Minggu, 20 Maret 2022

MANAKIB DAN KAROMAH AL-HABIB NUH AL-HABSYI SINGAPORE



Ditulis oleh:

Al-Habib Prof.Dr.KH.R. Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan. SAg.MA.PhD.
(Al-Imam An-Naqib Baitul Ansab Lil Asyraf Al-Azhmatkhan Wa Ahlulbayt Al-Alamy)


Habib Nuh bin Muhammad Al-Habsyi, yang dipanggil dengan panggilan Habib Nuh. Lahir pada 13 Juni 1788 Masehi, Berasal dari Kedah Semenanjung Malaysia, hijrah ke Singapura. Pada saat Sir Stamford Raffles menduduki Malaysia. 

Habib Nuh bermukim di Singapura selama 30 tahun. Namun beliau tetap sering berkeliling ke Malaysia, terutama ke Johor Baru, untuk berdakwah.

Habib Nuh adalah Habib yang sangat dermawan. Semasa hidupnya, beliau sangat memperhatikan anak-anak kecil, serta orang miskin dan melarat. Beliau selalu memberikan anak-anak permen dan menyumbangkan uang untuk menyantuni orang miskin. Beliau sangat dicintai siapapun yang mengenalnya. 

Tidak aneh bila Habib Nuh selalu dikelilingi sahabat-sahabatnya. 

Beliau Habib Nuh juga rajin berziarah kubur, berdoa untuk mereka yang sudah meninggal, meskipun ia tidak mengenalnya secara pribadi.

Menurut data di Kitab Al-Mausuah Li Ansab Al-Imam Al-Husaini, Habib Nuh menikah dengan Anchik Hamidah yang berasal dari Provinsi Wellesly, Penang. Beliau memiliki seorang putri yang bernama Syarifah Sharigah Badaniah Al-Habsyi. Kemudian Syarifah Badaniah Al-Habsyi binti Habib Nuh Al-Habsyi ini, menikah dengan Habib Muhammad bin Hasan Asy-Syatiri di Jelutong, Penang. Dari pernikahan ini mereka memiliki seorang putri bernama Syarifah Ruqayah Asy-Syatiri yang menikah dengan Habib Alwi bin Ali Al-Junaid. Dari pasangan inilah Habib Nuh memperoleh lima cicit, yaitu: Habib Abdurrahman Al-Junaid, Habib Abdullah Al-Junaid, Syarifah Muznah Al-Junaid, Syarifah Zainah Al-Junaid, dan Syarifah Zubaidah Al-Junaid.

Habib Nuh Al-Habsyi sendiri memiliki tiga orang adik kandung laki-laki. Mereka adalah Habib Arifin Al-Habsyi, dan Habib Zain Al-Habsyi, keduanya meninggal di Penang. Dan yang termuda adalah Habib Salikin Al-Habsyi yang meninggal di Daik, Indonesia.


7 KAROMAH HABIB NUH AL-HABSYI

Tidak mengherankan jika seorang Habib seperti Habib Nuh Al-Habsyi, yaitu sosok pendakwah yang dermawan dan banyak bersedekah ini, dianugerahi kemampuan istimewa (Karomah). 

Di antara karomahnya adalah:

Karomah Ke-1. Menghilang dan berada di Tempat yang berbeda, Pada Waktu yang sama.

Banyak yang menyaksikan, membuktikan, dan mempercayai, bahwa beliau (Habib Nuh Al-Habsyi) memiliki kemampuan untuk menghilang dan terlihat berada di beberapa tempat pada saat yang sama. Konon, ketika ia berada di Singapura, ada beberapa orang – pada saat yang sama – melihatnya sedang berdoa di Masjidil Haram Makkah, Saudi Arabia.

Karomah Ke-2, Menyembuhkan Penyakit Dengan Sentuhan Telapak Tangannya.

Kelebihan yang muncul dari rasa cintanya terhadap anak-anak. Pernah ia menyembuhkan luka di kaki seorang anak, hanya dengan meletakkan tangannya di atas luka tersebut sambil berdoa. Hanya dalam beberapa saat, si anak itu dapat berlari kembali seperti tidak pernah terjadi apa-apa dengannya. Ayah si anak yang begitu bahagia, memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Habib Noh menerima hadiah itu, tapi kemudian menyerahkan kembali kepada orang yang membutuhkan pertolongan.

Karomah Ke-3, Menembus Hujan Badai, Tapi Bajunya Tetap Kering, Tidak Basah.

Bahkan dikisahkan dari para Habaib dan masyarakat yang menyaksikannya, bahwa Habib Nuh Al-Habsyi pernah menembus hujan badai untuk menyembuhkan sakit seorang anak. Beliau berjalan ke Jalan Raya dari rumahnya di Teluk Belangah. Ketika beliau tiba di tempat pasiennya, percaya atau tidak, orang tua si anak yang sakit tadi menyaksikan bahwa jubah Habib Nuh tetap kering, tidak basah, atau tanda-tanda lain layaknya orang yang kehujanan.

Karomah Ke-4, Menolong Anak Kecil Kelaparan.

Diriwayatkan dari sumber terpercaya bahwa Habib Nuh Al-Habsyi pernah terbangun dari tidurnya, karena suara tangis bocah atau anak kecil yang berkepanjangan. Beliau kemudian mengetahui bahwa tangis itu berasal dari sebuah rumah keluarga miskin. Jelas itu tangis bocah yang kelaparan. Habib Nuh lalu mengambil daging buah kelapa, diperas menjadi santan, dan dicampurnya dengan air. Setelah itu dibacanya sebuah doa, atas kehendak Allah, santan itu berubah jadi susu dan untuk sementara dapat menghentikan tangis kelaparan bocah miskin tersebut.

Karomah Ke-5, Mengetahui Isi Nadzar Rahasia.

Habib Nuh Al-Habsyi juga memiliki Karomah, dengan kekuatannya yang akurat membaca pertanda, seakan-akan ia bisa mengetahui apakah seseorang membutuhkan bantuannya atau mempunyai niat yang tidak baik terhadap dirinya. Konon, ada seorang pria Muslim India, yang akan mengunjungi keluarganya di India dengan menggunakan kapal laut. Secara rahasia dalam hatinya, ia bernazar bila dapat kembali ke Singapura dengan selamat, ia akan memberi hadiah kepada Habib Nuh Al-Habsyi. 

Saat tiba kembali di Singapura, ia sangat terkejut mendapati Habib Nuh telah menunggunya di pelabuhan. Habib Nuh berkata dan menagih, “Saya yakin Anda telah berjanji bernadzar dalam hati untuk memberikan sesuatu kepada saya.” Dengan terkejut si India itu menjawab, “Katakan, wahai Waliyullah yang kasyaf dan bijak, apa yang engkau inginkan, maka akan aku berikan kepadamu.”

Sang Habib Nuh berkata lagi, “Saya ingin memiliki beberapa gulung kain Kuning, yang akan saya berikan kepada orang miskin dan anak-anak.” 

Laki-laki India, yang diminta kain itu pun kemudian memeluk Habib Nuh dan sambil menangis, ia berkata, “Demi Allah aku sangat bersedia untuk menghadiahkannya kepada orang yang dimuliakan Allah karena kebaikannya terhadap kemanusiaan. Berikan aku waktu tiga hari untuk mempersembahkan kepadamu.” Dan laki-laki India itu pun menepati janjinya.

Karomah Ke-6, Kejadian Ajaib Saat Wafatnya Habib Nuh.

40 Hari menjelang wafatnya, Habib Nuh Al-Habsyi rupanya sudah merasa bahwa ia akan segera meninggal dunia. Empat puluh hari sebelum saat kematiannya tiba, beliau melakukan apa saja agar dapat menyampaikan sebanyak mungkin nasihat kepada para sahabatnya yang dicintai. 

Nasehat bijak beliau yang paling terkenal dan patut kita ingat adalah: _“Jangan serakah akan harta dan materi yang bersifat duniawi, atau memiliki perasaan benci kepada siapapun sepanjang hidupmu.”_

Tepat pada 31 Juli 1866 Masehi, pada usia 78 tahun, Habib Nuh meninggal dunia di kediaman Johor Temenggong Abu Bakar di Teluk Belangah. Ketika berita meninggalnya menyebar, banyak orang dari berbagai kalangan, termasuk para muallaf dan penduduk dari pulau tetangga, datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Bahkan semua Kusir di Pulau Singapura menghentikan kegiatannya mencari uang, untuk mengantarkan orang tua, wanita, dan anak-anak ke pemakaman secara gratis.

Namun sebelum rombongan meninggalkan kediaman Temenggong menuju pemakaman Muslim Bidari, terjadi sebuah peristiwa ajaib, keranda tidak bisa bergerak meski puluhan orang telah mengerahkan tenaga untuk mengangkatnya. Suasana panik dan tangis hampir-hampir tak terbendung. Untunglah saat itu seorang kerabat ingat pesan terakhir almarhum Habib Nuh.

Sebelum wafat, rupanya Habib Nuh pernah berwasiat kepada kerabatnya bahwa ia ingin dimakamkan di puncak Bukit Palmer – sebuah perkuburan kecil. Namun entah mengapa, di hari itu kerabatnya melupakan pesan tersebut. Begitu para kerabat dan sahabatnya memutuskan hendak membawa jenazah ke tempat yang diwasiatkan, keranda menjadi enteng, dipikul dari bahu ke bahu, bak melayang mendaki bukit, diiringi gemuruh takbir. Hingga sekarang makam di sebelah Gedung YMCA, atau yang dikenal sebagai Bestway Building, itu tetap diziarahi orang.

Keramat Ke-7, Makam Habib Nuh Tidak Hancur Meskipun Terkena Bom Nuklir Perang Dunia Ke-2.

Meskipun ia telah pergi, tinggal makamnya yang dikeramatkan, ada sebuah keajaiban yang masih diingat penduduk Singapura. Ketika Perang Dunia II, tanpa ampun sebuah bom menghancurkan area di Gunung Palmer, termasuk taman pemakaman yang ada di sana. Tetapi sungguh ajaib, keramat Habib Nuh tetap berdiri tegak seakan tak tersentuh Bom sama sekali.


REFERENSI :

1. Kitab Al-Mausuah Li Ansab Al-Imam Al-Husaini.
2. Kitab Al-Mausuah Li Ansab Qabilah Al-Habsyi.
3. Kitab Al-Mu'jam Al-Azhim, Li Ma'rifati Ansab Qoba'il Al-Husainiyyah.
4. Kitab Manaqib Al-Habib Nuh Al-Habsyi

Sabtu, 19 Maret 2022

BIOGRAFI AL-IMAM ABDUL MALIK AL-AZHMATKHAN BIN 'ALWI AMMUL FAQIH


                                       Kitab Biografi Al-Imam Abdul Malik Al-Azhmatkhan, Tebal 1313 Halaman

Oleh:

Al-Habib Prof. Dr. KH. R. Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan. SAg. MA. PhD
(Al-Imam An-Naqib Baitul Ansab Lil Asyraf Al-Azhmatkhan Wa Ahlulbayt Al-Alamiy)


NASAB :
Al-Imam Abdul Malik bin Alwi (Ammil Faqih) bin Muhammd Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi Baitu Jubair (Alwi Ba' Alwi) bin Muhammad Maula Ash-Shouma'ah bin Alwi Al-Mubtakir bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az-Zahra’ binti Muhammad Rasuli-Llahi Shalla-Llahu Alaihhi wa-Sallam

TEMPAT DAN TAHUN KELAHIRANNYA:

Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan, Lahir di Kota Qasam, Hadramaut, tahun 1178 M / 574 H, Wafat di Hyderabad Republik India tahun 1292 M / 688 H, beliau Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan berusia 114 tahun. Beliau juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena beliau hijrah dari Hadhramaut (Yaman Selatan) ke Hyderabad (Republik India) untuk berda’wah sebagaimana kakek beliau, Al-Imam As-Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berda’wah. 

ORANGTUA AL-IMAM ABDUL MALIK AL-AZHMATKHAN:

Ayah dari Al-Imam Abdul Malik Al-Azhmatkhan adalah Al-Imam Alwi 'Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Marbath lahir di Tarim. Beliau adalah seorang ulama besar, pemimpin kaum Arifin, hafal al-Qur'an, selalu menjaga lidahnya dari kata-kata yang tidak bermanfaat, dermawan, cinta kepada fakir miskin dan memuliakannya, banyak senyum. Al-Imam Alwi bin Muhammad Shohib Marbath dididik oleh ayahnya dan belajar kepada beberapa ulama, di antaranya Syaikh Salim Bafadhal, As-Sayid Salim bin Basri, Syaikh Ali bin Ibrahim al-Khatib. Beliau wafat pada hari Senin bulan Dzulqaidah tahun 613 Hijriyah di Tarim dan dimakamkan di perkuburan Zanbal.

Dalam Kitab Al-Mausuu'ah Li Ansaabi Al-Imam Al-Husaini, dijelaskan bahwa Al-Imam 'Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath, memiliki empat orang anak, yaitu:

(1)Abdullah (keturunannya terputus)
(2)Ahmad (anaknya Fathimah ibu dari Ali dan Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam),
(3)Abdul Malik Al-Azhmatkhan keturunannya menyebar di India dan di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Asia tenggara yang dikenal dengan nama AL-AZHMATKHAN (leluhur Walisongo).
(3)Abdurahman, keturunannya keluarga al-Bahasyim, al-Bin Semith, al-Bin Thahir, al-Ba'bud Maghfun, al-Bafaraj, al-Haddad, al-Basuroh, al-Bafaqih, al-Aidid, al-Baiti Auhaj.

ISTRI AL-IMAM ABDUL MALIK AL-AZHMATKHAN:

Istri dari Imam Abdul Malik Al-Azhmatkhan adalah Putri Raja Kesultanan Islam Hyderabad India Lama, yang bernama Ummu Abdullah.

ANAK-ANAK AL-IMAM ABDUL MALIK AL-AZHMATKHAN:

Imam Abdul Malik Al-Azhmatkhan memiliki 4 anak, 2 laki-laki, dan 2 Perempuan, yaitu:
(1)As-Sayyid Alwi Faqih Khan (Leluhur Al-Azhmatkhan India, keturunannya banyak di Hydarabad India, Pakistan, Bangladesh)

(2)As-Sayyid Amir Abdullah Al-Azhmatkhan (Leluhur Walisongo, Keturunannya banyak di Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Negara-Negara Asia Tenggara)
(3)Syarifah Zainab Al-Azhmatkhan (nasabnya terputus)
(4)Syarifah Fathimah Al-Azhmatkhan (nasabnya terputus)

GELAR - GELAR AL-IMAM AS-SAYYID ABDUL MALIK AL-AZHMATKHAN:

Menurut As-Sayyid Bahruddin Al-Husaini, menjelaskan bahwa gelar yang disandang oleh As-Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan adalah:

  1. Al-Malik Lil Muslimiin = Raja Bagi Kaum Muslimin
  2. Al-Malik Min 'Alawiyyiin = Raja dari Kalangan Keturunan Imam Ali bin Abi Thalib
  3. Al-Khalifah Lil Mukminiin = Khalifah bagi Kaum mukmin
  4. Al-Mursyid = Mursyid bagi beberapa tarekat
  5. An-Naaqib = Pakar dalam Ilmu Nasab
  6. Al-Muhaddits = Menghafal Ribuan Hadits
  7. Al-Musnid = Memiliki sanad keilmuan dari berbagai ulama' dan guru
  8. Al-Qutub = Wali Qutub pada masanya
  9. Al-Wali = Seorang Waliyullah
  10. Abu Al-Muluuk = Ayah dan datuk bagi para Raja
  11. Abu Al-Awliyaa' = Ayah dan datuk bagi para Wali Songo
  12. Abu Al-Mursyidiin = Ayah dan datuk bagi para Mursyid
  13. Syaikhul Islam = Guru Besar Islam
  14. Imamul Mujaahidiin = Imam Mujtahid
  15. Al-Faqiihul Aqdam = Ahli Fiqih Yang paling utama
  16. Al-Mujahid Fii Sabiilillah = Pejuang di Jalan Allah
  17. Al-Hafiizhul Qur'an = Penghafal Qur'an
  18. Shohibul Karomah = Raja dan Wali Allah yang memiliki Karomah
  19. Amirul Mukminin= Pemimpin Pemerintahan Islam

KARYA TULIS AL-IMAM 'ABDUL MALIK AL-'AZHMATKHAN:
  1. Tafsir Ma'rifatul Furqan Li 'Abdul Malik Al-Azhmatkhan (تفسير معرفة الفرقان لعبد الملك العظمت خان) yaitu tafsir  sufistik berbahasa Arab karya Imam 'Abdul Malik 'Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammul Faqih  bin Muhammad Shohib Marbath. 
  2. Al-Adzkaar Al-Azmatkhaniyyah Li Tholabi Mardhotillah (الأذكار العظمت خانية لطلب مرضات الله), yaitu kitab kumpulan dzikir, doa, wirid, hizib yang ditulis dan diamalkan oleh  Imam 'Abdul Malik 'Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammul Faqih  bin Muhammad Shohib Marbath.
  3. Qur'an Kaa Tarjamah (قران کا ترجمہ), yaitu terjemahan al-qur'an ke bahasa Urdu yang diterjemahkan oleh  Imam 'Abdul Malik 'Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammul Faqih  bin Muhammad Shohib Marbath.
  4. Ratib Al-Azhmatkhan (راتب العظمت خان), yaitu kitab yang berisi Ratib Al-Azhmatkhan dan 1000 wirid, hizib, sholawat dan do'a.


NAMA FAM AL-AZHMATKHAN DALAM ILMU NASAB:

Nama Al-Azhmatkhan berasal dari penggabungan dua kata dalam bahasa Urdu. “Azhmat” berarti; mulia, terhormat. Dan “Khan” memiliki arti setara seperti Komandan, Pemimpin, atau Penguasa. Nama ini disandangkan kepada Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik setelah beliau menjadi menantu bangsawan Hyderabad. Mereka bermaksud memberi beliau gelar “Khan” sebagai bangsawan sekaligus penguasa setempat sebagaimana keluarga yang lain. Hal ini persis dengan apa yang dialami Sayyid Ahmad Rahmatullah ketika diberi gelar “Raden Rahmat” setelah menjadi menantu bangsawan Majapahit. Namun karena Sayyid Abdul Malik dari bangsa “syarif” (mulia) keturunan keturunan Al-Husain putra Fathimah binti Rasulillah SAW, maka mereka menambah kalimat “Azhmat” sehingga menjadi “Azhmatkhan”, dan diberi "Al" lit Ta'zhim (Al untuk mengagungkan). Dengan huruf Arab, mereka menulis عظمت خان bukan عظمة خان, dengan huruf latin mereka menulis “Al-Azhmatkhan”, bukan “Adhomatu Khon” atau “Adhimat Khon” seperti yang ditulis sebagian orang.

WAFAT & MAKAM AL-IMAM ABDUL MALIK AL-AZHMATKHAN:

Imam 'Abdul Malik Al-Azhmatkhan wafat di Hyderabad Republik India tahun 1292 M / 688 H, beliau Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan berusia 114 tahun. 


KESAKSIAN PARA AHLI NASAB TENTANG FAM AL-AZHMATKHAN:

KESAKSIAN PERTAMA:

Menurut As-Sayyid Salim bin Abdullah Asy-Syathiri Al-Husaini (Ulama' asli Tarim, Hadramaut, Yaman), berkata: "Keluarga Al-Azhmatkhan (Walisongo) adalah dari Qabilah Ba'Alawi asal Hadhramaut Yaman gelombang pertama yang masuk di Nusantara dalam rangka penyebaran Islam (Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati keluarga Al-Azhmatkhan) Sesuai dengan namanya, yang berarti “Pemimpin dari keluarga Mulia” .

KESAKSIAN KEDUA:

Menurut H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini dalam bukunya “Pembahasan Tuntas Perihal Khilafiyah”, dia berkata:

"Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan bin Alwi lahir di kota Qasam, sebuah kota di Hadhramaut, sekitar tahun 574 Hijriah. Ia meninggalkan Hadhramaut pergi ke India bersama jama’ah para Sayyid dari kaum Alawiyyin. Di India ia bermukim di Hyderabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki dan perempuan, di antaranya ialah Sayyid Abdullah Al-Amir Khan bin Sayyid Abdul Malik, lahir di kota Hyderabad, ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir di sebuah desa dekat Hyderabad. Ia anak kedua dari Sayyid Abdul Malik
Sejarah mencatat meratanya serbuan dan perampasan bangsa Mongol di belahan Asia. Di antara nama yang terkenal dari penguasa-penguasa Mongol adalah Khubilai Khan. Setelah Mongol menaklukkan banyak bangsa, maka muncullah Raja-raja yang diangkat atau diakui oleh Mongol dengan menggunakan nama belakang “Khan”, termasuk Raja Hyderabad, India.
Setelah Sayyid Abdul Malik menjadi menantu Raja Hyderabad, mereka bermaksud memberi beliau gelar “Khan” agar dianggap sebagai bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain. Hal ini persis dengan cerita Sayyid Ahmad Rahmatullah ketika diberi gelar “Raden Rahmat” setelah menjadi menantu bangsawan Majapahit. Namun karena Sayyid Abdul Malik dari bangsa “syarif” (mulia) keturunan Nabi, maka mereka menambah kalimat “Azhmat” yang berarti mulia (dalam bahasa Urdu India) sehingga menjadi “Azhmatkhan”. Dengan huruf arab, mereka menulis عظمت خان bukan عظمة خان, dengan huruf latin mereka menulis “Azhmatkhan” dan diberi "AL" untuk pengagungan, sehingga tertulis "AL-AZHMATKHAN", bukan “Adhomatu Khon” atau “Adhimat Khon” seperti yang ditulis sebagian orang.
Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena beliau hijrah dari Hadhramaut ke India untuk berda’wah, sebagaimana kakek beliau, Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berda’wah

KESAKSIAN KETIGA:

Menurut Sayyid Ali bin Abu Bakar As-Sakran dalam Kitab Nasab yang bernama Al-Jawahir Al-Saniyyah, berkata: "Al-Azhmatkhan adalah fam yang dinisbatkhan kepada Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan bin 'Alawi 'Ammil Faqih".

KESAKSIAN KEEMPAT:

Menurut Ad-Dawudi dalam Kitab Umdatut Thalib berkata, ""Al-Azhmatkhan adalah fam yang dinisbatkhan kepada Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Al-Azhmatkhan bin 'Alawi 'Ammil Faqih, dan keturunannya masih ada sampai sekarang ini melalui jalur Walisongo di Jawa".

KESAKSIAN KELIMA:

Penelitian sayyid Zain bin Abdullah Alkaf dalam kitabnya "Ilhaafun Nazhooir" yang dikutip dalam buku khidmatul 'asyirah karangan Habib Ahmad bin Abdullah bin Muhsin Assegaf; MEMBENARKAN & MEM-VALID-KAN nasab jalur Al-Azhmatkhan.

KESAKSIAN KEENAM:

Penelitian Al-Alammah As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Husain Al-Masyhur dalam Kitab Syamsud Zhahirah, yang memvalidkan nasab jalur Al-Azhmatkhan.

KESAKSIAN KETUJUH

Kesaksian dari Sayyid Ali bin Ja'far Assegaf Palembang.

Bermula silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 Hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur mengajar ilmu ushuluddin dan al-Qur'an. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang Alawiyin bernama Sayid Jamaluddin Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki. Di samping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.

KESAKSIAN KEDELAPAN:


Penelitian As-Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiri dalam Kitab Al-Mu'jam Al-Lathif.

KHILAFAH AL-AZHMATKHAN


Keluarga Al-Azhmatkhan sejauh ini tercatat memimpin banyak Kesultanan atau Kerajaan di Asia. Di antaranya :

(1)Kesultanan Hyderabad – India
(2)Kesultanan Adipati Bagelen
(3)Kesultanan Adipati Bangkalan – Madura
(4)Kesultanan Adipati Gerbang Hilir
(5)Kesultanan Adipati Jayakarta
(6)Kesultanan Adipati Manonjaya
(7)Kesultanan Adipati Pajang
(8)Kesultanan Adipati Pakuan
(9)Kesultanan Adipati Sukapura
(10)Kesultanan Adipati Sumenep
(11)Kesultanan Adipati Tasikmalaya
(12)Kesultanan Ampel Denta – Surabaya
(13)Kesultanan Banten
(14)Kesultanan Campa (Kamboja)
(15)Kesultanan Cirebon Larang / Carbon Larang
(16)Kesultanan Demak Bintoro
(17)Kesultanan Giri Kedaton
(18)Kesultanan Kacirebonan – Cirebon
(19)Kesultanan Kanoman – Cirebon
(20)Kesultanan Kasepuhan – Cirebon
(21)Kesultanan Kedah - Malaysia (Ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan)
(22)Kesultanan Kelantan – Malaysia
(23)Kesultanan Mangkunegaran (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan)
(24)Kesultanan Mataram Islam (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan)
(25)Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan)
(26)Kasunanan Surakarta Hadiningrat (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan)
(27)Kesultanan Pakualaman
(28)Kesultanan Palembang Darusalam
(29)Kesultanan Patani – Thailand
(30)Kesultanan Sumedang Larang / Sunda Larang
(31)Kesultanan Surabaya (Kelanjutan Kesultanan Ampel Denta)
(32)Kesultanan Ternate
(33)Keratuan Darah Putih, Lampung
DAFTAR KEPUSTAKAAN (BUKU-BUKU YANG MENJELASKAN) 
TENTANG AL-AZHMATKHAN :

Sayyid Ahmad bin Anbah,Umdatuth Thaalib Fii Ansaabi Aali Abi Thaalib
Sayyid Ali As-Samhudiy, Jawaahir Al-Aqdaini Fii Ansaabi Abnaai As-Sibthaini
Sayyid Abu Thalib Taqiyyuddin An-Naqiibi, Ghaayatu Al-Ikhtishoori Fii Al-buyuutaati Al-'Alawiyyati Al-Mahfuzhati Min Al-Ghayyaari.
As-Sayyid Al-Muhaddits Husain bin Abdurrahman Al-Ahdali, Tuhfatuz Zaman Fii Taariikhi Saadaatil Yamani
As-Sayyid Abu Fadhal Muhammad Al-Kazhimi Al-Husaini, An-Nafkhah Al-Anbariyyah Fii Ansaabi Khairil Bariyyah
As-Sayyid Dhoomin bin Syadqam, Tuhfatul Azhaari Fii Ansaabi Aal An-Nabiyyi Al-Mukhtaari
As-Sayyid Ahmad bin Hasan Al-Attas, Uquud Al-Almaas
Sayyid Jamaluddin Abdullah Al-Jurjaani Al-Husaini, Musyajjarah Al-Mutadhammin Ansaabi Ahlilbaiti Ath-Thaahiri
As-Sayyid Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin 'Amiiduddin Al-Husaini An-Najafiy, Kitab Bahrul Ansaabi
As-Sayyid Murtadha Az-Zabiidi, Al-Musyajjir Al-Kasysyaaf Li Ushuulis Saadah Al-Asyraaf
As-Sayyid Husain bin Muhammad Ar-Rifaa'i Al-Mishri, Bahrul Ansaabil Muhiith
As-Sayyid 'Ali bin Abi Bakar asy-Syakran, Al-Jawaahir As-Saniyyah Fii Ansaabi Al-Husainiyyah
As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur Al-Husaini Al-Hadrami, Kitab Syamsuzh Zhahiirah
As-Sayyid Ahmad bin Abdullah bin Muhsin Assegaff, Khidmah Al-'Asyiirah Bi Tartiibi wa Talkhiishi Wa Tadzliili Syamsizh Zhahiirah
As-Sayyid Dhiyaa'u Syihaab, Ta'liiqaat Mabsuuthah Wa Mufashsholah 'Alaa Syamsizh Zhahiirah
As-Sayyid Umar bin Alawi Al-Kaff, Al-Faraayid Al-Jauhariyyah Fii Tarraajumi Asy-Syaharah Al-'Alawiyyah
As-Sayyid Umar bin Abdurrahman bin Shihabuddin, Syajaratul Alawiyyah
As-Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiri, Kitab Al-Mu'jam Al-Lathif
As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini, Ansaabi Wali Songo,
As-Sayyid Abi Al-Mu'ammar Yahya bin Muhammad bin Al-Qasim Ba'alawi Al-Husaini, Kitab Abnaaul Imam Fii Mishra Was Syaami Al-Hasani Wal Husaini,
As-Sayyid Al-Qalqasandiy Al-Hasani, Nihaayatul Urabi Fi Ma'rifati Al-Ansaabi Al-'Arabi,
Al-Imam Abi Sa'di Abdil Karim bin Muhammad bin Mansur At-Tamimiy As-Sam'aaniy, Kitab Al-ansaab
Al-Imam Ahmad bin Yahya bin Jabir Al-Balaadiri,Kitabu Al-Jumali Min Ansaabil Asyraaf