Minggu, 29 September 2013

Kehebatan Strategi Perang Walisongo, Karya Sunan Kudus

Sunan Kudus (Guru Besar yang dikagumi oleh KGPAA Mangkunegara IV)

Sunan Kudus (Guru Besar yang dikagumi oleh KGPAA Mangkunegara IV)


Oleh:
Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)

PENDAHULUAN

Seorang teman bincang-bincang dengan teman lainnya tentang kehebatan bangsa ‘Jepang’. Mulai dari semangat samurai, hakakiri, Yakuza, Fuji Film, Honda, Gunung Fujiyama, hingga bunga sakura. Siapa tidak mengenal negeri matahari terbit ?  Demikian kata salah seorang yang ada di komunitas bincang-bincang tersebut. Sekarangpun anak-anak kita barangkali Nampak lebih akrab dengan produk negeri ini dibanding dengan mengenal produk negeri sendiri. Film anak misalnya anak-anak lebih familier dengan ‘Doraemon’ di banding ‘Si Unyil’ bahkan film yang lainnya misalnya: sepakbola Jepang, Komik Jepang, Naruto dan lain-lain.

“Produk Jepang sedemikian rupa bisa merajai di berbagai belahan dunia, pernahkah kita mencoba memikirkan mengapa bisa demikian ?” Tanya seseorang lainnya.             

“ Itu karena ethos mereka, pernah lihat film samurai ? Wooo ….. sangat mengesankan, kita bisa melihat bagaimana ‘kegigihan’, ‘kegagahan’ , ‘rasa hormat’, ‘ketaatan’ …….” Kata yang lainnya.                 

Bercerita tentang Jepang, aku ingat seorang Guru pernah membuat sebuah pembelajaran yang menarik dengan contoh ‘produk Jepang’. Sang Guru menjelaskan bahwa ‘bangsa Jepang’ yang berkenalan dengan budaya Jawa hanya seumur jagung, justru telah mampu menerapkan falsafah jawa penting yaitu: nglurug tanpo bolo menang tanpo ngasorake.Melalui produk-produk industrinya  Jepang ada di mana-mana, menembus lintas batas Negara bangsa. Melalui produk-produk unggulan mereka mampu diterima dengan suka cita, produk mereka mempengaruhi kehidupan masayarakat Negara lain tanpa membawa ‘bala tentara’ untuk mempengaruhinya. Sebuah imperialisme gaya baru, barang-barang mereka menjajah kita dan menjadi penghidupan mereka tanpa harus perang dan mengalahkan.             

Perang masa kini adalah perang ekonomi, perang produk, perang dengan senjata sudah bukan jamannya lagi, selain seluruh bangsa-bangsa mengecam tindakan perang senjata juga perang jelas-jelas mengsengsarakan rakyat bangsa yang berperang. Di mana ada perang yang memakmurkan dan mententramkan masyarakat ? Bangsa yang cerdas mengalihkan ‘heroitasnya’ pada perang yang lebih bermartabat tidak banyak ditentang yaitu ‘perang produk yang berkecanggihan teknologi’, mulai dari produk pangan, sandang, papan, kendaraan, alat komunikasi hingga produk-produk kesehatan. Jadi terjadilah kompetisi ‘ekonomi’, perang ekonomi, sebuah keasyikan baru manusia dalam globalisasi dunia. Melalui keunggulan produk, suatu bangsa atau bahkan hanya suatu ‘perusahaan’ bisa memiliki unit usahanya di berbagai belahan dunia dengan karyawan seolah sebagai warga yang harus patuh pada tata aturan yang dimilikinya. Mereka tidak perlu membawa masyarakat bangsa negaranya untuk menjalankan ‘perusahaan’ di belahan bumi lainnya, dengan suka cita mereka akan mengabdi kerja, juga masyarakat yang ‘seolah terjajah’ oleh adanya perusahaan tersebut tidak akan merasa kalah tetapi sering merasa diuntungkan.             

Seorang Guru bijak (Sunan Kudus) berkata bahwa nglakoni ‘nglurug tanpo bolo lan menang tapi ora ngasorake’ bukan hal yang mudah. Karena untuk bisa ‘nglurug tanpo bolo’ orang harus berani, berani bukan asal berani, tapi berani dengan perhitungan yang cermat.  Orang yang berani nglurug berarti di dalam dirinya bersemayam mental juara, bukan mental ‘kroyokan’.  Juga falsafah walisongo itu, mengajarkan kepada kita bahwa kemenangan yang terhormat adalah kemenangan yang tidak merendahkan orang atau pihak lain yang menjadi lawannya. Di situ mengandung makna bagaimana seharusnya kita sebagai manusia bisa tetap menjunjung harkat martabatnya sendiri dan sesamanya, menjaga kehidupan dan sadar akan kewajaran perbedaan.

ASAL USUL STRATEGI "NGLURUG TANPO BOLO"
Strategi Perang Walisongo ini ditemukan oleh Panglima Perang Kesultanan Demak, yaitu Sayyid Ja'far Shodiq Azmatkhan (Sunan Kudus), kemudian dipopulerkan oleh KGPAA Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama.

KGPAA Mangkunegara IV (Penerus Ajaran Walisongo, memiliki sanad keguruan kepada Sunan Kudus)
KGPAA Mangkunegara IV 
(Penerus Ajaran Walisongo, memiliki sanad keguruan kepada Sunan Kudus)


Kaweroh keslametan diri 
Sesanti kepribaden poro leluhur 
Sugih tanpo bondho 
Digdaya tanpo adji 
Nglurug tanpo bolo
Menang tanpo ngasorake
Terimah mawi pamrih 
Suwung pamrih tebih ajrih 
Langgeng tan ono susah 
Langgeng tan ono bungah 
Anteng mantheng sugeng jeneng 

Terjemahan dalam bahasa indonesia :


Pengetahuan keselamatan diri
Ajaran tentang kepribadan dari para leluhur
Kaya tanpa harta
Sakti tanpa ilmu
Mendatangi tanpa teman
Menang tanpa merendahkan
Menerima dengan iklas tanpa pamrih
Jauh dari ketakutan
Abadi tanpa susah
Abadi tanpa senang
Diam diri punya nama

Keterangan:
  1. Sugih tanpo bondho = kaya yang dimaksut disini adalah kaya akan ilmu, sugih sedulur, sugih kebijaksanaan
  2. Digdaya tanpo adji = orang sakti tanpa adji(ilmu) itu bisa aja..jika orang dekat dengan Yang Kuasa maka dia akan lebih sakti daripada orang yang berilmu sekalipun.orang yang pengen mendapatkan keselamatan ngga membutuhkan adji..sakti itu adalah efek samping dari kedekatannya sama Yang Kuasa
  3. Nglurug tanpo bolo = jadilah orang yang berwatak satria..jadi menyelesaikan suatu masalah tuh ngga mengajak segerombolan orang.jadi diselesaikan dengan bertatap muka langsung,sehingga orang yang di datangi ngga akan berpikiran macam2 dan masalah menjadi semakin ruwet
  4. Ngalahake tanpo ngasorake = mengalahkan musuh tanpa musuh itu ngga sadar klo dia itu kalah,caranya adalah selesaikan jalan damai tanpa harus berkelahi.musyawarah utk mencapai sebuah kemufakatan dan menemukan win win solution.semuanya ngga ada yang kalah
  5. Trimah mawi pamrih = ini yang namanya menolong dengan iklas
  6. Suwung pamrih tebih adjrih = jika kita ngga punya hutang budi maka kita ngga akan mengalami beban untuk membayar hutang itu
  7. Langgeng tan ono susah & Langgeng tan ono bungah = kita harus mempunyai hati yang tenang..jadi ngga terbawa nafsu.orang yang ngga terbawa nafsu hatinya akan bersihjika suara hati kita tidak didasari nafsu maka kita bisa memutuskan sesuatu dengan objektif
  8. Anteng mantheng sugeng jeneng = diam itu emas dalam artian bicara seperlunya ngga besar cakap/sombong

Sumber Data:
Serat Wedhatama, karya KGPAA Mangkunegara IV

Kiamat Sudah Dekat, Masjid Pun Dekat, Ayo Taubat Cepat


Oleh:
Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي لاَ يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلاَّ هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لاَ تَأْتِيكُمْ إِلاَّ بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللّهِ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Al-A’raaf  7:187)

Tanda-tanda Kiamat Sudah Muncul:
  1. Para pengembala yang sama, bermegah-megahan dengan gedung-gedung besar dan tinggi-tinggi. Berlumba-lumba membina bangunan tinggi. Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata; suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam nampak di tengah-tengah orang ramai. Lalu baginda didatangi oleh seseorang yang menanyakan kepadanya: “Wahai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bilakah terjadinya kiamat?” Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab dengan bersabda: “Tidaklah orang yang ditanya mengenai masalah itu lebih mengetahui daripada yang bertanya. Akan tetapi aku akan memberitahukan kepadamu tentang tanda-tandanya. Yaitu, jika seorang ammah (hamba perempuan) melahirkan majikannya, itulah yang termasuk di antara tanda-tandanya. Juga apabila orang-orang yang tidak beralas kaki dan tidak berpakaian menjadi pemimpin masyarakat, maka itu juga di antara tanda-tandanya. Demikian pula apabila para pengembala domba berlumba-lumba meninggikan bangunan, maka itulah salah satu tandanya di antara tanda-tanda yang lima, yang mana tidak mengetahui yang sesungguhnya selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.” Kemudian baginda membacakan ayat berikut ini: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sahajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, serta mengetahui apa yang ada di dalam rahim.” (Riwayat Ibn Majah).
  2. Perhiasan Rumah Sama Dengan Perhiasan Pakaian. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Hari Kiamat tidak akan tiba, sehingga manusia membangun rumah dan melukisnya sebagai lukisan pakaian.” (Riwayat Bukhari).
  3. Kebanggaan Masyarakat Dengan Membina Masjid. Dari Anas bin Malik r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak akan tiba hari kiamat, sehingga manusia bermegah-megah dan berlebih-lebihan dalam urusan masjid.” (Riwayat Abu Dawud).
  4. Masjid Menjadi Tempat Urusan Dunia Saja. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan datang kepada manusia suatu masa, percakapan mereka dalam masjid hanyalah mengenai urusan dunia semata. Allah tidak memerlukan mereka. Dan janganlah kamu duduk bersama mereka (pada waktu dalam masjid).” (Riwayat Hakim).
  5. Ahli Ibadah Yang Bodoh Dan Qari Yang Fasik. Dari Anas r.a. ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak, di akhir zaman, akan ada ahli ibadah yang bodoh dan para qari yang fasik.” (Riwayat Ibnu ‘Adi).
  6. Golongan yang menjadikan lidahnya sebagai alat untuk mencari makan. Dari Sa’ad bin Abi Waqash r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat, sebelum muncul suatu golongan yang mencari makan melalui lidah-lidah mereka, seperti sapi yang makan dengan lidah-lidahnya.” (Riwayat Ahmad).
  7. Melimpahnya Harta Benda Dan Luasnya Perniagaan Serta Banyak Media Massa. Dari Umar bin Tsa’lab r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sebahagian dari tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat, adalah tersebarnya (melimpahnya) harta benda dan luasnya perniagaan. Dan pena-pena akan bermunculan yang menunjukkan banyaknya bacaan dan tulisan.” (Riwayat An-Nasa’i).
  8. Ramai Orang Muda Menyebut Dalil Agama. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Akan muncul di akhir zaman nanti, suatu kaum yang terdiri dari orang-orang muda yang masih mentah pikirannya (cetek faham agamanya). Mereka banyak mengucapkan perkataan Khairil Bariyah (firman Allah dan hadits Rasul), tetapi iman mereka masih lemah. Pada hakikatnya mereka telah keluar dari agamanya seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Di mana saja kamu dapat menemuinya, maka hapuskanlah mereka itu, siapa yang dapat menghapus mereka, kelak akan mendapat pahala di hari kiamat.“ (Riwayat Bukhari dan Muslim). Dan dapat dilihat juga sekarang banyak orang-orang bukan Islam yang menggunakan hujjah-hujjah dari Al-Quran dan Al-Hadits yang mana mereka membuat komentar menurut pemahaman mereka sendiri sedangkan mereka tidak faham dengan Islam.
  9. Al-Quran Sebagai Alat Propaganda. Imam Ali bin Thalib r.a. berkata bahawa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak akan muncul di antara umatku suatu kaum yang membaca Al-Quran bukan seperti lazimnya kamu membaca, dan sembahyangmu jauh berbeda dengan cara mereka bersembahyang. Mereka membaca Al-Quran dengan mengira bahawa Al-Quran itu sebagai alat propaganda mereka, padahal Al-Quran itu berisi peringatan yang harus mereka junjung. Bacaan mereka itu tidak melebihi kerongkongnya (tidak sampai meresap ke dalam hati). Mereka itu sebenarnya keluar dari Islam, bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya.” (Riwayat Muslim).
  10. Menunjuk-Nunjuk Ketika Berdoa. Dari Saad r.a. bahawa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ”Kelak akan terdapat kaum yang berlebih-lebih (menunjuk-nunjuk) dalam berdoa“ (Riwayat Ahmad).
  11. Merasa Rendah Dalam Ibadah. Dari Abu Sa’id Al-Kudri r.a bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan muncul di antara kamu suatu kaum, kamu merasa rendah dalam melakukan shalat dibanding dengan mereka, amal perbuatanmu jika dibandingkan dengan perbuatan mereka dan puasamu jika dibanding dengan puasa mereka. Mereka membaca Al-Quran tetapi tidak sampai melalui tenggorokannnya. Mereka sebenarnya keluar dari agama bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, jika di ujung panah dilihat, tidak ada bekas apa-apanya juga di kayunya tidak ada apa-apanya juga di bulunya tidak terdapat apa-apa, tetapi berlumba-lumba dalam senarnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
  12. Imam Yang Melambatkan Waktu Shalat. Dari Ibnu Ame r.a bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya nanti selepas peninggalanku akan terjadi, para imam mengakhirkan shalat dari waktunya. Oleh kerana itu hendaklah kamu mengerjakan shalat tepat pada waktunya. Jika kamu datang bersama mereka untuk mengerjakan shalat, maka bershalatlah kamu.”  (Riwayat Thabrani).
  13. Al-Quran Hanya Tinggal Tulisannya Saja. Dari Ali r.a bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Hampir datang suatu zaman, di mana agama Islam hanya tinggal namanya saja, dan Al-Quran hanya tinggal huruf dan tulisannya saja. Masjid-masjid indah dan megah, tetapi sunyi daripada petunjuk. Ulama mereka adalah yang paling jahat di antara yang ada di bawah langit. Dari mereka (ulama) itu akan muncul berbagai-bagai fitnah dan fitnah itu akan kembali ke lingkungan mereka sendiri (umat Islam).” (Riwayat Baihaqi).
  14. Kaum Yang Meminum Ayat-Ayat Al-Quran. Dari Uqbah bin Amir r.a. bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak akan muncul suatu kaum dari umatku. Mereka meminum Al-Quran seperti meminum susu.” (Riwayat Thabrani).
  15. Ulat-ulat Qurra’. Dari Abu Umamah r.a. bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak pada akhir zaman akan ada ulat-ulat qurra’ (ahli baca Al-Quran). Barangsiapa yang berada pada masa itu, hendaklah ia berlindung kepada Allah dari mereka.” (Riwayat Abu Nu’aim).
  16. Serbuan Musuh Islam Terhadap Kaum Muslimin. Daripada Tsauban r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda; “Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka”. Maka salah seorang sahabat bertanya “Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?” Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, “Bahkan kamu pada waktu itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahan’.”Seorang sahabat bertanya, “Apakah wahan itu hai Rasulullah?” Nabi kita menjawab, “Cinta pada dunia dan takut pada mati.” (Riwayat Abu Daud ).
  17. Orang Mukmin Lebih Hina Daripada Hewan. Dari Anas r.a. bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan datang atas manusia suatu masa, di mana keadaan orang mukmin pada masa itu lebih hina daripada domba.” (Riwayat Ibnu Asakir).
  18. Ulama Yang Merugikan Umat Dan Agama. Abdullah bin Abbas r.a berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya akan terdapat (akan ada) orang-orang dari umatku yang pandai (amat faham dan ahli) tentang urusan agama dan membaca Al-Quran, mereka berkata: “Kami datang kepada para Raja (pemimpin), biar kami memperoleh keduniaan mereka dan kami tidak akan mencampurkan mereka dengan agama kami.” Tidak terjadi hal yang demikian itu, seperti (umpamanya) tidak akan dapat dipungut dari pohon yang berduri melainkan duri. Demikian pula, tidak akan dapat diambil manfaat dari mendekatkan diri kepada mereka itu melainkan beberapa kesalahan belaka.” (Riwayat Ibnu Majah).
  19. Menggadaikan Agama Karena Dunia. Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan timbul di akhir zaman orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka menunjukkan kepada orang lain pakaian yang dibuat daripada kulit kambing (berpura-pura zuhud dari dunia) untuk mendapat simpati orang ramai, dan percakapan mereka lebih manis daripada gula. Padahal hati mereka adalah hati serigala (mempunyai tujuan-tujuan yang jahat). Allah Subhanahu wa Ta'alaberfirman kepada mereka: “Apakah kamu tertipu dengan kelembutan Ku?, Ataukah kamu terlampau berani berbohong kepada Ku?. Demi kebesaran Ku, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan mereka sendiri, sehingga orang yang alim (cendikiawan) pun akan menjadi bingung (dengan sebab fitnah itu).” (Riwayat Tirmidzi). 
  20. Empat Macam Golongan Mengerjakan Ibadah Haji. Dari Anas bin Malik r.a. bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak apabila akhir zaman terdapat empat macam golongan mengerjakan ibadah haji yaitu: 1)    Para pemimpin mengerjakan ibadah haji hanya untuk ‘makan angin - pelesir’; 2)    Terdapat orang kaya pergi haji hanya untuk berniaga; 3)    Ramai fakir miskin pergi haji dengan tujuan untuk mengemis; 4)    Ahli qira’at (pembaca Al-Quran) mengerjakan ibadah haji hanya untuk mencari nama dan kemegahan.”
  21. Penduduk Mekkah Akan Meninggalkan Kota Mekkah. Umar r.a berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ”Kelak penduduk Mekkah akan keluar meninggalkan Mekkah; kemudian yang meninggalkan itu tidak akan kembali lagi kecuali hanya sebahagian kecil sahaja. Kemudian yang sedikit itu menjadikan kota itu penuh bangunan. Kemudian mereka keluar lagi dari kota itu dan tidak kembali selamanya.“ (Riwayat Ahmad). Dari Abu Umamah r.a. bahawa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak akan ada orang-orang dari Umatku (Islam) memakan berbagai macam makanan dan memakai berbagai pakaian, banyak berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu apa sebetulnya yang dibicarakan itu, maka itulah seburuk-buruk manusia dari sebahagian Umatku (Islam).” (Riwayat Thabrani dan Abu Nu’aim).
  22. Menyalahgunakan Takdir. Dari Jabir r.a berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ‘”Kelak pada akhir zaman ada suatu golongan yang berbuat maksiat kalau ditanya mereka berkata’ Allah-lah yang mentakdirkan perbuatan itu kami lakukan.’ Orang yang menentang pendapat mereka pada zaman itu bagaikan orang yang menghunus pedangnya dalam jihad fisabilillah.”
  23. Ilmu Agama Akan Berangsur-angsur Hilang. Dari Abdullah bin Amr bin ‘ash r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Bahawasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain.” (Riwayat Muslim)
  24. Umat Islam Mengikuti Langkah-Langkah Yahudi Dan Nashrani. Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata, bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kamu akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu akan mengikuti mereka.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah Yahudi dan Nashrani yang Anda maksudkan?” Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”;- (Riwayat Muslim).
  25. Terlepasnya Islam Satu Demi Satu. Dari Umamah Al-Bahili dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh akan terlepas pegangan Islam satu demi satu. Setiap terlepas salah satu pegangan, maka orang-orang akan berebutan untuk bergantung kepada yang lain. Adapun yang pertama kali terlepas itu adalah persoalan hukum, sedangkan yang terakhir adalah perkara shalat.” (Riwayat Ahmad).
  26. Penyakit Umat-umat Dahulu. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Aku mendengar RasuIullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Umatku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pernah menimpa umat-umat dahulu”. Sahabat bertanya, “Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?” Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, “Penyakit-penyakit itu ialah (1) terlalu banyak seronok, (2) terlalu mewah, (3) menghimpun harta sebanyak mungkin, (4) tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, (5) saling memarahi, (6) hasut menghasut sehingga jadi zalim menzalimi” (Riwayat Hakim).
  27. Sifat Amanah Akan Hilang Sedikit Demi Sedikit. Dari Huzaifah bin Al-Yaman r.a. katanya, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah memberitahu kami dua dua buah hadits (mengenai dua kejadian yang akan berlaku). Yang pertama sudah saya lihat sedang yang kedua saya menanti-nantikannya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberitahu bahawasanya amanat itu turun ke dalam lubuk hati orang-orang yang tertentu. Kemudian turunlah al-Quran. Maka orang-orang itu lalu mengetahuinya melalui panduan al-Quran dan mengetahuinya melalui panduan as-Sunnah. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menceritakan kepada kami tentang hilangnya amanah, lalu beliau bersabda, “Seseorang itu tidur sekali tidur, lalu diambillah amanah itu dari dalam hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya seperti bekas yang ringan saja. Kemudian ia tertidur pula, lalu diambillah amanah itu dari dalam hatinya, maka tinggallah bekasnya seperti lepuh di tangan (menggelembung di tangan dari bekas bekerja berat seperti menggunakan kapak atau cangkul). Jadi seperti bara api yang kau gillingkan dengan kakimu, kemudian menggelembunglah ia dan engkau melihat ia meninggi, padahal tidak ada apa-apa”. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menceritakan hadits ini beliau mengambil sebiji batu kecil (batu kerikil) lalu menggilingkannya dengan kakinya.”Kemudian pagi-pagi (jadiIah) orang ramai berjual beli, maka hampir saja tiada ada seorang juga pun yang suka menunaikan amanah, sampai dikatakan orang bahwasanya di kalangan Bani Fulan (di kampung yang tertentu) itu ada seorang yang sangat baik memegang amanah, sangat terpercaya dan orang ramai mengatakan, “Alangkah tekunnya dalam bekerja, alangkah indahnya pekerjaannya, alangkah pula cerdik otaknya. Padahal di dalam hatinya sudah tiada ada lagi keimanan sekali pun hanya seberat timbangan biji sawi.” “Maka sesungguhnya telah sampai masanya saya pun tidak mempedulikan manakah di antara kamu semua yang saya hendak bermubaya’ah (berjual beli). Jikalau ia seorang Islam, maka agamanyalah yang akan mengembalikan kepadaku (maksudnya agamanyalah yang dapat menahannya dari khianat). Dan jikalau ia seorang Nashrani atau Yahudi, maka pihak yang bertugaslah yang akan menggembalikannya kepadaku (maksudnya jika dia seorang Nashrani atau Yahudi maka orang yang memegang kekuasaan/pemerintahlah yang dapat membantu aku untuk mendapatkan semua hak-hakku daripadanya.) Ada pun pada hari ini maka saya tidak pernah berjual beli dengan kamu semua kecuali dengan Fulan dan Fulan (orang-orang tertentu sahaja).” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
  28. Tahun-tahun yang penuh tipu muslihat. Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh muslihat, di mana akan dibenarkan padanya orang yang berdusta, dan akan didustakan orang yang benar. Akan dipercaya orang yang berkhianat, dan akan dituduh berkhianat orang yang terpercaya. Serta akan bertutur padanya Ruwaibidhah. Maka ada yang menanyakan: Apa itu Ruwaibidhah? Dijawab baginda Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: Yaitu, orang yang bodoh dan hina ditugaskan menangani kepentingan umum.” (Riwayat Ibn Majah).
  29. Lahirnya para Dajjal (tukang dusta) yang jumlahnya hampir 30 orang semuanya mengaku sebagai utusan Allah (Yang dipertuhankan) - Adanya dua golongan besar sama berbunuhan, dengan semboyan sama-sama akan menegakkan agama Islam. Dajjal Sang Pendusta. Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak akan terjadi Hari Kiamat sebelum dimunculkan para dajjal sang pendusta, yang jumlahnya hampir mendekati tiga puluhan, di mana masing-masing mengaku; bahawa dirinya adalah Rasul Allah.” (Riwayat Muslim). Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan keluar dajjal dan khazzab di kalangan umatku. Mereka akan berkata sesuatu yang baru di mana kamu dan bapa-bapa kamu belum pernah mendengarnya. Awasilah mereka dan jagalah diri kamu daripada disesatkan oleh mereka.” [Musnad Ahmad, 20/349]. Abu Hurairah r.a. berkata, “Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Qiamat tidak akan tiba sehingga muncul 30 dajjal, semua mengaku sebagai utusan Allah, harta bertambah, berlaku huru-hara dan al-Harj berleluasa.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah harj?” Baginda bersabda, “ Bunuh-membunuh.” [Musnad Ahmad, 2/457]. Abu Hurairah r.a. berkata, “Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Qiamat tidak akan tiba selagi belum muncul 30 dajjal, semua berbohong mengenai Allah dan RasulNya.” [Musnad Ahmad, 2/450]. Ibn Umar r.a. berkata, “Daku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Di kalangan umat ku akan ada 70 Penyeru, yang mengajak manusia kepada neraka jahannam. Aku boleh memberitahu nama mereka dan kaum mereka jika Aku mau.”
  30. Golongan Pendusta Di Bidang Hadits. Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Kelak akan ada di antara generasi akhir dari umatku orang-orang yang meriwayatkan kepada kamu hadis yang belum pernah – juga bapa-bapa kamu – mendengarnya. Untuk itu, hindarilah mereka.”(Riwayat Muslim).
  31. Orang yang menyemir rambutnya dengan warna hitam. Dari Ibn Abbas r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda; Akan ada di akhir zaman nanti orang-orang yang mengecat rambut mereka dengan warna hitam, seperti tembolok burung merpati, dan mereka tidak akan mencium baunya syurga.” (Riwayat Abu Dawud).
  32. Lelaki menyerupai wanita dan wanita menyerupai lelaki. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Di antara tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat adalah laki-laki menyerupai wanita dan wanita menyerupai laki-laki.” (Riwayat Abu Nu’aim).
  33. Mendidik anjing lebih baik dari mendidik anak. Dari Abu Dzar r.a berkata, bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila zaman (Kiamat) semakin hampir dekat, mendidik anjing lebih baik daripada mendidik anak, tidak ada rasa hormat kepada yang lebih tua, dan tidak ada rasa kasih sayang kepada yang lebih kecil, anak-anak zina semakin ramai, sehingga laki-laki menyantap perempuan di jalanan, mereka tidak ubahnya seperti kambing yang berhati serigala.” (Riwayat Thabrani dan Hakim).
  34. Orang Yang Baik Berkurang Sedang Yang Jahat Bertambah Banyak. Dari Aisyah r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak akan berlaku hari qiamat sehingga anak seseorang menjadi puncak kemarahan (bagi ibu bapaknya) dan hujan akan menjadi panas (hujan akan berkurang dan cuaca akan menjadi panas) dan akan bertambah banyak orang yang tercela dan akan berkurang orang yang baik dan anak-anak menjadi berani melawan orang-orang tua dan orang yang jahat berani melawan orang-orang baik.” (Riwayat Thabrani).
  35. Munculnya banyak Pemimpin yang sesat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Selain Dajjaal ada yang lebih aku takuti atas umatku dari Dajjaal, yaitu para pemimpin yang sesat.” [HR Ahmad]
  36. Munculnya Panji Hitam Ufuk Timur. 1. Sabda Nabi SAW:Al-Mahdi akan datang setelah muncul Panji-panji Hitam dari sebelah Timur yang mana pasukan itu selalu tidak pernah kalah dengan pasukan mana pun. (Ibnu Majah); 2. Sabda Nabi SAW:Orang ramai daripada Timur akan muncul, kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada al-Mahdi; 3. Sabda Nabi SAW:Panji-panji Hitam akan keluar dari Khurasan (Setelah Pemuda Bani Tamim bertemu al-Haris Harras dan pada masa itu juga kawan-kawan al-Mahdi (tentera-tenteranya) keluar menuju Baitulmaqdis. 4. Sabda Nabi SAW:Al-Mahdi akan dibaiat di antara Hajar Aswad dan Makam Ibrahim oleh sejumlah orang yang mengikuti Perang Badar (iaitu Pemuda Bani Tamim dan pasukannya), kemudian datang kumpulan orang dari Iraq, dan para Wali Abdal dari penduduk Syam untuk berikrar kepadanya. Dan akan datang pula pasukan daripada Syam (sufyani) yang kemudiannya ditelan bumi di al-Baidak dekat Zul Hulaifah. Semuanya binasa melainkan si pembawa berita sahaja. (Abu Daud & Al-Hakim); 5. Sabda Nabi SAW:Tiga ratus empat belas orang yang di antaranya adalah perempuan, bergabung dengan al-Mahdi yang akan bertindak ke atas setiap pemimpin yang berbuat zalim dan menegakkan keadilan seperti yang diharap-harapkan oleh semua orang. Setelah itu, tidak ada kebaikan lagi di muka bumi ini yang melebihi kebaikan pada masa al-Mahdi; 6. Sabda Nabi SAW:Pembawa bendera al-Mahdi adalah seorang lelaki daripada suku Tamim yang datang dari Timur; 7. Sabda Nabi SAW:Jika kamu semua melihat Panji-panji Hitam datang dari arah Khurasan, maka sambutlah ia walaupun kamu terpaksa merangkak di atas salji. Sesungguhnya di tengah-tengah panji-panji itu ada Khalifah Allah yang mendapat petunjuk. Maksudnya ialah al-Mahdi.(Ibnu Majah, Abu Nuaim & Al-Hakim); 8. Sabda Nabi SAW:Sebelum al-Mahdi (muncul), As-Sufyani akan muncul dengan 360 pasukan berkuda. Kemudian dengan diiringi 30,000 pasukan yang dipimpin oleh Kalb, iaitu bapa saudaranya. As-Sufyani kemudian mengerahkan askarnya ke Iraq. Dalam serangan ini, 100,000 orang terbunuh di Zaura iaitu suatu bandar di Timur. Setelah itu mereka menyerang Kufah pula. Ketika itu muncullah Panji-panji (Hitam) dari Timur. Lantas ada satu pertanyaan, wahai Rasullulah, bagaimana kami dapat mengenalinya? Nabi SAW menjawab, Dia adalah dari keturunanku, perawakannya mirip kepada Bani Israel, seolah-olah wajahnya bercahaya-cahaya laksana bintang, pipi kanannya bertahi lalat hitam. Dia tampan orangnya, yang berusia 40 tahun. Dia akan didatangi oleh Wali-wali Abdal dari Syam, tokoh-tokoh Nujabat dari Mesir, Asoib dari Timur dan para pengikutnya; 9. Sabda Nabi SAW:Sentiasa akan ada satu toifah dari kalangan umatku yang sanggup menzahirkan kebenaran. Mereka tidak dapat dirosakkan (dikalahkan) oleh orang-orang yang menentangnya, hinggalah datang perintah Allah (hari kiamat); 10. Sabda Nabi SAW:Dari Ibnu Masud RA, katanya, ketika kami berada di sisi Rasullulah SAW, tiba-tiba datang sekumpulan anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat mereka, maka kedua-dua mata banginda SAW dilinangi air mata dan wajah baginda berubah. Aku pun bertanya, Mengapakah kami melihat pada wajah Tuan sesuatu yang tidak kami sukai? Baginda menjawab, Kami Ahlul Bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dari penyingkiran selepasku kelak sehinggalah datang suatu kaum dari Timur yang membawa bersama-sama mereka Panji-panji Hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya, maka mereka pun berjuang dan beroleh kejayaan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu tetapi mereka tidak menerima sehinggalan mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang akan memenuhkan bumi ini dengan keadilan seperti halnya bumi ini dipenuhi dengan kedurjanaan sebelumnya. Sesiapa yang sempat menemuinya, maka datangilah mereka itu, walaupun terpaksa merangkak di atas salji. Sesungguhnya dia adalah al-Mahdi. (Ibnu Majah); 11. Sabda Nabi SAW:Daripada al-Hasan, bahawa Nabi SAW menyebut bala yang akan menimpa kaum keluarganya, hinggalah Allah mengutuskan Panji-panji Hitam dari Timur. Sesiapa yang menolongnya akan ditolong pula oleh Allah. Sesiapa yang menghinanya akan dihinakan pula oleh Allah, hinggalah mereka mendatangi seorang lelaki yang namanyna seperi nama aku. Mereka pun melantiknya memimpin mereka, maka Allah pun membantu dan menolongnya. (Nuaim bin Hammad); 12. Sabda Nabi SAW:Akan datang Panji-panji Hitam dari Timur, seolah-olah hati mereka adalah kepingan-kepingan besi. Sesiapa mendengar tentang mereka, hendaklah datang kepada mereka dan berbaiatlah kepada mereka, sekalipun merangkak di atas salji. (Al-Hafiz Abu Naim); 13. Sabda Nabi SAW: Akan keluar seorang lelaki dari seberang sungai yang dikatakan Al-Haris bin Harras, yang di hadapannya ada seorang lelaki yang dikatakan al-Mansur, dialah yang akan memudahkan urusan atau membela keluarga Nabi SAW seperti pihak Quraisy yang membela Rasulullah SAW. Wajib setiap mukmin menolongnya atau baginda bersabda, Wajib setiap orang mukmin menerimanya. (Abu Daud, an-NasaâI, al-Baihaqi & al-Husin); 14. Sabda Nabi SAW: Sesungguhnya ketika zahir al-Mahdi, menyerulah malaikat dari atas kepalanya, Ini al-Mahdi Khalifah Allah, maka kamu ikutilah dia. Seluruh manusia tunduk dan patuh kepadanya dan mengecapi kasih sayangnya. Sesungguhnya al-Mahdi itu menguasai Timur dan Barat. Dan adalah yang berbaiat kepadanya di antara Rukun dan Maqam, yang pertama adalah sejumlah pasukan Badar (314 orang). Kemudian Abdal dari Syam mendatanginya, dikuti oleh Nujabak dari Mesir dan Asoib dari Timur. Setelah itu Allah mengutuskan kepadanya tentera dari Khurasan dengan Panji-panji Hitam dan mereka menuju ke Syam. Allah menutus kepadanya 3,000 malaikat dan ahli (Ashabul) Kahfi adalah antara pembantunya. 15. Sabda Nabi SAW: Sesiapa yang berpegang (teguh) dengan sunnahku ketika umatku sedang rosak, baginya seratus pahala syahid. (Iman Muslim); 16. Sabda Nabi SAW:A da tiga orang adik-beradik yang saling berperang sesama sendiri berhampiran tempat simpanan Kaabah kamu. Ketiga-tiganya adalah anak seorang khalifah. Kemudian tidak seorang pun antara mereka yang menjadi khalifah. Kemudian muncullah Bendera Hitam dari arah Timur, lalu mereka membunuh kamu semua (yang sedang berperang saudara itu) dengan satu pembunuhan yang (sangat banyak) belum pernah berlaku sebelum ini oleh sesuatu kaum. Kemudia baginda menuturkan sesuatu yang tidak saya ingatinya. Kemudian baginda bersabda, apabila kamu semua melihatnya, hendaklah berbaiat kepadanya walaupun terpaksa merangkak di atas salji kerana dia adalah Khalifah Allah, iaitu al-Mahdi. (Ibnu Majah); 17. Sabda Nabi SAW: Akan ada orang-orang yang keluar dari sebelah Timur, lalu mereka mempersiapkan segala urusan untuk al-Mahdi, yakin pemerintahnya. (Ibnu Majah); 18. Sabda Nabi SAW: Apabila keluar Panji-panji Hitam dari arah Khurasan, tidak akan ada sesuatu apa pun yang dapat menolaknya hinggalah dipacakkan di Ilya. (At-Tarmizi)

Doa Memohon Perlindungan Dari Musuh (Orang Yang Iri Hati)

Diijazahkan oleh:
Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)
رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعْنَ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَامْكُرْلِي وَلَا تَمْكُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِي وَيَسِّرْ هُدَايَ إِلَيَّ، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي لَكَ شَاكِرًا، لَكَ ذَاكِرًا، لَكَ رَاهِبًا، لَكَ مِطْوَاعًا، إِلَيْكَ مُخْبِتًا –أَوْ: مُنِيبًا–، رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي وَاغْسِلْ حَوْبَتِي وَأَجِبْ دَعْوَتِي وَثَبِّتْ حُجَّتِي وَاهْدِ قَلْبِي وَسَدِّدْ لِسَانِي وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ قَلْبِي

“Wahai Rabbku, tolonglah diriku atas musuh-musuhku dan janganlah Engkau tolong musuh-musuhku atas diriku. Balaslah makar atas musuhku dan janganlah Engkau membuat makar atas diriku. Tunjukilah diriku da mudahkanlah diriku mengikuti petunjuk. Tolonglah diriku atas orang yang melampaui batas terhadapku. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang hanya bersyukur kepada-Mua, berdzikir kepada-Mua, takut kepada-Mu, tunduk dan kembali kepada-Mu. Wahai Rabbku, terimalah taubatku, bersihkanlah dosaku, kabulkanlah doaku, kokohkanlah hujjahku, tunjukilah hatiku, luruskanlah lisanku dan keluarkanlah sifat dendam dari hatiku.”

(HR. Abu Dawud no. 1510 dengan sanaad yang shahih, dari sahabat Ibnu Abbas)

Sabtu, 28 September 2013

Ilmu-Ilmu Yang Wajib Dipelajari


Oleh:
Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)
  1. Menurut Sayyid Bakri Al-Makki, Dalam Kitab Kifayatul Atqiya Wa Minhajul Ashfiya: "Ada tiga ilmu yang harus dipelajari dan hukumnya "Fardhu 'Ain", yaitu: 1. Ilmu yang dapat menghantarkan kepada sahnya ibadah, yaitu ilmu syari'at atau ilmu fiqih, 2. Ilmu yang dapat menghantarkan kepada sah atau validnya berkeyakinan, yaitu ilmu tauhid atau ilmu aqidah, 3. Ilmu yang dapat membersihkan atau mensucikan hati, yaitu ilmu tasawuf. {Keterangan dari kitab "Kifayatul Atqiya' wa Minhajul Asfiya', karya Sayyid Bakri al-Makki Ibnu Sayyid Muhammad Syatha'
  2. Menurut Syekh Muhammad at Tamimi, Dalam Kitab Tsalatsah al Ushul, " Sesungguhnya ada empat perkara yang wajib untuk kita mempelajarinya, yaitu : 1. Ilmu, yaitu ilmu agar kita mengenal Allah, mengenal RasulNya serta mengenal agama islam dengan berpijak diatas dalil-dalil. 2. Beramal dengan ilmu tersebut. 3.Kita mendakwahkan ilmu tersebut. 4.Kita bersabar untuk tiga perkara di atas. Adapun dalil akan wajibnya mempelajari empat perkara diatas adalah firman Allah : “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan beramal saleh, dan saling mewasiatkan kebenaran serta saling berwasiat untuk bersabar”. Al ‘ashr : 1-3. Al Imam Asy Syafi’i berkata tentang surat ini : “Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah melainkan hanya surat ini saja, maka sungguh hal itu sudah cukup bagi manusia”. Al Imam Al Bukhari membuat sebuah bab dalam kitab shohihnya; “berilmu sebelum berucap dan beramal”, berdalilkan dengan ayat : “Ketahuilah, bahwasanya tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah dan mohonlah ampunan untuk dosamu”. Muhammad : 19. Maka wajiblah seorang Muslim agar berilmu sebelum ia berucap dan beramal.
  3. Syaikh Abu Muhammad Dr. Falah bin Ismail Mandakar (Ulama besar Kuwait yang lahir pada tahun 1950 masehi). Di antara yang wajib dipelajari adalah : Ilmu aqidah, Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah seperti shalat dan puasa, Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah wajib yang terkait oleh suatu kondisi atau keadaan seperti waktu, tempat dan kemampuan semisal Haji, Zakat ataupun Jihad; dan Ilmu tentang mengenal halal dan haram.
  4. Imam Abu Umar ibnu Abdil Barr dalam buku beliau, Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi, menyebutkan bahwa para ulama bersepakat bahwa ada bagian ilmu yang fardhu ‘ain (wajib atas setiap individu), ada pula yang hukumnya fardhu kifayah. Kemudian para ulama bersilang pendapat tentang perinciannya. Kewajiban yang menyeluruh atas setiap muslim adalah perkara agama yang tidak ada kelonggaran bagi siapa pun untuk tidak mengetahuinya. Yaitu ilmu yang berkaitan tentang pokok-pokok keagamaan berupa lima rukun Islam dan enam rukun iman sekaligus lawannya berupa pembatal-pembatal keislaman dan keimanan tersebut. Secara ringkas ilmu yang wajib tersebut sebagai berikut: 1. Mengucapkan syahadat dengan lisan, mengimaninya dalam kalbu bahwa Allah satu-satunya sesembahan yang berhak diibadahi, tiada sekutu bagi-Nya, tiada yang menandingi, dan menyerupai. Allah tidak beranak dan diperanakkan tidak ada sesuatupun yang menyamainya. Pencipta segala sesuatu, kepada-Nya lah semua akan kembali. Yang menghidupkan dan mematikan, Yang Maha Hidup tidak mati. Yang Maha Mengetahui alam ghaib dan nyata. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sedikitpun apa yang di langit dan bumi. Menetapkan bagi Allah semua sifat-sifat yang maha sempurna dan nama-nama yang maha mulia. Sebagaimana yang Allah tetapkan dalam Al Qur’an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam tetapkan dalam hadits-hadits beliau. Tanpa menyerupakannya dengan makhluk, mempertanyakan bagaimana, menyelewengkan maknanya, atau bahkan menolaknya. Serta menyucikan Allah dari seluruh sifat cacat, aib, dan kekurangan. 2. Wajib pula mengilmui syahadat Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai hamba dan Rasul-Nya. Beliau shallallahu ‘alaihi wassalam adalah penutup para nabi. Mengimani pula para nabi dan rasul yang diutus sebelum beliau sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al Qur’an. Mengimani hari kebangkitan setelah kematian untuk pembalasan amal, kekekalan di akhirat bagi orang yang beruntung dengan keimanan dan ketaatannya dalam surga, dan kekelan bagi orang yang binasa karena kekafiran serta pembangkangannya dalam neraka. 3. Al Qur’an adalah kalamullah (firman Allah). Semua yang ada di dalamnya adalah kebenaran yang datang dari sisi Allah sehingga harus diimani seluruhnya, mengamalkan semua ayat yang sifatnya muhkan (yang diketahui tafsirnya) serta mengimani semua ayat yang bersifat mutasyabih (yang belum jelas maksudnya). 4. Shalat lima waktu adalah kewajiban, harus mengilmui tata cara shalat dan segala yang berkaitan dengan kesempurnaannya, seperti thaharah (bersuci) dan seluruh hukum-hukumnya. Ilmu tentang kewajiban puasa Ramadhan, segala sesuatu yang berkaitan dengan kesempurnaan dan segala yang merusak serta membatalkannya. 6. Apabila memiliki harta dan kemampuan, ia wajib belajar tentang haji, sebagaimana kewajibannya belajar zakat. Kapan diwajibkan dan berapa kadarnya. Harus tahu pula bahwa haji adalah kewajiban yang wajib ditunaikan sekali dalam hidup. 7. Mengimani para malaikat dan kitab-kitab-Nya yang disebutkan dalam Al Qur’an, serta beriman pula terhadap takdir Allah. Bahwa segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi adalah takdir dari Allah. Semua itu terjadi atas keinginan dan kehendak-Nya. Allah telah tetapkan segalanya dengan segala hikmah dan kebijaksanaan-Nya yang maha sempurna. Demikian juga mengetahui secara global perkara yang memang harus diketahui seperti haramnya zina, minum khamr (segala yang memabukkan), daging babi, makan bangkai (termasuk binatang yang tidak disembelih atas nama Allah), haramnya semua yang najis. Dilarangnya mencuri, riba (bunga pinjaman atau hutang), merampas, menyuap, kesaksian palsu, memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar dan tanpa keridhaannya. Dia harus tahu pula haramnya seluruh kezaliman yaitu segala sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Haramnya menikahi ibu, anak, saudara kandung dan semua yang disebutkan dalam surat An Nisa’ ayat 23, haram pula membunuh seorang muslim dan semua perkara semacam yang disebutkan dalam Al Qur’an dan disepakati umat tentang keharamannya. Adapun mempelajari ilmu selain yang disebutkan, mengajarkannya kepada kaum muslimin, mengarahkan mereka pada maslahat agama dan dunia mereka, hukumnya adalah fardhu kifayah sebagaimana ditunjukkan oleh ayat di atas.
Wallahu A'lamu Bish-Shawwab

Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Ijtihad Perspektif KH. A. Muchith Muzadi


Ditulis kembali oleh:
Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
(Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)

Sebagian kecil masyarakat ada yang mengidentikkan pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan masalah khilafiyah sekitar tahlil, talqin, qunut, bacaan ushalli dalam mengawali salat, dan lain sebagainya. Sebenarnya masalah yang terkait dengan Ahlus sunnah wal jamaah jauh lebih mendasar, bukan hanya permasalahan yang sering dipertentangkan sebagai khilafiyah tersebut. Karena itu kiranya generasi muda perlu mendapatkan pemahaman yang wajar tentang masalah ini guna menghindari pertikaian, perselisihan, dan percekcokan yang tidak diketahui permasalahan yang sebenarnya.

Asal kata

Nabi Muhammad saw dalam salah satu haditsnya bersabda bahwa umat Islam nantinya terpecah dalam berbagai kelompok yang berbeda pendapat sebanyak 73 golongan. Dari seluruh golongan tersebut, yang selamat, tidak di neraka, hanya satu yaitu yang disebut dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah,

Ketika ditanya tentang artinya, beliau menjawab singkat:
مَا اََنَا عَلَيْهِ اْليَوْمَ وَاَصْحَابِيْ


Segala yang aku berada di atasnya sekarang bersama para sahabatku, atau segala yang aku lakukan bersama sahabat-sahabatku.

Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa:

* istilah ahlus sunnah wal jamaah sudah pernah dipergunakan oleh Nabi saw sendiri.* secara garis besar sudah diterangkan pula artinya.

Pengertian

Berdasar hadits tersebut dapat diuraikan pengertian sebagai berikut:

* Kata ahlun, ahlu atau ahli, berarti kaum atau golongan.* Kata assunnah artinya tingkah laku, kebiasaan, ucapan, perbuatan atau sikap Nabi saw. Sama persis dengan arti hadits, bahkan ada pendapat bahwa assunnah lebih mendalam dari pada hadits, yaitu sikap yang berulang-ulang menjadi kebiasaan atau karakteristik.* Kata wa atau wal adalah kata sambung, berarti "dan".* Kata aljamaah, semula berarti kelompok. Dalam hal ini pengertiannya sudah mengkhusus menjadi kelompok sahabat Nabi. Istilah sahabat Nabi artinya sudah mengkhusus pula, yaitu mereka yang beriman kepada Nabi dan hidup sezaman atau pernah berjumpa dengan beliau.

Analisis

Arti kata demi kata tersebut dapat dianalisis sebagai berikut:

* Kata ahlu sudah jelas.

* Kata assunnah dalam arti sempit hanya mencakup hadits, belum mencakup al-Quran, sumber pertama dari ajaran Islam. Tetapi kalau diingat bahwa Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah tidak pernah seujung rambut pun berbeda sikap dengan firman Allah (al-Quran), maka dapat dipastikan bahwa mengikuti assunnah pasti mengikuti al-Quran. Bahkan al-Quran itu dapat sampai kepada kita melalui beliau. Jadi ahlussunnah pasti ahlul Quran, tidak bisa lain.

* Kata wa menunjukkan bahwa kedua hal yang disebut sebelum dan sesudahnya adalah sama, meskipun tidak sederajat.* Kata aljamaah berarti para sahabat, terutama sahabat terkemuka. Mereka adalah orang-orang paling dekat dan selalu bersama Nabi. Mereka buka saja membaca atau mendengar sesuatu hadits, tetapi juga menghayati sesuatu yang tersurat pada hadits karena para sahabat, terutama sahabat terkemuka mengetahui:o sebab musabab sesuatu hadits timbul,o situasi pada saat timbul sesuatu hadits, dano hubungan sesuatu hadits dengan hadits yang lain, dengan ayat al-Quran, dengan kebiasaan atau tingkah laku Nabi sehari-hari dan sebagainya.

Kalau kita membaca sebuah hadits diibaratkan melihat sebuah potret, maka mereka lebih mengetahui obyek yang dipotret dan mengenal daerah sekitarnya, mengenal orang-orang yang ada pada potret itu. Mereka lebih menghayati hadits atau sunnah.

Faktor penghayatan mereka sangat penting sekali nilainya sebagai bahan pertimbangan utama untuk menyimpulkan sesuatu pendapat mengenai arti sesuatu hadits. Memang penghayatan atau pendapat para sahabat terkemuka tidak termasuk sumber hukum agama Islam sebagaimana al-Quran dan al-Hadits yang sahih. Tetapi mengabaikan atau meremehkan pendapat/penghayatan para sahabat terkemuka adalah suatu sikap yang kurang bijaksana. Apalagi kalau pengabaian atau peremehan hanya berdasar atas pendapat pihak yang meyakinkan penghayatan dan ketajaman analisisnya.

Bukan suatu hal yang mustahil ada sesuatu sikap atau tingkah laku Nabi yang dilihat dan dihayati oleh para sahabat terkemuka tetapi beritanya tidak sampai kepada kita. Mungkin tidak terbaca oleh kita, atau mungkin tidak tercatat oleh para pencatat hadits. Itulah antara lain sebabnya, masalah tarawih 20 rakaat, berdasar pendapat atau penghayatan sahabat Umar bin Khattab dan tidak ditentang oleh para sahabat lainnya diterima sebagai sesuatu yang benar. Demikian pula adzan dua kali untuk salat Jumat berdasar pendapat sahabat Utsman bin Affan. Sudah tentu nash sharih selalu didahulukan dari pendapat siapa pun.

Penilaian yang tinggi terhadap penghayatan para sahabat terbukti dengan bunyi hadits di atas, yang oleh Nabi sendiri dirangkaikan antara assunnah dengan aljamaah. Nabi pernah bersabda yang maksudnya bahwa para sahabatnya adalah ibarat bintang-bintang, yang dengan siapa saja kalau kamu sekalian mau ikut, maka kamu sekalian akan mendapat petunjuk. Meskipun demikian, tetaplah al-Hadits merupakan sumber kedua dari agama Islam di samping al-Quran, sedangkan penghayatan para sahabat terkemuka adalah petunjuk utama untuk mencapai garis kebenaran yang ada pada al-Quran dan al-Hadits.

Dengan pengertian inilah kata assunnah dengan aljamaa dirangkaikan. Assunnah diartikan sebagaimana diuraikan di atas, dan aljamaah diartikan penghayatan dan amalan para sahabat terkemuka sebagai petunjuk pembantu untuk mencapai ketepatan memahami dan mengamalkan assunnah. Oleh karena itu disimpulkan pengertian:

• assunnah wal jamaah: persis sama dengan

مَا اََنَا عَلَيْهِ اْليَوْمَ وَاَصْحَابِيْ


, yaitu:

1. ajaran yang dibawa, dikembangkan, dan diamalkan oleh Nabi Muhammad saw, dan2. dihayati, diikuti, dan diamalkan pula oleh para sahabat.

* ahlussunnah wal jamaah ialah golongan yang berusaha selalu berada pada garis kebenaran assunnah wal jamaah.

Secara popular dan mudah, tetapi berbau reklame dan agitasi dapat dirumuskan bahwa ahlussunnah wal jamaah adalah golongan yang paling setia kepada Nabi Muhammad saw.

Proses perkembangan

Sinyalemen Nabi tentang golongan dan perbedaan yang timbul ternyata benar. Maklum, bahwa hal yang disabdakan oleh beliau selalu berdasar wahyu Allah. Setelah beliau wafat mulai timbul orang-orang yang kemudian menjadi kelompok dan golongan, yang berangsur-angsur membedakan diri, memisahkan diri, dan mulai menyimpang dari garis lurus assunnah wal jamaah.

Faktor utama yang menyebabkan pembedaan, pemisahan, dan penyimpangan ialah sikap tatharruf atau ekstrimisme, berlebih-lebihan di dalam memegang pendirian atau melakukan sesuatu perbuatan. Sebagaimana adat dunia, tiap ada yang berlebihan ke kanan, biasanya timbul pihak yang berlebihan ke kiri.

Hal yang menonjol dalam sejarah ialah kebangkitan golongan Syiah yang berlebihan mencintai famili Nabi, sehingga menyalahkan sahabat Abu Bakar ra dan lain-lain. Sikap berlebihan ini makin lama makin hebat dan menimbulkan tandingan yang berlebihan pula, tetapi berlawanan arah.

Kemudian muncul golongan Khawarij yang terlalu kaku, radikal. Semula mereka tergolong Syiah, tetapi ketika ada usaha kompromi antara Syiah dan anti Syiah, maka golongan ini melepaskan diri dan menamakan diri Khawarij. Kalau golongan Syiah dapat disebut terlalu emosional sentimental atau terlalu mengikuti perasaan, maka golongan Khawarij dapat disebut terlalu radikal anarkis yang memusuhi semua pihak, tidak mau diatur.

Pada zaman berikutnya muncul lagi golongan Mu'tazilah yang terlalu memuja akal, sehingga kalau ada dalil nash yaitu al-Quran dan al-Hadits yang tidak atau kurang sesuai dengan selera pikiran, maka dipaksakan penafsiran menurut selera mereka yang terlalu rasionalistis.

Semula perbedaan atau penyimpangan kecil, makin lama membesar dan makin parah. Tiap penyimpangan disusul dengan penyimpangan, bercabang-cabang menjadi semrawut.

Hal-hal lain yang menambah keparahan perbedaan atau penyimpangan, bahkan penyelewengan dan bentrokan adalah:

* Kepentingan famili, politik, dan kekuasaan, Kepentingan politik telah menimbulkan golongan pro dan kontra Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib, berkelanjutan dengan golongan Umawiyah dan Abbasiyah.

* Infiltrasi kaum munafik yang berpura-pura Islam. Infiltrasi kaum munafik secara halus telah banyak menimbulkan pertentangan antara lain pernah ada 'anti Aisyah'.

* Sisa-sisa kepercayaan lama dan israiliyat yang sedikit banyak masih ada pada pemeluk Islam baru dari berbagai unsur seperti Majusi, Yahudi, Nasrani, dan lain-lain terselundup di kalangan kaum muslimin baik disengaja maupun tidak. Dongeng-dongeng yang tidak ada dasarnya dalam Islam adakalanya dianggap seperti dari Islam.

* Pengaruh filsafat barat, Yunani. Filsafat Yunani yang diungsikan dari barat karena dimusuhi oleh kaum Masehi banyak diterima, diterjemahkan, dan dikembangkan oleh sarjana-sarjana Islam. Disamping kemajuan berpikir yang positif, hal ini berakibatsampingan timbul sikap terlalu akal-akalan sehingga akidah Islam yang mudah dan logis menjadi rumit dan sulit.

Disamping penyimpangan dan penyelewengan yang semrawut, masih cukup kuat dan besar kaum muslim yang tetap berada pada jalan lurus dengan tokoh para ulama shalihin mukhlishin, ahli agama yang beramal saleh dan yang ikhlas. Mereka juga disebut ulama salaf yang berusaha, berjuang, dan bekerja keras memelihara, mempertahankan, menyiarkan, dan mengembangkan assunnah wal jamaah serta membentengi umat Islam dari unsur-unsur penyelewengan.

Prinsip kebenaran

Selain perjuangan praktis insidental mengajarkan assunnah wal jamaah dan menolak serangan atau penyelewengan, mereka juga berusaha keras mempersenjatai umat Islam dengan prinsip, metoda, dan haluan untuk tetap berada pada garis kebenaran assunnah wal jamaah agar terbentengi dari penyelewengan. Metoda, haluan atau pedoman dimaksud antara lain:

* nash yang qath'iy, yaitu al-Quran dan hadits sahih yang jelas tegas artinya selalu didahulukan.

* ar-ra'yu, akal pikiran dipergunakan dalam hal nash tidak qath'iy atau tidak ada /nash/nya.

* penggunaan ar-ra'yu untuk menyimpulkan hukum agama yang lazim disebut ijtihad hanya dilakukan oleh mereka yang memenuhi syarat yang ketat supaya hasilnya selalu berada pada garis kebenaran assunnah wal jamaah.

* bagi yang tidak mampu memenuhi syarat tersebut dipersilakan mengikuti hasil ijtihad para ahli yang memenuhi syarat.

* sikap tawassuth yaitu sikap tegak lurus yang tidak membelok ke kanan atau ke kiri dan sikap tawazun yaitu sikap berkeseimbangan yang tidak berat sebelah harus selalu menjadi pedoman dalam segala hal ketika menghadapi segala masalah agar tidak terjerumus kepada penyelewengan.

Metoda yang dibekalkan oleh para ulama salaf, shalihin, mukhlishin kepada umat Islam adalah agar selalu berada pada garis kebenaran assunnah wal jamaah. Tokoh paling terkenal di kalangan Islam yang pendapat dan hasil ijtihadnya diakui oleh dunia Islam sepanjang sejarah sebagai pendapat yang berada pada garis kebenaran assunnah wal jamaah antara lain:

* Bidang akidah, tauhid, atau kepercayaan: Imam Abul Hasan al-Asy'ariy dan Imam Abu Mansur al-Maturidiy.

* Bidang syariah, fikih, atau hukum: Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi'iy, dan Imam Hambali.

Sebenarnya masih banyak lagi selain yang disebut di atas, namun merekalah yang paling terkenal yang pendapat, hasil ijtihadnya, dan hasil perumusannya dapat dibukukan serta dipelajari sampai sekarang.

Argumentasi

Berdasarkan pedoman yang telah dibekalkan oleh para ulama salaf shalihin mukhlishin tersebut dapat dikemukakan argumentasi:

1. Nash qath'iy yang harus didahulukan sebelum penggunaan akal pikiran adalah memang sudah menjadi konsekuensi wajar atas syahadat kita, yaitu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang membawa konsekuensi taat kepada al-Quran; dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah yang membawa konsekuensi taat kepada al-Hadits.

2. Ar-ra'yu yang dipergunakan adalah berdasar hadits ketika Nabi Muhammad saw mengutus sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman. Sahabat tersebut memberikan jawaban atas ujian yang dilakukan oleh Nabi, bahwa ia akan selalu memberikan hukum berdasar al-Quran dan al-Hadits; kalau tidak ditemukan maka dia akan berijtihad yaitu menggunakan ra'yu. Nabi membenarkan jawaban sahabat Muadz.

3. Penggunaan ar-ra'yu yang harus dilakukan dengan memenuhi syarat ketat adalah wajar, karena dalam hal ini yang dicari bukanlah hal-hal duniawi tetapi hukum agama yang membawa konsekuensi ukhrawi. Hadits Nabi menerangkan bahwa barang siapa menafsirkan al-Quran dengan pendapat atau selera sendiri, maka baginya disiapkan tempat di neraka. Kesembronoan dalam menggunakan ra'yu atau ijtihad akan membawa konsekuensi yang berat, bukan saja dosa akibat salah karena sembrono, tetapi juga dosa para pengikutnya yang harus terpikul.

4. Keharusan seseorang yang tidak mampu memenuhi syarat berijtihad sendiri dan dipersilakan untuk mengikuti pendapat para ahli agama yang ahli ijtihad adalah wajar. Orang yang tidak tahu harus bertanya kepada yang tahu, yang tidak ahli harus bertanya kepada yang ahli. Firman Allah dalam al-Anbiya' ayat 7 yang artinya:Bertanyalah kepada ahli agama kalau kamu sekalian tidak tahu.

Siapakah yang ahli agama itu? Mereka adalah para ulama mujtahidin, yang memenuhi persyaratan ijtihad dan hasil ijtihadnya dapat diketahui dengan mudah karena terbukukan dengan lengkap. Mengikuti hasil ijtihad ahli agama inilah yang disebut bermadzhab atau taklid.

5. Umat Islam yang harus bersikap tawassuth, jalan tengah lurus, dan tawazun, berkeseimbangan, adalah memang watak atau karakteristik agama Islam dan demikian pula perintah Allah. Banyak ayat yang menunjukkan karakteristik Islam dan kaum muslim. Hal ini juga dapat dibuktikan bahwa tiap kebenaran itu selalu berada di tengah-tengah antara dua kesalahan. Kebenaran selalu berada pada yang berkeseimbangan. Sikap tawassuth dan tawazun adalah karakteristik yang menonjol bagi ahlus sunnah wal jamaah dalam semua bidang. Bahkan gaya hidup dan kehidupannya ditandai dengan karakter ini. Sudah barang tentu sikap tawassuth harus tidak menyeleweng dari kaidah agama yang lebih mutlak.

Perilaku ahlus sunnah wal jamaah

Seorang ahlus sunnah wal jamaah dalam realisasi kongkrit berperilaku sebagai berikut:

1. Mula-mula belajar pada seorang ulama atau guru agama yang memberikan pelajaran berdasar atas hasil ijtihad seorang mujtahid dan menerima kebenaran semua pelajaran tersebut.2. Kemudian mempelajari dalil yang menjadi dasar pelajaran tersebut sehingga lebih mantap.3. Bagi yang berkemampuan atau berkesempatan dapat dilanjutkan dengan memperbanding sesuatu pedapat dengan pendapat lain, menilai argumentasinya dan seterusnya.4. Mungkin kalau benar-benar dapat mencapai syarat-syarat kemampuan dan keikhlasan dapat berijtihad sendiri. Tetapi pada umumnya hanya sampai kepada kemampuan 'punya pendapat' sendiri di dalam satu hal tetapi masih dalam rangkaian pendapat para mujtahid sebelumnya.5. Berhati-hati dalam mengemukakan sesuatu pendapat sendiri karena harus pula mengakui kekuatan pendapat pihak lain sehingga selalu bersikap toleran, tawassuth, dan tawazun.

Dengan berbekal pedoman dari ulama salaf dalam proses pembinaan yang berabad-abad lamanya, terwujudlah golongan yang lazim disebut kaum kiyahi dengan santri-santrinya yang pada umumnya disebut dan menyebut diri ahlus sunnah wal jamaah. Suatu sebutan yang sama sekali tidak salah, tetapi harus segera diingatkan bahwa ahlus sunnah wal jamaah tidaklah terbatas hanya pada mereka saja. Mereka dengan tekun dan penuh disiplin ketat belajar dan memperdalam ilmu agama Islam serta pengamalannya menurut garis assunnah wal jamaah. Tetapi setiap muslim dapat menjadi ahlus sunnah wal jamaah yang baik asal mau mengikuti jejak dan mengikuti bekal yang diberikan oleh ulama salaf, tokoh pembela dan pejuang assunnah wal jamaah. Dengan mengikuti jejak mereka kita akan tetap berada di atas garis kebenaran assunnah wal jamaah.

Anggapan bahwa ahlus sunnah wal jamaah tidak menggunakan akal pikirannya, hanya bertaklid buta saja, adalah suatu anggapan yang keliru. Anggapan bahwa kaum kiyahi dan santri tidak tahu dalil sesuatu masalah, hanya ikut-ikutan saja adalah anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Mungkin di kalangan mereka masih sedikit orang yang pandai berkomunikasi, berdialog, dan menyampaikan pikirannya dalam media massa modern seperti buku, majalah, dan sebagainya dengan menggunakan bahasa banyak dan mudah dipahami oleh masyarakat yang disebut masyarakat modern. Mereka lebih mengarahkan sasaran komunikasinya di kalangan intern. Hal ini merupakan tantangan bagi ahlus sunnah wal jamaah dan juga bagi semua pihak agar komunikasi menjadi lebih lancar, lebih terbuka, dan lebih baik. Saling pengertian yang lebih baik secara timbal balik sangat diperlukan.

Kaum muslim di Indonesia wajib melipatgandakan rasa syukur kepada Allah, karena pada umumnya tidak terdapat perbedaan pendapat yang besar dalam masalah keagamaan. Hal yang perlu kita garap adalah penyempurnaan kehidupan beragama kita, bukan mempertajam perbedaan pendapat. Untuk itu perlu memperdalam pengetahuan dan memperbanyak amal keagamaan, bukan perdebatan yang emosional. Diharapkan pengertian bagi generasi muda Islam terhadap hal seperti ini agar tidak membuat sempalan sendiri dengan jaringan liberal. 

Berijtihad vs bermadzhab

Berbicara tentang ahlus sunnah wal jamaah lazim dikaitkan dengan masalah ijtihad dan madzhab. Memang kedua hal tersebut ada hubungannya. Ijtihad yang pada uraian yang lalu diartikan juga penggunaan ra'yu adalah usaha keras untuk menyimpulkan hukum agama atas sesuatu hal berdasar dari al-Quran dan/atau hadits, karena hal yang dicari hukumnya tidak ada nash yang sharih, jelas, tegas, atau qath'iy, pasti.

Ijtihad adalah usaha yang diperintahkan oleh agama Islam untuk mendapat hukum sesuatu yang tidak ada nash sharih dan qath'iy dalam al-Quran dan/atau hadits. Ijtihad dilakukan dengan beberapa metoda, yang paling terkenal adalah cara qiyas atau analogi dan ijma' atau kesepakatan para mujtahidin. Hasil berijtihad yang berwujud pendapat hukum itulah yang disebut madzhab yang asal artinya tempat berjalan.

Hasil ijtihad atau madzhab seorang mujtahid biasanya diterima dan diikuti oleh orang lain. Sementara orang lain yang tidak berkemampuan berijtihad sendiri yang menerima dan mengikuti hasil ijtihad disebut bermadzhab kepada mujtahid tersebut. Ibaratnya yang berijtihad adalah produsen dan yang bermadzhab adalah konsumen.

Persyaratan ijtihad

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, menurut ahlus sunnah wal jamaah bahwa ijtihad atau penggunaan ra'yu dalam menyimpulkan hukum agama harus disertai persyaratan yang ketat agar hasilnya tidak menyalahi assunnah wal jamaah. Persyaratan ijtihad cukup banyak, tetapi pada pokoknya adalah:

1. Kemampuan ilmu agama dengan al-Quran dan al-Hadits dan segala kelengkapannya seperti bahasa Arab, tafsir, dan lain-lain.2. Kemampuan menganalisis, menghayati, dan menggunakan metoda kaidah yang dapat dipertanggungjawabkan.3. Semuanya dilakukan atas dasar akhlak atau mental yaitu keikhlasan mengabdi kepada Allah dalam mencari kebenaran, bukan sekedar mencari-cari argumentasi untuk membenar-benarkan kecenderungan selera dan nafsu atau kepentingan lain.

Jika dikomparasikan dengan produsen, persyaratan yang diperlukan adalan memiliki bahan baku, pengetahuan tentang bahan, dan teknologi yang benar untuk menghasilkan produksi yang benar dan bermanfaat. Kiranya tidak sulit dipastikan bahwa tidak semua orang dapat dan mampu melakukan ijtihad. Padahal semua orang Islam sudah harus melakukan perintah dan menjauhi larangan Allah, meskipun belum mampu berijtihad. Karena itu ada dua alternatif:

* Berijtihad sendiri, yang dapat dilakukan oleh mereka yang memenuhi persyaratan. Jumlah mereka sangat sedikit.* Menerima dan mengikuti hasil ijtihad atau madzhab orang lain, yang dapat dilakukan oleh semua orang. Kenyataan juga menunjukkan bahwa hampir semua orang Islam melakukannya, setidak-tidaknya pada waktu permulaan yang cukup panjang, bahkan seumur hidup karena tidak pernah mencapai kemampuan untuk berijtihad sendiri.

Mungkin ada orang yang merasa mampu berijtihad sendiri. Tetapi kalau diteliti, seringkali baru mencapai taraf 'merasa' mampu, namun belum benar-benar mampu. Oleh karena itu ahlus sunnah wal jamaah mengambil haluan bermadzhab bagi kebanyakan kaum muslimin, yang dapat dilakukan oleh semua orang.

Bermadzhab sering disebut dengan bertaklid. Pengertian taklid hendaknya jangan digambarkan seperti kerbau yang dicocok hidungnya, taklid buta, atau membuta tuli tanpa ada kesempatan menggunakan akal pikiran, tanpa boleh mempelajari dalil al-Quran dan al-Hadits. Pada taraf permulaan memang demikian. Setiap pelajaran yang diberikan oleh ulama, kiyahi, serta guru hendaknya diterima dan diikuti. Selanjutnya setiap muslim didorong dan dianjurkan untuk mempelajari dalil dan dasar pelajaran tersebut dari al-Quran dan al-Hadits.

Bermadzhab bukanlah tingkah laku orang bodoh saja, tetapi merupakan sikap yang wajar dari seorang yang tahu diri. Ahli hadits paling terkenal, Imam Bukhari masih tergolong orang yang bermadzhab Syafi'iy. Jadi, ada tingkatan bermadzhab. Makin tinggi kemampuan seseorang, makin tinggi tingkat bermadzhabnya sehingga makin longgar keterikatannya, dan mungkin akhirnya berijtihad sendiri.

Ada alternatif lain yang disebut ittiba', yaitu mengikuti hasil ijtihad orang lain dengan mengerti dalil dan argumentasinya. Beberapa hal yang dapat dikemukakan tentang ittiba' antara lain:

* Usaha untuk menjadikan setiap muslim dapat melakukan ittiba' adalah sangat baik, wajib didorong dan dibantu sekuat tenaga. Namun mewajibkan ittiba' atas setiap muslim dengan pengertian bahwa setiap muslim harus mengerti dan mengetahui dalil atau argumentasi semua hal yang diikuti kiranya tidak akan tercapai. Kalau sudah diwajibkan, maka yang tidak dapat melakukannya dianggap berdosa. Jika demikian, berapa banyak orang yang dianggap berdosa karena tidak mampu melakukan ittiba'?* Sebenarnya ittiba' adalah salah satu tingkat bermadzhab atau taklid yang lebih tinggi sedikit. Dengan demikian hanya terjadi perbedaan istilah, bahwa ittiba' tidak diwajibkan, melainkan sekedar anjuran dan didorong sekuat tenaga.

Kalau kita hayati kenyatannya, perbedaan faham mengenai masalah ijtihad dan taklid atau bermadzhab lebih banyak bersifat teoritis saja, sedangkan dalam praktek tidak banyak berbeda. Tak ada pihak anti ijtihad dan anti bermadzhab dalam arti murni dan mutlak. Pihak yang menamakan diri golongan bermadzhab sesungguhnya ingin juga mampu berijtihad karena hal tersebut diperintahkan agama sebagaimana disebut dalam hadits. Namun ketahudirian dan melihat kenyataan kemampuan yang dimiliki, ditempuhlah jalan yang lebih selamat dari kekeliruan di bidang agama yang membawa konsekuensi ukhrawi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan serta dibenarkan berdasar al-Quran dan al-Hadits. Jalan tersebut adalah sistem bermadzhab.

Pihak yang menamakan diri sebagai golongan ijtihad sebenarnya dalam kenyataannya tidak mampu berijtihad sendiri. Mereka tetap mengikuti hasil ijtihad orang lain juga, melepaskan diri dari madzhab lama dan mengikuti madzhab baru. Di antara mereka ada yang dapat mengerti atau mengetahui beberapa dalil serta argumentasi 'hasil ijtihad' baru, tetapi lebih banyak yang tidak mengetahuinya.

Pertentangan yang timbul biasanya tidak bertitik tolak pada inti masalah, namun sudah berada di luarnya. Permasalahan yang timbul sering disebabkan ulah dan sikap mereka yang sok tahu, tetapi sebenarnya mereka tidak tahu apa-apa.

Penyakit lain di kalangan umat Islam yang sangat mengganggu usaha kerukunan umat adalah terlalu berorientasi atau berkiblat kepada kepentingan golongan dan kurang berorientasi kepada pendirian keagamaan dan kepada agama. Upaya yang dilakukan adalah terlalu ingin memenangkan golongan masing-masing atau orang-orang di dalam golongan tersebut dan kurang terarah kepada kemenangan agama Islam dan pendirian keagamaan. Mereka akhirnya merasa puas kalau berhasil menyingkirkan golongan atau orang lain dan dapat merebut posisinya tanpa banyak memikirkan apakah posisi tersebut menguntungkan atau merugikan umat dan agama.

Penyakit yang sangat parah tersebut menghasung upaya pembinaan generasi muda yang penuh pengertian atas tanggung jawabnya pada masa depan. Penanganan dan pemupukan serta pengembangan bibit pengertian ke arah persatuan umat mutlak diperlukan demi kejayaan umat masa depan. Di tengah kerisauan menghadapi masalah generasi muda yang terkadang merisaukan kiranya perlu dipelihara sikap optimisme. Jika sikap optimisme hilang, maka menyebabkan kehilangan antusiasme, semangat, dan gairah yang berakibat kehilangan segala-galanya.

Sepanjang sejarah, tiap generasi tua yang pasti akan mengakhiri kiprahnya dalam peredaran zaman selalu melihat dengan telti kesalahan generasi muda yang akan menggantikan dengan penuh rasa khawatir. Kekhawatiran seperti itu adalah wajar, namun tidak boleh berlebihan yang dapat mengarah kepada peremehan, tidak percaya kepada generasi muda yang pasti akan menggantikan.

Karena itu generasi tua yang sadar akan memberikan bimbingan dengan penuh kasih sayang dan penuh kepercayaan. Dengan demikian tidak perlu meremehkan dan mencurigai generasi muda. Keberhasilan generasi tua dapat diceritakan, namun kegagalannya tidak boleh disembunyikan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat generasi muda dapat mengambil pelajaran secara wajar, baik dari sisi keberhasilan maupun kegagalan atau kebelumberhasilan generasi tua. Keberhasilan perlu dikembangkan dan kegagalan perlu dipelajari penyebabnya serta dicari solusi agar dapat keluar dari kegagalan.

Reorientasi agamawi

Salah satu hal yang dipandang belum berhasil adalah kerukunan umat secara mantap. Berulangkali umat Islam Indonesia berhasil membentuk wadah kerukunan, namun belum berhasil memelihara dan mengembangkannya secara mantap. Melihat gelagat yang dapat dibaca dari situasi dunia Islam pada umumnya dan kaum muslimin Indonesia khususnya, kita dapat menancapkan harapan bahwa proses sejarah mengarah kepada masa depan Islam yang gemilang.

Terkadang kita perlu prihatin melihat beberapa kondisi yang tidak mengenakkan, terutama melihat posisi berbagai organisasi Islam, meski potensi sesuatu umat tidak hanya bergantung kepada posisi organisasinya saja. Banyak faktor lain yang ikut menentukan potensi tersebut.

Mari kita coba untuk merenungkan diri kembali. Orientasi umat Islam yang selama ini terpencar dan berserakan kiranya perlu dikembalikan ke pusatnya, yaitu masalah agamawi, atau berorientasi agamawi. Kita perlu berusaha dan bekerja keras, belajar, dan berupaya meningkatkan potensi agama Islam di Indonesia.

Perjuangan untuk menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan potensi agama dan umat bukan hanya tugas satu generasi saja. Perjuangan adalah tugas seluruh generasi secara berkesinambungan. Generasi tua harus sadar bahwa umur dan kesempatan sudah hampir pupus dan pada gilirannya pasti habis. Kemudi dan tanggung jawab pasti beralih ke tangan generasi muda, bagaimana pun kondisi generasi muda saat ini.

Karena itu kiranya perlu menjadikan generasi muda sebagai manusia sejarah dan manusia pejuang yang sanggup berdiri sendiri. Mereka tidak boleh menjadi anak-anak yang hanya pandai membanggakan hasil karya nenek moyangnya. Pepatah Arab mengatakan:

اِنَّ الْفَتَى مَنْ يَقُوْلُ هَا اَنَا ذَا * لَيْسَ الْفَتَى مَنْ يَقُوْلُ كَانَ اَبِيْ ...


Generasi muda ialah mereka yang berani berkata: "Inilah aku!", bukan mereka yang hanya dapat berkata: "Aku keturunan tokoh anu ..."

Kesimpulan

1. Ahlus sunnah wal jamaah adalah golongan yang selalu berusaha tetap di atas garis kebenaran assunnah wal jamaah, yaitu yang mempergunakan dasar al-Quran dan al-Hadits sebagai sumber utama agama Islam serta penghayatan para sahabat terkemuka sebagai petunjuk untuk mencapai garis kebenaran yang ada pada al-Quran dan al-Hadits.2. Penggunaan ar-ra'yu atau akal untuk menyimpulkan hukum agama atas sesuatu masalah yang tidak ada nash sharih/jelas dalam al-Quran dan al-Hadits disebut dengan ijtihad; yang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain qiyas/analogi dan ijmak atau kesepakatan para mujtahid. Karena hanya sedikit orang yang mampu memenuhi persyaratan mujtahid, maka ada alternatif untuk menerima dan mengikuti hasil ijtihad orang lain yang disebut dengan bermadzhab.3. Generasi muda perlu memahami akar masalah antara mampu berijtihad, merasa mampu berijtihad, atau tahu diri tentang kemampuannya dalam memahami masalah agama agar tidak terjadi pertikaian dan membuat kelompok-kelompok baru yang menyendiri.4. Generasi tua perlu memberikan bimbingan terhadap generasi muda yang pada gilirannya akan menggantikan kemudi dalam perjalanan sejarah berikutnya, bagaimanapun kondisi keberagamaan generasi mudanya saat ditinggalkan.