sifat dan isinya mendiskriditkan dan melemahkan walisongo..

Semoga tulisan ini bisa membuat kita lebih banyak untuk bisa melihat fakta fakta yang selama ini mungkin disembunyikan oleh orang orang yang tidak senang senang pada walisongo seperti para kolonial penjajah serta followernya yang mungkin saja masih ada sampai ini....entahlah dimana mereka ? Hanya Allah yang lebih tahu...

Wallahu A’lam Bisshoowab...

Manipulasi Sejarah Walisongo Oleh Penjajah Kolonial

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Api Sejarah Halaman 5 mengatakan, “Dalam upaya menghilangkan kesadaran pemasaran dari umat Islam, yang demikian itu, penjajah barat, berusaha pula menguasai system penulisan sejarah. Mengapa? Karena dari hasil penulisan sejarah, akan berdampak terbentuknya citra dan opini masyarakat jajahan, tentang kisah masa lalu yang dibacanya. Ditargetkan dari hasil bacaannya akan menumbuhkan perubahan system keimanan dan tingkah laku sosial politik dan budaya selanjutnya, yang memihak penjajah”.

Salah satu korban penulisan sejarah yang sangat tidak adil dan tendensius yang dilakukan oleh para penjajah itu adalah walisongo. Dari mulai Portugis, Belanda , Inggris sering kali menanamkan pola fikir yang menyesatkan tentang biografi dan sejarah walisongo. Sebisa mungkin pola fikir rakyat mengikuti pola fikir penjajah. Efek adanya penanaman pola fikir yang tentu saja diiringi dengan penindasan ini membuat banyak rakyat akhirnya salah mengerti dengan sejarah walisongo. Dengan penjajahan yang sekian ratus tahun, kita tidak usah heran jika saat ini masih banyak percaya walisongo sebagai dongeng ketimbang fakta sejarah. Sebagai tokoh penyebar agama Islam, walisongo lebih ditonjolkan cerita dongengnya daripada realita aslinya, walisongo dianggap seperti tidak mengenal syariat Islam.

Dituturkan jika walisongo masih menjalankan ajaran Hindu. Mereka para walisongo digambarkah masih menjalankan kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan agama tersebut, seperti misalnya patigeni, tanpa makan sahur dan berbuka, bertapa digunung atau dipinggir sungai tanpa sholat dengan waktu yang bertahun tahun seperti yang dilakukan sunan kalijaga, ada juga yang katanya berubah jadi cacing seperti syekh siti jenar, atau walisongo dihubungkan kisahnya dengan dewa dewi pada agama budha dan hindu. Kisah keterlaluan lain misalnya ketika walisongo sudah dianggap mencapai tingkat ma’rifat, digambarkan mereka tidak melakukan syariat Islam lagi. Walisongo digambarkan boleh melakukan apa saja ketika sudah mencapai marifat. Mereka juga digambarkan sangat anti pada kehidupan dunia seperti perdagangan, seolah olah walisongo sangat bodoh dalam bidang perdagangan, padahal diantara walisongo banyak yang memiliki kemampuan perdagangan yang baik.

Walisongo didongengkan atas nama Islam, tapi kelakuan mereka sehari hari adalah Hindu dan Boedha. Semua seolah olah berasal dari Hindu dan Budha, ketika mereka membuat pesantren, dikatakan bahwa itu adalah meniru dari agama Hindu dan Budha, padahal faktanya sampai sekarang lembaga pendidikan seperti pesantren tidak pernah ada dalam agama hindu dan budha. Ketika mereka mengadakan kegatan kegiatan keagamaan yang cultural, langsung saja dicap bahwa itu berasal dari agama Hindu dan Budha. Jika kita mau teliti dan kritis, justru walisongo itu lebih banyak fakta sejarah ketimbang dongeng, Pembuatan masjid demak itu adalah atas saran dari walisongo, penyebaran agama islam dengan sukses dan damai, itu adalah karena kecerdasan mereka dalam membaca situasi dan kondisi, perlawanan mereka terhadap penjajah itu adalah fakta, seperti yang dilakukan oleh Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon yang kesemuanya adalah bagian keluarga besar walisongo. Walisongo bahkan dianggap tidak punya karya tulisan, padahal karya karya mereka ada dan tersimpan baik dibeberapa keturunan walisongo.

Dikatakan bahwa walisongo adalah hanya kumpulan orang orang yang “misterius” padahal faktanya walisongo adalah majelis dakwah yang dibentuk oleh Sultan Muhammad 1 dari Kesultanan Turki Usmani pada tahun 1404 Masehi dan itu fakta, karena sampai sekarang surat tugas untuk mendirikan majelis dakwah walisongo sampai saat ini masih tersimpan baik di museum istambul turki.

Manipulasi sejarah walisongo memang sangat keterlaluan, manipulasi mereka semakin parah tatkala banyak dari keluarga besar walisongo melakukan perlawanan perlawanan terhadap pemerintah kolonial penjajah, tidak heran dari sekian perlawanan terhadap penjajah, keluarga walisongo merupakan keluarga yang paling dibenci oleh para penjajah tersebut. Mereka penjajah tahu benar siapa yang berada dibelakang setiap perlawanan perlawanan terhadap penjajah kolonial tersebut. Dan itu sudah dirintis sejak masa kesultanan kesultanan nusantara Berjaya. Perlu diketahui bahwa kesultanan kesultanan tersebut masih menjadi bagian keturunan dari keluarga besar walisongo. Nasab mereka banyak yang bersambung kepada walisongo. Tidak heran dari sekian perlawanan yang paling ditakuti adalah perlawanan keluarga besar walisongo. Sampai masa tahun 1945 an para keturunan keturunan walisongo yang diwakili oleh banyak ulama dan pejuang terus melakukan perlawanan perlawanan..

Wallahu A’lam Bisshowab……

Sunan Kudus, Waliyyul Ilmi & Ulama Ahli Nasabnya Walisongo

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Sunan Kudus….Siapa yang tidak kenal nama wali yang satu ini, Jika menyebut nama Walisongo, rasanya akan sangat aneh jika nama Sunan Kudus tidak disebut.

Dalam ziarah ziarah makam walisongo, nama Sunan Kudus menjadi daftar “buruan” penting para penziarah. Saya sendiri tahun 2012 saat melakukan perjalanan religi 9 wali, menjadikan makam Sunan Kudus menjadi tempat yang wajib harus saya datangi, karena kalau saya tidak datangi betapa “kurang ajarnya” saya, karena melalui didikan dan binaaan beliaulah leluhur saya menjadi orang yang mengerti luar dalam tentang agama Islam. Leluhur saya dan Sunan Kudus memang seperti mata rantai yang tidak terpisahkan. Dalam sejarah Kesultanan Demak khususnya keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan yang adipatinya Pangeran Aria Penangsang Azmatkhan, orang yang paling didengar dan dipatuhi kata-katanya adalah Sunan Kudus, tidak heran dalam catatan sejarah tentang Sunan Kudus, leluhur saya merupakan anak angkat, santri terbaik dan kesayangan dari Sunan Kudus. Bukan itu saja hubungan itu diperkuat dengan adanya putri Sunan Kudus yang menikah dengan Pangeran Arya Penangsang, Kedekatan mereka memang sangat terkenal, sehingga tidak heran saking dekatnya mereka, ketika fitnah melanda cucu Raden Fattah tersebut, nama Sunan Kudus ikut ikutan diseret, padahal Sunan Kudus dan muridnya itu justru berusaha menghindari adanya konflik konflik di Kesultanan tersebut. Dan orang yang paling berjasa dalam menyelamatkan keturunan cucu Raden Fattah tersebut adalah Sunan Kudus. Melalui nasehat beliaulah akhirnya cucu Raden Fattah tersebut hijrah kenegeri Sumatra Selatan demi menghindari perang saudara dan fitnah yang melanda keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan tersebut. Dan walaupun keduanya sudah terpisah lokasi, namun ternyata hubungan kekeluargaan tetap terjalin. Sekalipun sejarah berkata lain tentang nasib Aria Penangsang yang dikatakan tewas, namun fakta sesungguhnya bahwa keturunan Aria Penangsang tetap masih lestari, itu karena jasa Sunan Kudus dan keluarga besarnya. Sehingga dengan adanya fakta seperti ini rasanya sangat keterlaluan jika makam Sunan Kudus tidak saya kunjungi.

Sunan Kudus adalah keturunan ke-25 dari Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan keturunan Ahlul Bait dari jalur Bani Alawi yang ada di Hadramaut Yaman. Adapun Nasab dari Sunan Kudus adalah sebagai berikut : Sunan Kudus/Sayyid Ja’far Shodiq Azmatkhan/Waliyul Ilmi/Senopati Kesultanan Demak bin Sunan Ngudung/Raden Usman Haji/Senopati Demak bin Fadhal Ali Murtadha/Raja Pandita/Raden Santri/Empu Prapanca bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy/Ibrahim Asmorokondi bin Husain Jamaluddin Al Akbar Jumadhil Kubro bin Sultan Ahmad Syah Jalaluddin bin Abdullah Amir Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi Atsani bin Muhammad Shohibus Souma’ah bin Alwi Al Awwal bin Ubaidillah/Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin/Ali Al-Ausath/Ali As-Sajjad bin Al-Husain As-Shibti/Abu Syuhada bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Al-Batul binti Nabi Muhammad Rasulullah

Sunan Kudus adalah salah satu wali yang paling menonjol dalam jajaran walisongo. Nama besar beliau ini bahkan pernah menggetarkan Syarif Mekkah pada masanya. Dengan doanya Sunan Kudus wabah penyakit yang sedang melanda Mekkah pada masa itu berhasil disembuhkan, padahal sebelumnya Syarif Mekkah tersebut tidak terlalu menganggap jati diri seorang Sunan Kudus, namun berkat keikhlasan doa beliau akhirnya wabah tersebut lenyap. Sunan Kudus disamping sebagai seorang ulama, beliau juga terkenal ahli dalam ilmu filsafat, tatanegara, keperwiraan (militer) bahkan puisi. Itu masih ditambah dengan kealimannya dalam ilmu Tauhid, Ushuluddin, Mantiq dan Fiqh, sehingga dengan kemampuannya yang nyaris sempurna dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ini, gelar WALIYUL ILMI disematkan padanya. Gelar itu juga merujuk pada kecerdikannya dalam berdakwah, ketika beliau berhasil menarik umat Hindu dan Budha ke dalam Islam tanpa paksaan. Inilah yang disebut para ahli sejarah islam sebagai jejak penting warisan Sunan Kudus dalam bidang toleransi sosial.

Namun dibalik kemampuan beliau dalam berbagai disiplin ilmu baik agama maupun yang umum, tidak banyak yang tahu jika beliau sesungguhnya juga seorang ulama ahli nasab yang mumpuni dan ini kelak diturunkan kepada keturunannya, tidak heran banyak keturunan Sunan Kudus disamping alim sebagai ulama, kemampuan ilmu nasab mereka sangat luar biasa. Gelar waliyul Ilmi pada Sunan Kudus sebenarnya sudah mengisyaratkan itu. Sunan Kudus adalah Naqib Nasab pada masa walisongo khususnya Nasab keluarga besar walisongo. Bukan saja itu nasab-nasab lainpun beliau kuasai dengan baik. Jadi tidak benar jika penjagaan nasab tidak dilakukan keluarga besar walisongo. Sejak masa walisongo, Sunan Kudus sudah melakukan itu, bahkan tugas penjagaan nasab itu dilakukan itu bukan saja dari masa sunan kudus namun itu sudah dilakukan sejak masa Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang merupakan leluhur walisongo. Kenapa demikian? Karena catatan Sanad Ilmu Nasab Sunan Kudus bermuara kepada Sayyid Abdul Malik kemudian dilanjutkan kepada ayahnya Imam Alwi Ammul Faqih dan terus sampai ke Rasulullah SAW. Semua nasab-nasab keluarga besar walisongo Sunan Kuduslah yang memelihara, menjaga, meneliti, mencatat dan sudah tentu mentahqib lalu mensyahkannya, sehingga dengan fungsinya sebagai Naqib maka banyaklah yang selamat nasab-nasab keluarga besar walisongo. Keluarga walisongo memang mempunyai catatan nasab masing masing, namun demikian dari masing-masing keluarga walisongo itu terkumpul menjadi satu di tangan Sunan Kudus. Untuk menjadi seorang ahli nasab seperti Sunan Kudus tidaklah semua ulama bias mencapainya. Oleh karena tidak perlu heran dengan kemampuannya yang kompleks itu beliau sampai sampai dijuluki WALIYUL ILMI.

Kemampuan Ilmu nasab Sunan Kudus pada perkembangan selanjutnya dilanjutkan kepada anaknya yaitu Sayyid Amir Hasan Azmatkhan dari Sayyid Amir Hasan terus dilanjutkan sampai generasi sekarang. Semua keturunan Sunan Kudus dari jalur Sayyid Amir Hasan Azmatkhan adalah ahli-ahli nasab yang saling sambung menyambung baik secara sanad ilmu, nasab darah dan sanad ilmu nasab. Salah satu keturunan Sunan Kudus yang sangat terkenal sebagai ahli nasab yang tidak banyak diketahui masyarakat umum (padahal ilmunya setara guru besar) adalah Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh yang hidup dari tahun 1899 Masehi sampai 1991 Masehi. Beberapa orang pernah bertanya kepada saya, siapa Sayyid Bahruddin ini? Kok baru saya dengar….Jawab saya, ya itu karena anda gak berkecimpung dalam dunia ilmu nasab, sehingga nama-nama ulama yang faham nasab tidak anda tahu, lagipula Sosok beliau ini sosok sederhana dan tidak mau terlihat (terkenal) dimata masyarakat, beliau low profile, tidak terlihat jika beliau ini ulama besar apalagi hebat dalam ilmu nasab. Bahkan beliau ini terkesan seperti sosok rakyat desa yang biasa biasa saja. Sayyid Bahruddin Azmatkhan adalah seorang pakar nasab yang Hafal Ribuan Nasab plus detailnya, Hafal Alquran dan Hafal Ribuan Hadist, beliau juga mursyid berbagai Thariqah. Beliau memang bertipikal tawadhu, tidak banyak orang tahu jika beliau adalah ulama ahli nasab. Namun beberapa ulama khos masa lalu khususnya NU pasti mengenal sosok Sayyid Bahruddin ini, apalagi beliau juga murid dari Mbah Kholil Bangkalan yang juga sama sama keturunan SUNAN KUDUS. Bahkan Sayyid Bahruddin ini nasabnya lebih tua satu tingkat dari mbah kholil, sekalipun demikian secara keilmuan Sayyid Bahruddin tetap berguru dengan Mbah Kholil Bangkalan.

Sayyid Bahruddin ini melanjutkan perkembangan ilmu nasab yang telah dilakukan oleh datuk datuknya dengan mengadakan penelitian, penjagaan, pemeliharaan, pencatatan, pentahqiqan dan pengesahan nasab sejak dari tahun 1909 sampai wafatnya. Gerakan yang beliau lakukan jauh lebih awal daripada terbentuknya lembaga lembaga nasab yang ada dinegeri ini. Bahkan ayah dan kakek beliau juga tidak jauh beda dengan beliau ini gerakannya, bahkan gerakan keluarga besar Sunan Kudus tidak hanya Di Nusantara saja, mereka juga sudah merambah keluar Nusantara. Beliau banyak berkeliling keberbagai daerah untuk meneliti nasab, gerakan penelitian nasab dilakukan sepanjang hidupnya. Beliau melakukan tugas ini atas dasar keikhlasan demi terpeliharanya nasab nasab keluarga besar walisongo. Tidak ada yang membiayai kegiatan ini, semua murni karena panggilan jiwa dan keihklasan semata. Setelah beliau wafat, tugas tersebut kemudian diberikan tanggungj awabnya kepada cucunya yaitu As-Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam yaitu Assayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al Hafizh (Pangeran Penghulu Nata Agama). Dari mulai Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini tugas terus berlanjut sampai sekarang. Semua hal-hal yang berkaitan dengan walisongo diberikan kepada cucu tersayang dari Sayyid Bahruddin ini. Kedekatan Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini dengan kakeknya memang sangat kuat terjalin, dari kecil Syekh Mufti sudah dididik langsung oleh kakeknya baik dari berbagai ilmu agama dan sudah tentu gemblengan ilmu nasab dan juga Tariqah. Sayyid Bahruddin memang sangat mencintai cucu beliau ini, sehingga akhirnya tidak perlu heran jika ilmu yang beliau miliki menurun kepada Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam.

Semoga jasa keluarga besar Sunan Kudus dan keturunannya Allah ganjar dengan sebaik baiknya balasan. Amin…..

Wallahu A'lam Bisshowab....